Friday, December 12, 2008

Islam dan Logika

Suprise!
Hari ini Allah kembali memberi pelajaran, betapa ternyata aku masih harus banyak belajar. Tepatnya tadi malam Aku mengikuti sebuah diskusi bertema 'teori pembebesan islam' dengan salah seorang ustadz yang katanya lulusan Iran. yang hebatnya lagi acara ini bukan diadakan oleh teman-teman dari kelompok-kelompok studi islam kampus melainkan dari kelompok MAPALA alias mahasiswa pencinta alam, hebat bukan? menurut aku pribadi ini merupakan kemajuan cara pandang akan sebuah kebutuhan tentang ajaran agama sebagai muslim.
Diskusi berjalan mengalir. seru, religius namun ilmiah. Seperti potongan kalimat ilmuan islam ternama yang pernah Aku baca, beliau mengatakan bahwa 'islam adalah agama logika'. aku fikir diskusi malam tadi cukup representatif menggambarkan potongan kalimat-kalimat tersebut. Bagimana kemudian agama (islam) coba dimaknai dan diterjemahkan oleh akal kedalam contoh-contoh konkrit yang secara logika sangat sulit untuk dibantah atau dipatahkan (mudah diterima). Rasionalisasi untuk membuktikan bahwa islam sebagai agama yang syamil dan mutakamil dimunculkan dengan argumentasi yang lugas&cerdas oleh ustadz (yang menurut analisaku menganut ajaran syiah) itu.
Pembahasannya tajam tapi juga cukup memusingkan, yang pasti satu pelajaran berharga yang aku dapat: jangan sekali-kali salah memilih diksi (kata) ketika berdiskusi dengan orang-orang seperti ini, selain itu argumentasi yang digunakanpun harus yang sangat mendasar. karna jika salah omong anda bisa dibantai habis-habisan dan dibuat bingung, mirip seperti pengalaman saya belajar matematika, penuh analisa, abstrak namun valid!
Agak berbeda dengan cara belajar aku selama ini, lebih cendrung 'pasrah' untuk memahami hal-hal bersifat ghaib yang mestinya tidak lagi menjadi perdebatan. Namun kali ini berbeda beliau mampu menemukan satu titik kesehfahaman yang ditarik dari nalar akal&dialektika religius yang bersumber dari niali2 dasar agama. metode doktrin yang cukup baik, namun jika tidak kuat sangat mungkin untuk salah tafsir&menggerus keyakinan. maklum nilai filsafatnya cukup kental :)
Namun sampai hari ini masih terlalu banyak paradoks yang ada dikepala saya, jika prinsip-prinsip dasar itu begitu indah dikuasai, lantas mengapa ada aplikasi yang begitu jauh berbeda ketika prinsip-prinsip dasar itu berdiferensiasi dan ditabrakkan dengan realitas? yang pasti ketika kita berbicara logika, maka akan kita temukan ruang-ruang persepsi disana. yang menjadi masalah, tidak mungkin kita menilai sesuatu memakai persepsi orang lain, persepsi orang lain hanya cukup menjadi referensi yang bisa diterima namun bisa jadi ditolak. namun aku fikir logika saja tidak cukup masih ada ruang rasa disana yang pemeran utamanya adalah nurani. namun disaat sekarang ini berapa banyak orang yang mampu sungguh-sungguh berdialog dengan nuraninya? variabel apa yang menjadi tolak ukur nurani? apakah hanya rasa nyaman? kalau seperti itu, jawabannya akan kembali menjadi sulit karena semua orang mempunyai ego. Pembahasannya tentang ini hampir tak ada yang detail, masih begitu general karena memang hanya sebatas itulah yang bisa dibahas. konklusi yang bisa aku ambil adalah masing-masing diri kita harus mengoptimalkan daya nalar & kebeningan hati untuk semakin mempertajam nilai-nilai kebenaran itu. ujung-ujungnya kembali kepada diri masing2. bagaimana kita mampu mengapresiasi diri dan melakukan pencerahan pada diri kita. secara teori kelihatan sederhana namun ternyata begitu rumit!
Sampai saat ini aku belum bisa menemukan jawabannya, haruskah kembali merujuk pada kebijakan sebelumnya: 'biarlah waktu yang akan menjawabnya, hhff.........'

Banjarbaru, desember 08
dipersimpangan...

Tuesday, December 9, 2008

Antara Idealisme & Profesionalisme

Ketika berbicara antara idealisme dan profesionalisme maka sesungguhnya pada saat itu tak jarang kita ditempatkan dalam ruang keputusan yang cukup sulit. Ketika berbicara masalah idealisme maka fokusnya akan menyerang pada pilihan, pengangan dan prinsip hidup. Sementara prinsip hidup akan sangat bergantung pada bagaimana persepsi seseorang menilai hidup dan menempatkan dirinya dalam kehidupan itu sendiri. Idealisme akan sangat berkaitan dengan apa yang kita yakini, tolak ukurnya adalah apa yang ada dalam diri kita.
Sementara itu ketika kita berbicara profesionalime maka kita akan berbicara tentang ruang-ruang yang sangat relatif dan multitafsir, sangat tergantung pada sistem dan tatanan nilai yang berlaku dalam sekelompok orang dimana kita berada dan beraktifitas dimana sistem itu diciptakan oleh persepsi dominan yang diamini dalam lingkup masyarakat tersebut.
Yang menjadi problem adalah ketika kedua hal ini ditabrakkan dalam suatu nilai yang tidak seirama. Di satu sisi ada tuntutan jiwa untuk memperjuangkan apa yang menjadi prinsip hidup, namun disisi lain ada tuntutan untuk menghormati nilai-nilai 'sakral' di masyarakat.
-------
Beberapa hari lalu saya mengalaminya,
waktu itu adalah jadwal tes interview menjadi reporter pada sebuah media audio diwilayah saya. Asal engkau tau kawan, ini adalah lamaran kerja yang pertama kali aku ajukan. Dari dulu saya memang sangat tertarik dengan dunia media, karena saya menyadari betapa media sangat berperan besar dalam hal pembentukan paradigma berfikir dan penggerusan moral yang terjadi dimasyarakat kita hari ini. media adalah alat pendidikan yang punya pengaruh signifikan. Namun saya juga menyadari betapa besar tantangan yang harus dihadapi di ranah ini ketika kita membenturkannya dengan idealisme, wilayah ini kurang aman bagi seorang perempuan. tapi kita harus tetap melangkah&mengambil peran sekecil apapun itu!
Dalam perjalanan dari banjarbaru menuju banjarmasin sejenak saya dihinggapi keraguan, akan sebuah idealisme dan profesionalitas ketika dibenturkan pada adab interview. prinsip yang selama ini saya pegang kurang cocok dengan apa yang menjadi kebiasaan masyarakat hari ini. ada keraguan kalau saja prinsip ini justru menjadi penghambat bagi kelulusan. untuk mencari jawaban dan menenangkan fikiran, aku berhenti disebuah masjid besar di Kalsel. duduk, berfikir, merenung&menetapkan pilihan. Walhasil beberapa menit saya disana, saya temukan jawabannya yaitu tetap berdiri tegak di atas prinsip! intanshurullaha yanshurkum wa yustabbit aqdamakum...InsyaAllah Allah akan menolong & memberi yang terbaik sesuai dengan penilaianNya. Yang terpenting adalah bagaimana kita berusaha optimal, jikapun hasilnya belum sesuai maka bisa jadi menurut Allah saya 'belum siap' untuk mampu bertahan di ranah itu. bukankah itu bentuk kasih sayangNya?
Saat itu saya sangat yakin, itulah pilihan hidup yang harus saya perjuangkan. ia adalah izzah (kemulyaan) yang tidak boleh tergadai, karena apa yang saya lakukan pada hakikatnya merupakan penghormatan terhadap diri saya sendiri dan orang lain. Jika di titik awal saja saya sudah kalah, bagaimana nanti saat menghadapi realitas yang jauh lebih 'ganas' daripada sekedar berdialektika ini dan itu saat tes.
Mohon do'a ya...
masih ada 2x tes lagi hingga akhir desember :)

Friday, December 5, 2008

Jalan-Jalan...

Cari Inspirasi...
Cari semangat...
Refleksi Diri...
Membuang Jenuh...
Menyambung usia...
And plg urgent, menyelamatkan diri! he...
Barabai...I'm coming...
I have feel ok :)

Wednesday, November 26, 2008

Tanpa Judul..

Hijau, merah, kuning, jingga, biru, coklat, ungu...
Akhir-akhir aku ini semangat, bahkan sangat semangat, walaupun realitas yang dihadapi mestinya membuat sedikit agak kesal ( seperti biasanya, he...)

Tapi kali ini berbeda, mau tau kenapa begitu??
- Reformasi Iman
Qs:3:139 :'Janganlah kamu merasa lemah dan jangan pula bersedih hati, padahal kamulah orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu beriman'
Qs:8:9 :'Ingatlah, ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankannya bagimu, ' Sungguh Aku akan turunkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut'
- Reformasi Hati
Tetep...Sabar dan Syukur, 2 hal yang menjadikan tekad dan azzam semakin menguat, nafas perjuangan panjang, pasokan energi yang tak pernah habis n' api semangat yang tak pernah padam :)
- Reformasi Mental
Mengutip kata-kata Ust. Rahmat Abdullah di film 'Sang Murabbi'
"Ada 2 hal yang harus selalu kamu ingat yaitu kebaikan oranglain terhadapmu dan keburukanmu/kejahatanmu terhadap orang lain.. Dan ada 2 hal juga yang harus kamu lupakan, yaitu kebaikanmu terhadap orang lain dan keburukan/kejahatan orang lain terhadapmu"
- Reformasi Fikiran
Husnudzan : Teman, sahabat, saudara, lingkungan, orang tua dan apapun itu.. merupakan sarana Allah untuk mentarbiyah diri kita, agar kita yang tadinya hanya berkualitas selevel karbon bisa menjadi intan. cie....
- Reformasi Performance (he...)
Kita mungkin bisa menyembunyikan perasaan hati dibalik kata-kata lisan, Tapi ia akan selalu terpancar melalui gurat wajah dan semangat kita
Kata seorang teman, 'disaat hatimu dalam keadaan sempit/jelek, maka bercerminlah, Hasilnya?? bisa lihat sendiri :p

Banjarbaru, nov'08
masih dengan Semangat!

Wednesday, November 12, 2008

Kado Buat Muktamar 6 KAMMI

Entah sedang menguji, merajuk atau apapun namanya..
Yang pasti bagi saya,
Mungkin saja saat ini ia ingin mengkalkulasi seberapa banyak orang-orang yang menyayanginya dengan tulus..
Mungkin saja saat ini ia ingin tau seberapa besar cinta orang-orang itu untuknya..
Ia ingin membuktikan apakah sekelompok orang itu benar2 menjadi panah berjajar atau pedang terhunus yang siap melindunginya..
Ia juga ingin tau apakah sekelompok orang itu benar2 mampu menjadi butiran peluru atau belati tajam yang siap menjaganya..
Atau apakah sekelompok orang itu benar2 menjadi mata pena yang siap berteriak dan membelanya..
Ya, ia hanya ingin tau seberapa konsisten sekelompok orang itu untuk tetap membuatnya bersih dan bercahaya..
Percayalah, ia hanya ingin membuat kita merasa, peduli dan berfikir tentang nasibnya..
Dengan caranya sendiri yang terkadang mengejutkan,
Sebagaimana banyak orang juga terkejut saat ia lahir dalam dunia pergerakan..
Ini adalah bagian dari caranya untuk mengulang euforia kesolidan emas yang pernah ada..
karena mungkin ia terlalu lelah melihat kita yang hari ini tak banyak berbuat,
Yakinlah kawan, ia begitu karna ia merindukan kita, para pencintanya!


Mencoba menjaring hikmah
dari semua seliweran berita muktamar 6 di Makassar
Semoga proses menjadikan puncak perjuangan KAMMI sempurna
Banjarbaru, 13 nov 08


Monday, November 3, 2008

Ajari Saya Tentang Kesempurnaan Ikhlas..

Ikhlas!
akhir-akhir ini mungkin itulah kata yang perlu saya cari wujudnya. Banyak pemicu yang mungkin disebabkan oleh diri saya sendiri, sehingga sulit sekali untuk bisa ikhlas terhadap segala yang terjadi. Ditambah lagi kondisi fisik yang cukup terforsir dan minimnya interaksi dengan Al-qur'an hari-hari belakangan ini.
Saat ini seolah-olah semua kerja dibatasi oleh bom waktu, penuntasan semua kerja yang menjadi PR saya hari ini seolah harus berkejaran dengan waktu. tak jarang juga menuntut keadilan dari yang lain, sementara saya pun tak tau apakah saya juga sudah berbuat adil terhadap yang lain? sangat terasa pengambilan keputusan hari ini rata-rata bersifat emosional dan sama sekali tidak objektif, tapi saya tak mampu berbuat banyak bahkan untuk mengendalikan perasaan saya sendiri. dari dulu sampai saat ini saya masih beranggapan sama, bahwa setiap kader itu unik, masing-masing punya potensi, masing-masing punya keistimewaan untuk mengembangkan da'wah dimasing-masing ranahnya. Yang menjadi permasalahan adalah apakah itu benar2 terjadi? apakah da'wah itu senantiasa menjadi bingkai dalam setiap pilihan2 prestasi duniawi? wallahu'alam.
Kita memang tidak bisa membuat orang lain sama seperti kita. karena pada hakikatnya, semua orang itu berbeda. Tapi, apakah dalam prinsip dan aplikasi dasar juga harus berbeda? Apakah ketika aplikasi dalam mewujudkan kontribusi itu berbeda, maka yang lain tak akan mampu mengukurnya? hanya karena indikasi yang kita tetapkan berbeda. Lalu salahkah, jika saya meminta sedikit hak saya sebagai saudara atau sebagai seorang jundi? atau terlalu egoiskah jika saya hanya menjalankan apa yang menjadi kewajiban saya secara struktural dan berkata tidak untuk yang lain? walaupun lelah, jujur saya tak mampu melakukan itu. karena sesungguhnya tak ada batasan kerja jika kita mengaku bersaudara. meskipun saya tak tau apakah yang lain juga berfikir begitu.
Mungkin cara berkomunikasi yang salah atau justru ikatan hati yang terlalu lemah, sehingga tak ada yang menawarkan bantuan ketika kita butuh bantuan (meskipun berkali-kali kita telah mencoba mengatakannya). sehingga muncullah sebuah kebijakan: lebih baik mengerjakan sendiri apa yang bisa kita kerjakan, dari pada menghabiskan energi untuk terus menuntut tapi tak ada hasil, karena kita akan menjadi lelah dua kali (lelah secara fisik maupun hati). Dan semuanya menjadi berantakan ketika hantaman demi hantaman itu datang, dialog dengan diri sendiripun tak mampu banyak merubah rasa. Dominasi rasa bersalah membuat saya kurang bisa berfikir progresif untuk kemajuan organisasi. sebuah kekhawatiran yang menurut saya cukup beralasan. Maka izinkan saya meminta maaf untuk letupan-letupan emosi yang muncul tidak pada tempatnya, saya butuh waktu. untuk lebih ikhlas, karena semuanya bagi saya adalah proses. semoga kesadaran mampu menghasilkan sebuah gerak perbaikan,. kesadaran bahwa dengan seperti ini saya hanya akan membuang-buang waktu. Karena yang saya lakukan hanya terus berharap bahwa saudara-saudara saya akan mengerti, sementara sayapun tak berusaha merubah diri.
"Allah, tolong kembalikan ikhlas itu pada saya. Jangan biarkan dia terlalu lama berpisah dengan saya. Saya sangat yakin bahwa Engkau sangat tau apa yang saya butuhkan. Saya tidak minta agar engkau memberikan jalan yang mudah untuk menggapainya kembali, saya hanya minta agar Engkau terus memberi kekuatan untuk menempuh jalan sulit agar ikhlas itu kembali menjadi milik saya. Agar ikhlas itu benar-benar sempurna wujudnya, agar saya lebih mengerti bagaimana caranya bersaudara"

Banjarbaru, november 2008
Dengan penuh harap pertolongan Allah masih menjadi milik kita..

Thursday, October 30, 2008

Benarkah Aku Cinta KAMMI??

Benarkah Aku cinta KAMMI?
Entahlah, terkadang jawabannya begitu sulit, atau mungkin lebih tepatnya hari ini aku meragukannya. Kalaupun itu memang terjadi, maka yang patut menjadi pertanyaan adalah cinta seperti apa yang telah aku berikan buat KAMMI? Cinta yang bertenaga sehingga membuat orang-orang yang ada didalamnya tak mengenal apa itu lelah atau justru cinta yang menjadikannya lemas kehilangan tenaga? Cinta yang menggerakkan sehingga membuat orang-orang didalamnya bangkit&berbuat atau cinta yang membuatnya nyaman terlelap? Cinta yang membuat semua organ tubuhnya berfungsi&saling merasa atau cinta yang justru mengunci mati seluruh potensinya?

Benarkah Aku cinta KAMMI?
Entahlah, terkadang jawabannya begitu sulit, atau mungkin lebih tepatnya hari ini aku yang tak mampu menjawabnya. Kalaupun itu memang terjadi, mengapa cinta itu justru menuntut, bukan melapangkan? mengapa justru cinta itu tidak memberikan kekuatan berkali-kali lipat untuk kembali bangkit dan berkorban? mengapa justru membuat perih? mengapa harus ada luka? Apakah ia masih perlu dipertanyakan karna porsinya terlalu kecil? atau justru sebaliknya, ia terlalu berlebihan sehingga menuntut agar aku ikhlas secara perlahan melepaskannya?
----
ketika kemarin mencoba mengevaluasi diri dan gerakan bersama teman2 akhwat, satu penyakit yang menjadi tema besar hari ini, bahwa proses kaderisasi tidak optimal. satu hal yang membuat aku merasa sangat bersalah&berdosa pada KAMMI. satu hal yang membuat aku harus melakukan refleksi hingga akhirnya ragu pada diri sendiri, 'Mungkin ia tidak menemukan orang yang tepat selama ini'. Namun tak ada pilihan lain, bagaimanapun semuanya harus Aku pertanggungjawabkan.

menyusuri pekat...301008
dengan terus berharap, cinta masih mampu menguatkannya...



Wednesday, October 29, 2008

Tentang Segelas Teh & Sepiring Kerupuk

Pagi itu hujan deras, sementara ada jadwal rapat Daurah yang harus dilakukan oleh komisariat pukul 7 pagi ini, dan mengharuskan saya hadir untuk membantu mengarahkan proporsi kerja SC. Bulan November ini memang bulan Daurah rekrutmen yang dilakukan KAMMI di kalimantan selatan, disamping tugas struktural yang memang membidangi kerja-kerja diranah kaderisasi, saya juga mempunyai obsesi pribadi melakukan pendampingan maksimal pada komisariat terutama dalam hal pengarsipan draf tekhnis dauroh dan menyiapkan sistem follow up yang matang. Tapi bukan ini yang ingin saya ceritakan. Saya hanya ingin bercerita tentang segelas teh dan sepiring kerupuk, sesuatu yang mungkin sangat sepele bagi beberapa orang (karna ketika saya bercerita dengan teman2 saya, sebagian dari mereka justru merasa lucu dan mentertawakannya)

Pagi itu saya cukup bingung bagaimana caranya mencapai tempat rapat, sementara hujan tak juga reda. Akhirnya saya putuskan untuk tetap berangkat dengan motor kesayangan saya, meskipun konsekuensinya saya akan basah kuyup. mungkin ini bisa dibilang sebuah langkah pragmatis, bahkan trerlalu kerkanak-kanakan hanya karena saya ingin mengatakan bahwa 'hujan tidak seharusnya menjadi alasan untuk menghambat agenda da'wah KAMMI'. Seperti apa yang saya prediksi semula, sesampainya disana sebagian besar pakaian saya basah, tapi tetap tidak mengganggu suasana rapat hari itu. Dan ditengah agenda rapat berlangsung saya merasa Allah memberi sebuah kejutan, para ikhwan (yang semuanya adalah adek tingkat, 4 tahun dibawah saya) menyuguhkan teh hangat dan sepiring kerupuk untuk kami, untuk sekedar menghangatkan badan karena kami kehujanan. terkesan agak canggung mereka menyuguhkannya, tapi saya justru sangat mengapresiasi itu. karena sekian lama saya bercerita tentang ukhuwwah dikomisariat, merekalah yang pertama kali memperlihatkan aplikasinya, dengan cara yang tidak pernah saya duga. Karena bahagianya saya saat itu, rasanya suguhan itu merupakan teh dan kerupuk terenak yang pernah saya rasakan:), merasa apresiasi saya tak cukup, saya pun mengirim sms berupa reward atas apa yang telah mereka lakukan untuk menghidupkan ukhuwwah antar ikhwah.
Sepulang dari rapat suasana hati saya berubah 180 derajat, dari badmood menjadi sangat bahagia. dengan antusias saya menceritakan kejadian itu kepada sahabat2 saya, tapi mereka justru merasa lucu dan mentertawakannya. Yah...saya mengerti, yang membedakan seni merasa itu adalah keadaan hati dan harapan-harapan kita. Walaupun apa yang mereka lakukan terkesan sepele, tapi harapan saya itu akan berdampak luar biasa bagi peningkatan kinerja komisariat. wallahu'alam.

Wednesday, October 22, 2008

Cinta Untuk Mereka


Sesungguhnya Engkau tahu/Bahwa hati ini tlah berpadu/Berhimpun dalam naungan cintaMU/Bertemu dalam ketaatan/Bersatu dalam perjuangan/Menegakkan syariat dalam kehidupan..
Kuatkanlah ikatannya/Kekalkanlah cintanya/Tunjukilah jalan-jalannya/Terangi dengan cahayaMU yang tiada pernah padam/Ya Robbi bimbinglah kami..
Lapangkanlah dada kami/Dengan karunia iman/Dan indahnya tawakal padaMU/Hidupkan dengan ma'rifatMU/Matikan dalam syahid di jalanMU/Engkaulah Pelindung dan Pembela..

Banjarbaru,2310'08
Mencoba mengumpulkan puing-puing terserak...


Motif Perjuangan

Beragam hal yang dapat melatari semangat seseorang berjuang, saya menyebutnya niat dan orientasi. Niat dan orientasi seseorang dalam perjuangan akan sangat menentukan seberapa panjang nafas & langkah yang mampu di tempuhnya dalam perjalanan da'wah ini. Niat dan orientasi ini jugalah yang mempunyai kekuatan besar membuat semangat seorang kader menjadi stabil & 'tahan banting' atau justru sebaliknya. Bagi seorang kader da'wah maka 'wajib' untuk senantiasa mengishlah niat & orientasi agar tetap pada koridor-koridor ilahiyah, niat dan orientasi yang seperti inilah yang menjadikan kader mampu berfikir dan bercita-cita jauh kedepan menembus ruang khayal manusia yang sebenarnya tak terbatas, mereka tak akan pernah kehabisan tenaga untuk da'wah, karena motifasi yang dibangun adalah motivasi abadi yang bersumber dari Yang Maha abadi.
Hari ini saya menemukan fenomena serupa, kesalahan orientasi&niat yang terjadi pada kader-kader KAMMI di salah satu komisariat KAMMI di Kalimantan Selatan. Beberapa gelintir kader yang masih peduli pada nasib komisariat mengadu pada saya bahwa terjadi gelaja 'futur berjama'ah' di tubuh komisariat tersebut. Hal ini diindikasikan oleh melemahnya komitmen & pengorbanan kader terhadap da'wah, termasuk juga dalam hal hilangnya semangat. Alasan mendasar yang terlontar dari para kader adalah karena 'menghilang'nya Sang ketua dari kancah da'wah KAMMI akhir-akhir ini.
Sangat disayangkan, saat ini mereka justru kehilangan hal yang paling mendasar dan krusial dalam da'wah ini, terjadi kesalahan niat dan orientasi, motif perjuangannya kurang tepat. Mendengar itu akhirnya Saya terdiam sejenak, berfikir bagaimana cara penyampaian yang paling tepat. Dan saya memilih cara yang paling 'save', yaitu bercerita tentang sejarah Rasulullah dan para sahabat. Tentang seorang panglima besar khalid bin walid yang tetap semangat berjuang meskipun tanpa alasan ia diminta khalifah turun menjadi seorang prajurit, Tapi dia telah berazzam Bahwa perjuangannya mutlak untuk Allah, bukan sekedar karena Umar. Atau tentang cerita wafatnya Rasulullah yang membuat sebagian kaum muslimin limbung karenanya, sampai akhirnya Abu Bakar berdiri dan meluruskan kembali orientasi mereka dengan mengatakan 'Jika kalian berjuang karena Muhammad, maka lihatlah sekarang Muhammad telah mati. Tapi jika kalian berjuang karena Allah, maka ingatlah Allah akan terus ada dan tak pernah mati'.

ditikungan perjuangan
Banjarbaru,2310'08

'Future Plann'

Sekitar Enam bulan yang lalu Aku pernah merasa sedemikian terombang-ambing, saat itu aku kehilangan cita-cita, masa depan tak mampu aku lihat dengan jelas, semuanya terasa kabur dan tak berpihak. Ya.. saat itu sekitar enam bulan yang lalu pasca keluar dari kampus Aku sempat berkeinginan meneruskan jenjang pendidikanku ke Strata-2 di Bandung. Memenuhi impian waktu kecil, aku ingin sekali tafakkur di kebun teh yang sangat terkenal di Bandung. Semua rencana ku susun hampir matang, lobi-lobi kebeberapa pihak yang berhak memutuskan pun hampir Ok, resiko kehidupan yang harus ‘ngirit’ saat kuliah di Bandung pun telah aku persiapkan, termasuk info letak kampus dan kos-kosan, termasuk juga mempersiapkan mental binaan yang akan aku tinggalkan. Bahkan orang tuaku yang tadinya berkeras tak setuju pun akhirnya luluh karna mereka tau anaknya ini juga cukup keras (walaupun aku tidak pernah berkata & bertindak keras dalam menyampaikan keinginanku)

Tapi ternyata Allah berkehendak lain, Aku menjadi bimbang hanya karena pertimbangan seorang ustad di wilayah yang sangat bijak ketika melihat kondisi KAMMI yang saat itu ‘Krisis Kepemimpinan’. Berbagai pertimbangan beliau berikan. Karena egoku yang sedemikian kuat terhadap apa yang sudah aku cita-citakan, ketika mendengar pertimbangan itu, Aku pun sempat membela diri bahwa permasalahan internal seperti itu akan senantiasa ada. Sampai akhirnya ustad tersebut berkata, ‘Lalu siapakah yang akan bertanggung jawab terhadap hal ini kalau bukan mereka yang tersisa? Siapakah yang harus menjadi penolong agama Allah itu?’ Saat itu airmataku keluar tanpa bisa aku tahan, Aku memilih.

Akan selalu ada resiko dalam setiap pilihan, sama halnya akan selalu ada hikmah dalam setiap apa yang kita korbankan. Selama berbulan-bulan Aku bersusah payah kembali mengatur ulang mimpiku. Kesibukan di KAMMI mampu menjadi obat mujarab yang menghibur. Hingga akhirnya Allah memberikan jawaban dan keajaiban2. Allah mengabulkan cita-citaku selama dikampus justru saat aku sudah keluar dari kampus, Allah berikan Aku kesempatan membersamai geliat semangat para anak muda itu, Allah berikan jawaban & memperterang jalan bagi setiap langkah apa yang menjadi peta hidupku hari ini. Yah..Aku menjadi sadar apa yang aku cita-citakan enam bulan lalu bukan merupakan jalan yang tepat untuk hidupku, karena keputusan itu aku ambil tergesa-gesa dan tidak objektif hanya karena Aku tidak ikhlas berpisah dengan bangunan bernama kampus. Tapi untunglah Allah berkenan memberi aku waktu untuk lebih banyak belajar, berfikir dan menyerap informasi untuk memutuskan masa depan, meskipun dengan cara yang sedikit ‘ekstrim’.

Saat ini, Allah telah memberi aku banyak nikmat.. Aku kembali menemukan diriku sejak beberapa bulan yang lalu. Tinggal tiga hal besar yang harus aku lakukan. Memperjelas dan menghidupkan terus visi dengan motivasi rabbani, menyabari misi dalam meniti setiap langkah langkah kecilnya, dan menjaga orientasi agar tetap bermuara pada keridhaan Allah semata. Do’akan, agar aku mampu mewujudkannya..


Banjarbaru, ………. 23.34-00.26wita

Masa depan adalah apa yang kita fikirkan, cita-citakan dan perbuat hari ini!

Pelangi Di Atas Barito

Sabtu kemarin Allah memberikan kami kesempatan untuk menjelajahi sebagian kecil dari dunianya, menjenguk desa kecil di pelosok Kalimantan Tengah sekaligus menghadiri undangan walimatul ursy seorang sahabat di kecamatan Tamban Baru, desa Handil Sekawan. Berdasarkan setting awal, mestinya perjalanan kami lakukan jam 07.00wita, tapi karna harus ‘berputar’ mencari ‘Kado Spesial’ & CD Nasyid pesanan pengantin yang bisa diputar di acara walimahnya, akhirnya perjalanan kami ngaret 1 jam dari kesepakatan awal.

Mengingat hari itu adalah hari sabtu yang biasanya full agenda, maka kami cukup memperhitungkan kemungkinan perjalanan itu. Berdasarkan prediksi kami akan tiba kembali di Banjarbaru maksimal pukul 14.00wita. Berhubung tak satupun dari kami bertiga yang pernah melakukan perjalanan kesana, maka Berbekal sebuah peta, perjalanan menuju tamban pun kami mulai. Mulai dari menyebrangi Sungai Barito (konon sungai terlebar di Kalimantan) dengan menggunakan ferry kayu kemudian menyusuri jalan-jalan setapak yang dikiri kanannya terdapat aliran sungai (sekecil parit dengan air berwarna coklat tua) dan beberapa petak areal persawahan. Dari karakter desanya aku tak bisa menangkap jelas mata pencaharian sebagian besar penduduk Tamban, mungkin berkebun dan menggarap sawah, karena dihalaman beberapa rumah penduduk yang aku lewati terlihat banyak padi yang dijemur. Dari hasil analisaku, sebagian besar penduduk tidak mempunyai tempat MCK khusus dirumah2, kerena fasilitas itu berjajar ditepian sungai kecil dipinggir ruas jalan. Walaupun agak aneh, tapi aku mencoba memaklumi bahwa memang seperti itulah kenyataannya. Perjalanan hari itu menyenangkan, suasana Tamban yang ‘ndeso’ membuat perjalanan itu jauh lebih indah dan menantang dari apa yang aku bayangkan. Permukaan jalan yang ‘bergelombang’ juga membuat perjalanan kami jadi lebih berseni, karena tak jarang permukaan jalan yang tidak rata itu membuat tubuh kami terpaksa ’terloncat’ di atas kendaraan

Peta yang kami bawa berakhir di KM.15, sementara tempat acara berada di KM.22, walhasil kami jadi sering singgah dan bertanya pada warga setempat. Di tikungan terakhir, tepatnya di KM.21 kami kembali singgah di depan rumah warga untuk memastikan arah perjalanan kami, hari itu panas matahari kian membakar karna waktu telah menunjukkan pukul 12.00wita, sementara kami tak jua kunjung sampai. Sementara disuatu tempat (yang kami tak tau letak persisnya dimana) sang pengantin sibuk menghubungi aku, lantaran khawatir kalau saja kami tersesat. Akhirnya berdasarkan petunjuk sang Bapak kamipun tsiqah & memutuskan menyusuri jalan kecil yang lurus dan lebih mirip dengan jalan tikus itu. Bisa dibilang jalan itu hancurnya bukan main! Ruas jalannya dipenuhi lobak sana-sini dari tanah liat kuning, beberapa kali kendaraan kami hampir jatuh terpeleset karena jalan itu terlalu licin, dan yang pasti tak diragukan lagi sendal, kaos kaki dan rok kami jadi tempat peristirahatan yang nyaman bagi para lumpur. Setelah menyusuri jalan tanah liat sekian puluh meter jauhnya, baru lah kami tau bahwa kami tersesat! Dan harus kembali memutar haluan dan tak ada pilihan lain kecuali kembali menyusuri jalan becek itu. Oh my God, rasanya tak sanggup! Jika bukan karena ukhuwwah pasti kami sudah kehabisan tenaga untuk kembali meneruskan perjalanan hari itu. Menyadari itu aku, kia dan retno jadi tertawa berbarengan, apalagi setelah memperhatikan wajah satu sama lain membuat kami semakin geli. Saat itu kami lebih tampak mau pergi ke sawah dari pada ke undangan walimah. Tapi bukan IM (intellegent Muslimah) namanya kalau tidak cuek aja..hehe

Pukul 12.45wita, pencarian kami berakhir. Dengan penampilan acak adut dan sisa2 tenaga aku mencoba setulus mungkin tersenyum kepada sahabatku yang lagi berbahagia itu. Setelah shalat dzuhur dan mengobrol banyak hal kami pun pamit pulang, ada agenda Halaqah salah seorang dari kami yang mesti di kejar jam 14.00wita hari itu.

Tapi ternyata perjalanan pulangpun tak kalah berseni, kami terpaksa harus rela basah kuyup karena hujan sangat deras. Yang artinya semakin kotorlah wajah dan pakaian kami L. Akhirnya disepanjang jalan kami harus bernostalgia dengan hujan, walaupun sudah memakai jaket, tetap aja dinginnya menusuk karena jaketnya juga basah :p tapi apapun yang terjadi kami tetap menikmatinya, ‘jarang-jarang kita bisa main hujan.he..’

Sesampainya di pelabuhan ferry, kami harus lama menunggu sampai akhirnya waktu ashar tiba (alhamdulillah shalat sudah di jamak qashar) dan ferry belum juga datang, sementara angin dipelabuhan bertiup sangat kencang, sangat dingin, ditambah lagi perut kami sudah sangat keroncongan. Akhirnya mie instan kering dan sejenisnya menjadi pilihan untuk mengganjal perut saat itu.

Dengan perjalanan yang sedemikian berliku dan permintaan maaf kepada murabbi karena perjalanan banyak menemui cobaan, akhirnya kami tiba kembali diBanjarbaru jam 18.10wita menuju satu tempat terdekat, Asramaku. semuanya terbantai malam itu. Tak ada yang mempunyai tenaga untuk pulang ke rumah masing-masing. Malam itu kami tidur dengan puas dan pulas :)


Pelajaran perjalanan yang bisa aku petik :

1. Berjalanlah! maka kamu akan banyak berfikir dan belajar

2. Allah banyak menitipkan hikmah&inspirasi pada semesta jika kita mau berfikir dan membuka hati untuk berbicara dengannya

3. Pencarian yang dilakukan dengan penuh cobaan dan rintangan akan jauh lebih mempunyai nilai hikmah & berkesan, dari pada pencarian yang ’biasa-biasa’ saja

4. ’Jangan berjalan terlalu lurus’ atau ’terlalu sering berbelok-belok’ nanti kamu justru akan tersesat! J

5. Jangan mudah menerima satu pendapat sebelum kita mempunyai pembandingnya, karena bisa terjadi banyak persepsi yang berbeda dalam menyampaikan ataupun menangkap pesan dari masing-masing orang

6. Teman2, ini hanya pendapatku sesuai dengan situasi dan kondisi perjalanan hari itu, belum tentu bisa berlaku general bagi semua keadaan :)


Banjarbaru, Sabtu-181008

Mengurai Hikmah Semesta...

Monday, October 20, 2008

Mereka Yang Terabaikan

Cerita 1 :

Hari itu pulsaku habis hanya dalam waktu tak sampai 2 hari. Tiba-tiba adek bungsuku yang sekarang duduk di kelas 3 Aliyah menelfon, bercerita banyak tentang perasaannya. Diakhir ceritanya dia bilang, ‘Ga nelpon mama kah?’ Aku jawab bahwa pulsaku habis dan ga cukup lagi buat nelfon. Ga disangka dia bilang ‘ Cepatnya juga habis, pasti nelponin orang terus ngurus organisasi, mama kangen tu nah nunggu-nunggu di telfon’ Hari itu Aku sedih dan tertohok!


Cerita 2 :

Pagi-pagi sekali aku sudah siap-siap, agenda pertama hari itu adalah ke Banjarmasin, merampungkan beberapa urusan. Melihat aku yang tergesa-gesa menyetrika baju dan lain sebagainya, salah satu adek baru di asrama bilang, ‘ k ifah sibukkah hari ini? Pasti pulangnya malam lagi.. Yah.. kada ditraktir makan siang dong …. (namanya)’ mendengar kalimat yang sebenarnya bercanda itu aku jadi banyak introspeksi, benar akhir-akhir ini aku sangat jarang bersama mereka. Aku lebih sering makan diluar atau justru lupa makan. Hhh…


Cerita 3 :

Akhir-akhir ini aku sibuk sekali, pasca pulkam banyak agenda yang harus dilaksanakan. Maklumlah karena saat libur kami vakum dari agenda kecuali berfikir. Pagi itu aku berangkat pagi sekali dari asrama, ada yang harus dikerjakan, tapi ternyata ada sesuatu yang terlupakan sehingga aku harus kembali lagi keasrama untuk mengambilnya. Saat itu adekku sedang berada dikamar salah seorang anak baru di asrama. Tanpa sengaja aku menangkap pembicaraan mereka, yah mungkin saat itu mereka tak mendengar aku masuk, ini cuplikan pembicaraannya:

Wiyah : k ifah sibuk, kemarin hari lahirku, aku belum dikasih kado

Temannya : iya ya, ka ifah sibuk banar, kita ditelantarkan

Wiyah : Hari ini katanya pulang sore, jadi di sms kita disuruh cari makan sendiri

Temannya : kasihannya kita di nomerduakan

Mendengar percakapan itu aku tertegun dan merasa bersalah, sedemikian perhatiannya mereka terhadap aku akhir-akhir ini. Hari itu aku berjanji bakal membuatkan sarapan untuk mereka esok pagi. Hiks...


Ini adalah konsekuensi sosial dari sebuah kehidupan, kita harus adil terhadap semua orang. Meskipun mereka mengerti & mencoba memahami perjuangan ini untuk dakwah, Aku juga harus mengerti terkadang ada waktu khusus yang harus dialokasikan untuk sekedar berbincang bersama mereka. Intinya, bagaimana konsekuensi ideologis sebuah perjuangan itu mampu berjalan beriringan tanpa ’mengganggu’ kehidupan sosial. Aku jadi teringat kata seorang teman. Dia bilang ’Yang enak itu, menyendiri seperti Rasulullah di gua Hira ukh, kita kada bakal pusing’. Tapi tentu saja ini statment subjektif dan merupakan pilihan yang kurang tepat!

Menjadi Purnama

Namanya Rini Fatmawati, SP, saya pertama kali mengenalnya melalui sebuah organisasi bernama KAMMI. Waktu masuk ke KAMMI kami senasib, sama2 titipan dari komsat Banjarbaru yang di ikutkan Daurah marhalah 1 (Acara yang merupakan gerbang masuk ke KAMMI) di Banjarmasin, tapi saat itu saya pulang duluan karena merasa tidak betah. Semenjak saat itu saya sering bertemu dengannya di acara kajian keislaman & politik maupun aksi KAMMI. Meskipun tak sering bersama (karena kami kuliah di Fakultas yang berbeda) bisa dibilang hubungan pertemanan kami sangat dekat. Karakter kami yang sama2 terbuka menjadikan saya akan mudah bercerita apa saja kepadanya dan dia pun begitu, hampir tidak ada yang kami tutupi. Tentang cita-cita, harapan, kekesalan, kekecewaan & segenap perasaan lainnya. Ketika saya merasa ‘tak sanggup’ memikirkan KAMMI, maka dialah yang dengan sabar & setia menunggu saya menangis hingga kemudian bercerita tentang apa yang saya rasakan. Kemudian dia akan selalu merasa bersalah dan berkata ‘afwan ya ti, selama ini ana kada optimal di KAMMI’. Terkadang kami bersatu dalam kebaikan tak jarang juga berpadu dalam membuat makar (kalau ide2 jahilnya lagi keluar :p)

Di masa akhir-akhir kuliah, kami pun seringkali menghabiskan waktu bersama. Saat itu dia banyak mengalami kesulitan dalam hal transportasi ketika harus konsultasi dengan dosen pembimbing atau perihal pengetikan skripsi yang harus mempergunakan tenaga ikhwan, sebagai saudara saya pun menawarkan bantuan untuk menjadi ‘ojek’nya.

Tiga hari menjelang perayaan wisuda kami menyepakati untuk menghabiskan sore bersama, kami keliling murjani sambil makan ice cream dilanjutkan dengan jagung bakar dipinggiran taman air mancur. Tema besar pembicaraan hari itu tentang cita-cita pasca kuliah.. Saya pun bercerita panjang lebar tentang rencana hidup saya setelah kuliah berakhir, mulai dari rencana karir, planning dakwah ketika kembali ke tanah kelahiran, tentang S2 ke Bandung yang urusannya sudah hampir setengah jalan, tentang cita-cita saya S3 keluar negri. Mendengar saya bercerita dengan sangat semangat dari A sampai Z, rini nyeletuk, ‘loh ti nikahnya kapan?’ menyadari itu kami tertawa bersamaan. Dan dia bilang kalau dia ingin menerapkan ilmu pertaniannya di kapuas dan menikah sebelum melanjutkan jenjang pendidikannya ke S2. Saat itu saya kaget, ‘Hah!..rini yang sangat polos sudah berfikir sampai kesana..Salut!’ Saat itupun kami kembali tertawa berbarengan, Lucunya :)

Hari ini Allah mewujudkan salah satu cita2nya, menikah sebelum S2. Begitu dapat SMS darinya perihal pernikahan itu, saya langsung menelfon dia, bertanya tentang prosesnya, dan Alhamdulillah prosesnya terjaga dan selamat. Sebagai temannya jelas saya merasa sangat bahagia dan bela-belain harus datang ke acara walimahannya kemarin..’ Rin sekarang anti seperti bulan sabit yang berubah menjadi purnama’. specially message for rini :

Dear : Retno, ifah, kia
Hehe…akhirnya..:)
Barakallahukum ya
rin…
Moga rumah tangganya berkah & Allah kekalkan pertalian cintaNya hingga bermuara ke syurgaNya. Akur-akurlah, jangan rancak besarikan.
Cz besarikan tu hanya hak-hak wanita lajang jar, he100x :p
Bagun rumah tangga ideologis-strategis dengan visi yang jelas. Jangan lupa dengan cita-cita besarnya ya..’Menggarap sawah untuk Indonesia’ agar rakyat negri ini berkeadilan dan sejahtera, COBLOS NO.... (Dua2x SP sih, he1000x)
Oy, titip KAMMI juga, bawa jiwa dan hatinya kemanapun kalian pergi, cz mengutip kata2 pa amin sudarsono ’ Idealisme KAMMI itu sepanjang hayat’. Tema perjuangannya ’membangun peradaban dari pelosok Kapuas’, keren kan rin? Oy, Sorry sampai hari ini blm sempat kirim manhaj kaderisasi buat komsat Kapuas, yang sabar y..(anggap aja latihan supaya ga terlalu polos ;p) Ibarat bulan, sekarang anti sudah purnama (indah sih...tp tetap aja bulan sabit lebih berseni, hehehe...)
Love U

Thursday, October 16, 2008

Yang Luruh & Yang Meneguh

Tak ada satupun makhluk yang tau kemana kehidupan ini akan bergulir. dan juga apakah kita masih akan tetap ‘disini’& merasakan nikmat iman ini untuk beberapa waktu nanti, sama halnya dengan tidak adanya jaminan bahwa kita masih akan menikmati terbitnya matahari esok hari. Inilah sebabnya mengapa saya begitu mencintyai KAMMI, karena hari ini bagi saya KAMMI-lah tempat yang cocok untuk mengejewantahkan iman dan memperkuat simpul demi simpulnya agar tetap eksis ketika harus menghadapi dunia ‘nyata’. Karena KAMMI bagi saya adalah representasi kedalaman pengorbanan, bukan ashabiyyah.

Tak ada diantara kita yang tau seperti apakah rupa kita dihari esok, sama seperti halnya dulu kitapun tak menyangka bahwa kita akan menjadi seperti ini hari ini. Yang kita tau hanyalah bagaimana cara untuk meningkatkan kualitas diri dari hari ini atau minimal mempertahankan apa yang terbaik yang kita miliki. Perlahan merubah orientasi duniawi menjadi orientasi ukhrawi agar kemudian hidayah itu kekal dan abadi

Hari inipun rencana Allah itu berlaku, Dia mempertemukan saya dengan beberapa teman satu SMU. Allah berkehendak membuka pintu cahayanya hingga akhirnya mereka hijrah ketika memasuki gerbang Universitas, bahkan di antara mereka menjadi ‘orang penting’ dan penjaga gawang di dakwah tarbawi dan siyasi kampus. Dan alhamdulillah hidayah itu juga sampai hari ini masih saya miliki & jujur saya tidak rela jika harus kehilangannya. Walaupun sebelumnya pertemanan kami tidak begitu dekat, namun ketika bertemu kemarin semuanya terasa akrab dan hangat. Kami bahu membahu mensinergiskan cita-cita untuk memperbaiki kampung halaman. Begitulah ikatan iman, Saya samasekali tak meragukannya! Karena kita bisa mengenali bahwa seseorang itu adalah saudara kita sebelum kita pernah mengenal pun bertemu dengannya.

Namun sayang disaat yang sama Allah juga mempertemukan saya dengan sahabat karib saya yang aktif di ROHIS sekolah semasa SMU dulu. Kami mengenal da’wah ini berbarengan di kelas 1 SMU. Dan akhirnya Allah takdirkan kami berpindah di’kendaraan’ dakwah yang sama ketika kami kuliah. Dulu ia sempat begitu bersemangat mengabarkan pada saya bahwa ia telah bergabung dan berjuang bersama KAMMI, saat itu aku belum jadi anggota KAMMI. Tapi hari ini saya harus bersedih karenanya, saya sangat kehilangannya. karena kini ia justru memilih jalan berbelok setelah keluar dari pintu Universitas. Dan dengan lantang berterus terang pada saya bahwa dia sudah memilih jalannya, ia dekat dengan seorang laki-laki hanya karena tuntutan keluarga (Allah lindungi aku& berilah kekuatan padanya)


Teriring do’a ketika salam perpisahan itu terucap/ Ada harapan sesuci embun pagi dan begitu sederhana/ Sesederhana rasa ini dari kami yang tak pandai berkata-kata/ Pada sosok Mujahidah yang begitu KAMMI cintai dan banggakan/ Semoga Allah mengizinkan “ia” selalu ada dalam barisan ini..

Ada rindu yang begitu dalam ‘tuk mendengar kembali/ Lantang Takbir dan semangat yang begitu berkobar/ dulu…, ia miliki dan berikan pada KAMMI/ Dari jiwanya.., sepenuh hatinya.., sedalam pengorbanannya ..

Mungkin.. telah semua, “ia” beri tanpa sisa/ Mungkin.. tak pernah kami mengerti, asa di hatinya/ Hanya penat dan peluh tertinggal di raganya/ namun ku yakin “tidak” di jiwanya/ Walau kami tak pernah bertanya.., lelahkah antii??

Agar KAMMI sadar karena tak selalu di sampingnya/ Agar KAMMI sadar tak selalu membelanya/ Agar KAMMI sadar tak selalu dapat menjaganya/ hingga terikpun datang menghampiri/ Jangan tersungkur diterjang kerikil-kerikil ujian/ jika tersaruk kembalilah pada azzam/ Berteduhlah hanya dengan cinta-Nya yang tak berhujung

Bila saja do’a dan cinta kami bisa menghantarnya kembali/ Akan kami sambut ia dengan sepenuh jiwa/ Seperti jiwa-jiwa yang pernah ia gores dengan shaksiyah-Nya/ Seperti jiwa-jiwa yang dulu lemah dan telah ia “tegarkan...”/ Seperti KAMMI yang selalu merasa “begitu ia sayangi”/ Seperti itulah KAMMI tak rela kehilangannya/ “Ia” adalah saudara kami/ ia juga bunga da’wah KAMMI yang telah menebarkan wanginya kepada sesama../dan berharap ia hanya layu sebentar saja!


Satu hal yang hari ini masih saya yakini, bahwa Allah menciptakan teman, sahabat, keluarga dan semua yang ada disekitar kita, pada hakikatnya untuk mendidik diri kita, agar kita yang tadinya hanya berkualitas selevel lumpur pasir mampu menjadi intan!



Berau, 0810’08

Dipergeseran hari...

Semoga semua peristiwa mampu membuat keimanan kita sempurna

Allah kuatkanlah yang sedang teguh & kembalikan yang sedang luruh..



Monday, October 6, 2008

Belum Saatnya 'Berpaling'

Menjelang hari lebaran lazimnya orang ramai berkirim SMS untuk benar-benar mensucikan diri dengan cara meminta maaf sekaligus menyambung silaturrahim dengan sesama. Hal yang samapun saya lakukan di malam hari lebaran 1429 H ini. Karena jaringan yang padat dan ada beberapa nama yang hampir beberapa bulan tidak saya hubungi, akhirnya saya merasa perlu untuk memastikan apakah nomer tersebut masih aktif atau tidak, beberapa nomer saya miscall termasuk didalamnya nomer beberapa wartawan media cetak dan elektronik.

Khusus untuk para wartawan, sebenarnya saya ingin mengirimkan ucapan lebaran atas nama sebuah lembaga besar di Kalsel, hal ini linier dengan job saya sebagai bagian dari orang yang diperbantukan di tim media wilayah. Tapi ternyata saya kalah cepat, sebelum SMS saya kirim & tak berapa lama setelah saya miscall ada beberapa yang merespon balik dengan SMS & ada juga yang balik menghubungi saya ’mb ifah, knp td miscall? KAMMI handak aksi kah? Kpn? Issuenya apa? Rutenya?’ mendengar rentetan pertanyaan itu saya jadi geli, dan akhirnya saya menjelaskan bahwa saya cuma mau nanya kabar dan menyambung tali silaturrahim serta mohon maaf atas kesalahan selama berinteraksi dilapangan beberapa kali dg mereka. Mendengar penjelasan saya, gantian mereka yang tertawa, ’Oh iya lah esok mau lebaran, aku kira KAMMI mau aksi, kan biasanya kalau mb ngubungin pasti mau aksi’. Mendengar penjelasan itu gantian saya yang tercengang, segitunya! Hiks.. :(

Dengan mempertimbangkan apa yang baru saja terjadi, akhirnya sms lebaran yang baru saja mau saya kirim atas nama sebuah lembaga di Kalsel itu saya ubah atas nama KAMMI Daerah Kalsel, cz khawatir dampaknya kurang baik bagi KAMMI. Setelahnya saya jadi berfikir & berapologi, ini sebuah pertanda bahwa saya belum di izinkan untuk berpaling dari KAMMI, insyaAllah :)

Sunday, September 21, 2008

Simbol Spiritualitas atau Spiritualitas Simbol?

Refleksi...
'Benarkah Tanglong sebagai budaya spiritual masyarakat yang berlu dijaga?'

Malam ke-21 ramadhan diKalsel, Jalan utama Banjarbaru padat, warga banyak berhamburan keluar untuk menonton Tanglong - Budaya Kalsel menyambut hari ke-21 Ramadhan-. seperti apa yang dikatakan John naisbitt dalam buku Megatrends bahwa zaman akan bergerak menggiring manusia menuju pusaran spiritualitas, Tp saya yakin bukan ini indikasinya, atau justru 'spiritualitas simbol' seperti ini kah yang dimaksud? Entahlah..sejauh ini analisis saya masih blm matang, referensi terbatas..
Mengamati fenomena di malam perayaan tanglong, Saya menjadi miris melihat pemandangan yang ada. Muda-mudi bergentayangan disepanjang ruas jalan dengan pakaian yang kurang pantas (dlm kacamata saya), belum lagi berjuta-juta uang yang dibakar malam itu dalam bentuk mercon dan kembang api..Benar2 pemborosan. tak hanya sampai disitu, tanglong mempunyai efek negatif yang berkelanjutan, yang pasti keesokan harinya udara jadi kotor&sampah bertebaran menghiasi ruas jalan. saya jadi banyak berfikir, fenomena ini sangat kontroversi dengan karakter masyarakat kalsel yang terkenal agamis. walaupun subtansinya adalah syiar islam, tp sambutan sebagian besar masyarakat justru berbeda dr subtansi awal. jika realitanya seperti ini masihkah perlu budaya Tanglong dilestarikan? pantaskah acara yang sedemikian banyak menimbulkan mudharat justru dikatakan sebagai simbol spiritualitas? Entahlah..saya masih berusaha mencari sejarahnya

Transisi Menuju Dakwah Masyarakat

Kemarin saya berkesempatan silaturrahim dengan warga di desa landasan Ulin Banjarbaru sekaligus ifthar bareng di KM.21. Sebenarnya butuh perjuangan yang cukup sulit untuk saya bisa memenuhi undangan pertemuan itu, yah..mungkin bisa dibilang kontroversi hati, karna disaat yang sama juga ada undangan ifthar (buka puasa) bareng dari rekan2 gerakan mahasiswa. Tak heran hal ini kembali terjadi, karena sebelumnya apologi2 untuk mencari pembenaran atas ketidak adilan saya tanpa sadar sudah saya lakukan. hanya karerna saya belum menenukan ruh juang diranah dakwah yang baru ini, kali ini saya tak punya cita-cita strategis, hanya ada cita-cita yang sifatnya pragmatis dan itupun persentasenya tidak bisa dibilang besar.
Ya, beberapa waktu lalu saya sempat bicara dengan bapak yang menjadi penanggung jawab dakwah masyarakat ulin, meminta pengertian dan permakluman atas kerja-kerja saya yang selama ini kurang optimal. Terkadang saya juga tidak mengerti alasan apa yang membuat saya begitu sulit mengurangi perhatian pada dakwah mahasiswa, sehingga beberapa kali pertemuan bersama warga ulin tidak saya hadiri hanya karena pertemuan itu berbenturan dengan acara KAMMI yang sudah saya janjikan terlebih dahulu. Sampai akhirnya saya menerima sebuah sms yang sangat menggugah rasa tanggung jawab saya, bahwa selama ini saya telah secara sengaja melalaikan amanah yang besar itu, bahwa selama ini sikap saya sangat tidak adil padahal pilihan menerima amanah itu saya lakukan secara sadar.
Selama acara berlangsung saya kehilangan konsentrasi, atau mungkin lebih tepatnya merasa terasing. Keterasingan itu kian membesar ketika mengingat sekian puluh kilometer dari sini teman2 saya juga lagi asik buka puasa bersama anak-anak mahasiswa. Disini tak ada pembicaraan ideologis-strategis, disini juga tak akan ditemukan diskusi2 menyenangkan tentang peradaban masa depan. jangankan berharap ada pembicaraan2 seperti itu, karena problematika rumah tangga saja sudah membuat kening para ibu2 itu berkerut. terasa 'aneh' bagi saya ketika harus memulai pembicaraan bertopik sederhana tentang seputar kehidupan mereka, bercanda dengan anak-anaknya atau obrolan iseng seputar cara membuat kue&urap. nampaknya kali ini saya menjadi seorang adaptor yang cukup lambat, tapi saya memang harus banyak belajar, belajar dengan filosofi yang tepat, bahwa setiap tempat adalah sekolah dan setiap orang adalah guru...Para ibu2 rumah tangga itu adalah guru, minimal guru atas kesabaran saya
Dalam perjalanan pulang sambil berkendaraan saya banyak merenung dan berfikir. selama menjadi mahasiswa begitu jauhkah jarak saya dengan masyarakat? Benarkah visi KAMMI sudah terinternalisasi secara benar didalam diri saya, benarkah impian 'masyarakat islami' itu perlahan telah berusaha kami wujudkan sementara realitanya sulit sekali membangun komunikasi horizontal dengan elemen terbesar itu..
Fenomena ini benar2 paradoks sebuah gerakan mahasiswa, jika tidak segera kita perbaiki. karena kita seringkali 'ingin mereboisasi bumi tapi jarang sekali memerintahkan tangan untuk turun sekedar menyentuh bumi'..
Semoga dengan tempaan amanah ini saya jd lebih bersemangat dalam belajar menghadapi dunia yang sebenarnya, bahwasanya amanah ini merupakan bagian dari usaha saya untuk mengimplementasikan cita-cita besar KAMMI, 'mewujudkan masyarakat islami bagi Indonesia'.

Banjarbaru,210908---02.00wita
kesadaran yang terbangun dalam keterasingan

Friday, September 19, 2008

Merentas jalan Panjang Menuju demokrasi Unlam


Unlam belajar bercita-cita...
Sudah hampir 6 bulan aku meninggalkan 'area putih' ini. aku baru bisa merasakan betapa sulitnya melangkahkan kaki dikampus ketika status kemahasiswaan tak lagi disandang. sama sulitnya ketika harus menjawab pertanyaan teman2 kedokteran perihal status akademik sewaktu audiensi. aku teringat ketika awal menginjakkan kaki di Universitas Lambung mangkurat yang pertama kali aku cari adalah masjid kampus dan sekretariat kemahasiswaan. Lazimnya sebuah kampus, aku pun berharap unlam memenuhi kriteria itu. berharap kampusku adalah kampus yang dinamis, sarat akan nilai-nilai idealisme mahasiswa & keberanian, kampus yang didalamnya mahasiswa saling berlomba mengasah sensitifitas sosial, yang berani berkata 'lawan' ketika pihak 'tak berhati nurani lancang mengotori kebanggaan subtansif almamater. tapi ternyata Unlam dalam penilaianku tak lolos verifikasi. Maka sejak hari itu saya pun bercita-cita, berharap mampu mengajari unlam untuk juga bercita-cita, menggandeng tangannya, mengajarinya berjalan kemudian berlari bersama, agar tak hanya menjadi bagunan besar yang tanpa nilai

Cita-cita hampir terwujud, Unlam berpesta..
Akhir Juli-Awal agustus 2008, 5 berkas pasangan calon pemimpin Unlam lolos dari proses verifikasi KPU.. di bulan agustus ini baliho, pamflet, banner, spanduk beberapa pasang calon turut berlomba meramaikan unlam yang biasanya 'sepi'.. Unlam mulai berwacana, mulai dari excellent campus, nasionalisasi aset2 unlam, konsolidasi internal, membangun bargaining Unlam ditataran ekstern. beberapa gerakan menggeliat, mungkin berusaha memanfaat momentum atau sekedar ikut-ikutan. beberapa diantaranya berkompetisi, namun tak sedikit juga yang saling bahu membahu. Kini Unlam mulai ramai, paling tidak disana bertambah banyak mahasiswa yang benar2 layak menyandang predikat istimewa itu

Invasi Gerakan...
Detik-detik terakhir menjelang berakhirnya waktu kampanye terbuka, tiap pasang calon banyak mengalokasikan waktunya untuk melakukan audiensi keberbagai lembaga tingkat universitas maupun fakultas, sebagai tim sukses salahsatu pasang calon untuk teritori banjarbaru hal yang sama pun kami lakukan. menjadi sarana mediasi kebeberapa fakultas sehingga calon dan pembesar2 fakultas dapat berdialog
Dalam beberapa kali audiensi, jujur saja terkadang saya merasa agak greget dengan calon yang kami usung, karena calon yang kami usung ini begitu 'baik hati & legowo' (begitu saya menyebutnya). bagaimana tidak, karena mereka akan selalu mengedepankan proses pembelajaran dari pada sekedar meningkatkan proses perolehan suara. sebenarnya tidak ada yang salah, hal itu justru sangat diperlukan untuk mendidik mahasiswa unlam mjd lebih cerdas secara gerakan. Hanya saja terkadang mereka melupakan instrumen yang paling penting untuk meraih kemenangan dalam sistem demokrasi, perolehan suara.

Invasi Pemikiran..
Kurang dari jam 07.00 pg kami para tim sukses wanita sudah bertebaran dibeberapa fakultas sesuai dengan hasil rapat yang telah kami tentukan. Butuh pengorbanan tentunya karena malamnya harus bergadang membuat seribu bunga kertas untuk dibagikan ke mahasiswa sebelum ritual keliling kampus diadakan sambil menunggu dialog terbuka ke-5 pasang calon dimulai.
Aku hampir kecewa, beberapa hal terjadi diluar prediksi, keliling kampus terancam gagal karna kekurangan massa. jika usaha telah mencapai titik klimaks, maka saatnya kembali kepada yang Maha berkehendak, mencari tempat bersandar, aku shalat dhuha dan mentausiyahi diri dengan ayat-ayatNya.. Tak berapa lama, teman2 datang. keliling kampus jadi dilaksanakan, walaupun agak berbeda dari bayanganku awal. kami menyeru mahasiswa untuk lebih cerdas & berpartisipasi menentukan pemimpin yang tepat bagi unlam. aku bahagia.

Detik-detik menegangkan & menentukan..
17 september 2008, dari pagi hingga sore aku cancel semua agenda pribadi & mengalokasikan waktu sepenuhnya untuk kampus. karena aku berfikir bisa jadi ini adalah kesempatan terakhir untuk ikut menorehkan sejarah dikampus. Salah satu cita-citaku saat masih dikampus, 'menggiring pemilu Unlam'. Hari itu proses pemilihan berjalan lancar meskipun tetap ada lika-likunya. Perasaan juga mengharu biru terkadang tegang karena ada sedikit masalah, terkadang haru karena melihat para penerus perjuangan itu begitu bersemangat, tak jarang ada juga perasaan marah karena ada beberapa pasangan yang tidak fair atau sedikit kecewa karena TPS dibeberapa fakultas sangat sepi. Tepat pukul 15.00wita beberapa TPS melakukan perhitungan suara.. terkadang kami ketar-ketir juga karena perolehan suara minim, tapi tak dibeberapa waktu kami menjadi sangat percaya diri karena dibeberapa TPS calon kami meraih dukungan terbesar. Habis magrib berdasarkan hasil quick count oleh tim pemenangan pemilu kampus pasangan yang kami usung menang dinyatakan menang. dari seluruh pemilih kami mendapatkan persentase dukungan 54,52% jauh melampaui calon pasangan lain. kami bersyukur sekaligus beristighfar, karena bisa jadi Allah sedang menguji..namun disatu sisi kami masih dihadapkan pada PR besar mencerdaskan mahasiswa Unlam, karena dari sekitar 13.000 mahasiswa Unlam yang berkontribusi di pemilihan kurang dari 4000 mahasiswa, ini artinya legitimasi kepemimpinan hanya berkisar 27%-30%.
payah memang!

Kini Unlam mulai berani belajar berjalan, terseok-seok ditengah segala keterbatasan. kaki dan tangannya masih terlalu lemah untuk menopang. Tapi aku masih sangat optimis dimulai dari 1-2 langkah kecil ini, suatu saat ia akan mampu berlari, mensejajari langkah-langkah panjang teman2nya dibelahan bumi yang lain...

Saturday, August 30, 2008

Lingkaran "Pelangi"


Malam ini aku sedang melankolis, tapi biarlah...selama melankolis masih tidak dilarang. Kawan… Saya akan bercerita tentang mereka, tujuh orang yang masing-masing mempunyai tempat spesial sebagai sahabat diruang hatiku, tidak berlebihan kiranya untuk membagi cerita ini agar jalinannya membawa manfaat. Agar setidaknya diantara kami tak ada yang lupa bahwa mereka pernah mempunyai jalinan pertemanan yang sangat indah, Agar mereka (yang kini jauh) tau setidaknya mereka tetap memiliki ruang paling tidak dihati saya.. Sketsa indah ini khusus saya persembahkan untuk mereka para sahabat seperjuangan, untuk mereka para saudari dijalan Allah, untuk mereka para akhwat yang menamakan dirinya ‘IM’ (intellegent muslimah).. Semoga gelombang cinta ini Allah sampaikan pun ketika antunna tak lagi punya banyak waktu untuk sekedar membaca tulisan ini.

Akhir 2003
Bermula dari sebuah lingkaran, Saya menyebutnya Lingkaran Pelangi, alasannya simple karena perbedaan karakter orang-orang yang ada didalamnya.. rata-rata bertolak belakang namun terkesan indah dan saling melengkapi, warna perjalanannya syahdu… Seiring perjalanan lingkaran itu semakin membesar, namun akhirnya menyusut terseleksi oleh waktu. Waktu yang membuat mereka ada namun waktu juga yang kemudian membuat sebagian diantaranya kemudian tiada. Terakhir lingkaran itu hanya dihuni 8 orang, lingkaran pelangi..

Akhir 2005
Satu persatu cahaya di lingkaran pelangi menemukan warnanya, mereka terperangkap oleh rayuan syurga, tanpa berfikir panjang mereka akhirnya mampu menentukan pilihan. Memaknai syahadat dengan sebenarnya. Lingkaran pelangi itu semakin tampak indah, warnanya memesona, mereka erat seolah tak dapat dipisahkan. Karna pelangi tak akan tampak indah jika hanya ada satu warna, walaupun polesan dasarnya semuanya sama, PUTIH!

Awal 2006
Keindahan pelangi tak mampu dibendung oleh lingkaran, karena kegelisahan mereka merembes melalui celah-celah dinding mencoba memberi keindahan pada lingkaran yang lain, mereka meliuk diantara bangunan kampus, berjalan dengan keindahan warnanya, mereka penuhi ruang-ruang kajian, mereka membasahi lisan dengan diskusi-diskusi bertema perjuangan, tak jarang mereka hadir hanya untuk ’mengobrak-abrik’ forum anak2 BEM, yah..katanya mereka sedang latihan strategi perang.

Akhir 2007
Kini warna pelangi itu terpisah, beberapa diantara mereka harus pergi untuk amanah lebih besar yang menanti diluar kelokan panjang bangunan kampus, beberapa diantara mereka sedang ditunggu. Begitulah pelangi, berasal dari spektrum cahaya yang terurai, tak bisa bertahan lama. Ia hanya meninggalkan decak kagum manusia yang melihatnya, kemudian ia menghilang, kembali menjadi cahaya yang terurai, cahaya yang jauh lebih bermanfaat dari sebelumnya.. Harapan saya, semoga itu juga berlaku bagi cahaya di dalam lingkaran pelangi


Banjarbaru, 290808
Kamar kesayanganku—tempat qt seringkali membangun cita-cita
Masih ingatkah kawan?

Friday, August 29, 2008

Berkunjung Ke Sekre HMI

Rabu 27 Agustus 2008 kemarin, Allah memberi saya kesempatan untuk berkunjung ke sekretariat HMI cabang Banjarbaru. silaturrahim dengan para pengurus KOHATI sekaligus sedikit berbincang tentang masa depan DEMA Unlam. Sekretariat yang luas, desain ruangnya cocok sekali dijadikan 'mini office', tapi dari fisiknya terlihat bangunan ini baru saja ditempati, yah mungkin rumah yang berlokasi di kelapa gading 2 itu sekre baru teman2 HMI. Tapi yang ingin saya bicarakan bukan perihal rumah beserta desain ruangannya (walaupun saya cukup tertarik dengan tema itu', perihal rumah hanya sekedar 'side effect' dari pertemuan hari itu.
Jauh dari bayangan saya sebelumnya, para pengurus yang berjumlah sekitar 5 orang (termasuk ketua Kohati) itu merupakan mahasiswa angkatan 2007 kemarin, rata-rata baru. dan jauh sekali dari karakter teman-teman HMI yang biasa saya temui yang terbiasa 'cuap-cuap', penuh retorika ini dan itu.

Mencoba menganalisis fenomena hari itu, konklusi yang saya temukan adalah gejala matinya kaderisasi gerakan yang terjadi di Banjarbaru, namun fenomena ini juga berlaku umum diKalsel. masih teringat beberapa minggu lalu, saya mendengar keluhan serupa dari teman2 PII kalsel. Masih beruntung di KAMMI karena masih ada saja 'kader' yang tersisa ditiap jenjang angkatan. Kaderisasi dan regenerasi memang menjadi PR bersama tiap gerakan, ini PR besar. karena kalau hal ini tidak terjadi, maka bisa dipastikan 3-5 tahun kedepan mahasiswa akan menjadi 'makhluk asing' yang terkurung didalam tingginya menara kampus. sensifitas sosial tak akan terasah, budaya tanding intelektual akan hanya sebatas retorika ilmu yang tak mampu terejewantahkan. Sebagai aktivis mahasiswa yang dibesarkan oleh gerakan, jujur semangat saya terasa disentil ketika melihat fenomena ini, ingin rasanya saling memback-up antar gerakan, tapi apalah daya, tugas yang nyata ada pun tak bisa maksimal saya kerjakan...


kawan2, maafkan...
Merenungi diri saya yang tak mampu banyak berbuat!

Coblos No.4 (Dian-Rozani)


Dua bulan terakhir ini, Unlam ramai melakukan pesta demokrasi mahasiswa. Berbeda dari sebelumnya, dalam ajang demokrasi kali ini ada 5 calon yang lulus berkasnya dari tim verifikasi. tentusaja ini merupakan hal yang sangat positif bagi kemajuan Unlam dan juga bagi KAMMI. Karena dua tahun terakhir pemilu Unlam 'tak bersuara' kecuali saat hari H dan hal ini membuat tugas tim kpf (komisi pemilihan fakultas) bertambah karena sibuk memburu mahasiswa untuk mencoblos, sebagai salah satu indikasi suksesnya pemilu di Unlam. Sementara mahasiswa yang diburu bingung harus nyoblos yang calon mana, karna sebelum-sebelumnya nama-nama calon tak pernah terdengar di Unlam.
Namun hari ini agak berbeda, Baliho, spanduk, banner, pamflet, leaflet dan amunisi lain untuk promosi calon bertebaran di Unlam. Tim sukses tiap pasangan pun dipenuhi jadwal rapat hampir tiap hari. Tak terkecuali tim sukses pasangan calon No. 4 (Dian-Rozani). Semua persiapan dilakukan, 2 minggu terakhir masing-masing timses harus berfikir keras untuk pemenangan calon, jatuh-bangun dalam 'perjuangan pemenangan' ini juga kami rasakan. Lapis-lapis peran timses juga difikirkan. Mulai dari persediaan amunisi, 'make-up' pasangan calon, sampai ke hal-hal kecil yang mungkin 'sepele' bagi sebagian orang, tapi tidak bagi kami. Seperti kata Mba liez makasar(yang sering menjadi teman share saya tentang politik kampus maupun politik praktis), disela2 diskusi beliau bilang 'benar lho fah, terkadang hasrat politik akhwat itu memang jauh lebih tinggi dari pada ikhwan'. mengingat itu saya jadi senyum sendiri, lha sekarang itu memang terjadi:p
Semangat 'menang' selalu menghiasi setiap rapat, ide-ide seakan berloncatan memenuhi ruangan, sampai rasanya tak sanggup untuk dikerjakan. Tapi apa yang tidak bisa dilakukan klo lagi semangat, karena semangat itulah yang akan menjadi suplai energi berkali-kali lipat. Karena hanya ada dua kata bagi kami, 'menang dan perubahan'
Bagi siapa saja yang membaca tulisan ini, saya mohon dengan sangat do'a dan restunya. Semoga Allah memberi kami anugrah kemenangan dan kekuatan hingga amanah ini mampu terselesaikan dengan baik. Dan jangan lupa, sampaikan kepada sahabat, saudara, teman2 yang ada di Unlam untuk berpartisipasi pada pemilu Unlam tanggal 17 september 2008, dan.... COBLOS NO.4

Friday, August 22, 2008

Mozaik Juang

Wahai Allah, tolong bukalah hijabMu
Aku ingin bertanya…
Alunan da’wah ini telah larut disetiap partikel darahku,
Helaannya pun selalu meliuk bersama tarikan nafasku,
Lalu apa yang harus kulakukan,
ketika suara itu lancang menawarkan agar aku berpisah dengannya?
Mungkinkah darah dipisahkan dari jantungnya?
Mungkinkah nafas dipisahkan dari paru-parunya?
Bukankah itu berarti kematian?

Wahai Allah, tolong bukalah hijabMu,
Aku ingin bercerita....
Kalimat-kalimat itu telah menjadi tali rantai
Kuatnya mengikat seluruh sendi tulang,
Lihatlah, Aku tak bergerak!
Kepercayaan itu telah menjadi peluru luruh dari senapan
Kecepatannya merobek kulit,
Lihatlah, Aku terkapar!
Semangat itu kini telah berubah menjadi mata pedang
Siap mengayun, menebas, menggores,
Lihatlah, Aku berdarah-darah!
Wahai Allah, kini Aku hampir kalah...

Wahai Allah, tolong bukalah hijabMu,
Aku ingin bicara...
Karena diam adalah penjara
Biarkan mereka datang dengan seribu kata dan prasangka
Biarkan semua darah menjadi pembasuh nista
Simpan semua lelah dan airmata untuk syurga

Wahai Allah, tolong bukalah hijabMu,
Aku ingin meminta...
Berilah Aku tenaga, bukankah Engkau pemiliknya?
Berilah Aku kekuatan, bukankah Engkau segala sumbernya?
Berilah Aku kesejukan, Bukankah Engkau Telaganya?
Berilah Aku kasih sayang, Bukankah itu sejatinya Engkau?
Agar Aku bisa bersamaMu selamanya.

Banjarbaru,190808
Cahaya luruh

Syair Lelah...

Senja membekali kepenatan dalam tapal batas raga
Lelah semburat mengoyak kelam membara di jiwa
Yang lupa lantunan dzikir hingga diri hancur,
Aku hendak istirahat sejenak, Saudariku...

‘Wahai diriku, apakah engkau yakin dengan janji dan jatah umur?
Sedang rakyat menunggu,
Bagaimana hendak engkau pertanggung Jawabkan dihadapanNya, Ukh?’

Tersungkur dalam pertaubatan labuhan malam para shalihin
Mahasiswa menyorotkan isyarat,
Peristirahatan seorang muslim adalah shalat,
Terseok-seok jasad suci cerminan Umar
Tegur dengan pedang!
Karena wajar...
Semua kewajiban lebih berkelok dari pendaran waktu,
Berapa butir kesyukuran tanpa tawadhdhu
Medali keberhasilan lupa dikembalikan
Nafsu menyembul tanpa diimbangi istighfar
Hanya menenteng kebanggaan

’Fabiayyii ’ala-i rabbikumaa tukadzdzibaan’

Merangkai do’a rabithah berdinding warna udara dingin
Merayu sang pemilik hati
Merekatkan stu-persatu benih ukhuwwah yang terserak
Hingga tak satu makhlukpun mampu membuatnya tercerai

Awal Agustus 2008
Dipuncak lelah

'Tentang Mereka'

Lagi-lagi disana, disuatu tempat bernama KAMMI saya menemukannya...
Menemukan manusia dengan macam karakter, dengan ragam pemikiran, dengan aneka ’kenakalan’ yang terkadang membuat orang kerap menyematkan gelar khusus atas kenakalannya, ’orang-orang yang sulit diatur’.

Lagi-lagi disana, disuatu tempat bernama KAMMI saya menemukannya...
Menemukan mereka yang suka tantangan. mereka yang bersikukuh menembus tembok walaupun sulit, karna mereka khawatir tembok itu justru akan menjadi penghalang ketajaman pandangan, namun sayang lagi-lagi bahasa mereka tak dapat dimengerti, karena bahasa mereka terlalu jauh masanya dari manusia abad ini.. Atau mungkinkah kehadiran mereka bersentuhan dengan waktu, tempat dan manusia yang tidak tepat? Mungkinkah mereka lahir terlalu dini? Oh..sekali-kali tidak! Karena Allah maha teliti, Allah tak pernah salah dalam setiap keputusan dan perhitungannya. Mereka hadir justru diwaktu yang tepat karena sudah sekian detik dunia berjalan tanpa pencerahan. Mereka justru hadir ditempat yang tepat, karena tempat ini sudah dikelilingi tembok konservatif yang kian hari kian mengakar. Mereka hadir dan berkawan dengan manusia yang tepat, karena banyak tugas yang harus mereka ajarkan untuk mendidik manusia-manusia yang akan berjibaku dengan masa depan itu.

Lagi-lagi disana, disuatu tempat bernama KAMMI saya menemukannya...

Menemukan ’orang-orang yang sulit diatur’ itu memulai diskusi dengan D besar, menulis dengan M besar, berfikir dengan B besar dan semoga beramal dengan B besar pula. Taukah engkau teman, mereka adalah kader-kader berharga yang dimiliki oleh ummat ini. Tak jarang diskusi kecil menjadi rancangan masa depan atau strategi jitu yang begitu bernilai. Semuanya dikupas, dari masalah sepele hingga masalah sensitif yang mungkin akan membuat perasaan mereka justru tergores. Mereka tetap tak peduli.

Lagi-lagi disana, disuatu tempat bernama KAMMI saya menemukannya...
Menemukan ’orang-orang yang sulit diatur’ itu pantang menyerah walaupun didera jarum-jarum ketidak percayaan, karena yang mereka tau bagaimana berbuat, tak sekedar bagaimana menggugat. Karena bagi mereka pejuang bukanlah orang yang hidup ditengah pujian, tapi pejuang adalah mereka yang senantiasa menyiapkan energi untuk bangkit ketika di dera ribuan cacian.

Lagi-lagi disana, disuatu tempat bernama KAMMI saya menemukannya...
Menemukan ’orang-orang yang sulit diatur’ itu...
Apapun penghargaan orang tentang mereka (dan mungkin juga saya), jauh dilubuk hati saya membuncah sebuah kesyukuran yang amat sangat karena Allah mengizinkan saya untuk pernah mengenal mereka. Karna bisa jadi justru ’orang-orang yang sulit diatur’ itulah yang akan menjadi penjaga gawang bagi orisinalitas da’wah ini...
Karna justru ’orang-orang yang sulit diatur’ itulah yang hari ini menjadi cahaya dilangit hati KAMMI, menerangi diskusi-diskusi panjang KAMMI dengan warna pelangi...
Karena seperti Kata Umar ’Sesungguhnya ikatan simpul islam akan pudar satu persatu, manakala didalam islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal ’jahiliyyah’

Ketahuilah teman...
’Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini, selain rasa cinta yang telah mengharu biru hati kami, menguasai perasaan kami, menguras habis air mata kami, mencabut rasa kantuk dari pelupuk, kami adalah milik kalian wahai saudara-saudara tercinta...’ (Imam syahid Hasan Al-banna)

Medio, Agustus 2008
Dengan penuh harap,
Semoga bahasa ’orang-orang yang sulit diatur’ itu dapat menembus ketinggian langit

Monday, May 19, 2008

Sorry Mom, I'm Forget Again

Momen bersejarah itu tak sengaja saya lupakan lagi...

ini adalah kali kedua saya melakukannya, dengan penyebab yang juga sama. Tanggal 2 mei adalah hari bersejarah bagi negri ini, karena hari pendidikan dinisbatkan pada tanggal tersebut. Runtuh atau Tegaknya suatu bangsa ditentukan oleh bagaimana kualitas pendidikan itu sendiri.
Namun bagiku, tanggal 2 mei jauh lebih penting dari itu..
Karena pada hari itu adalah hari kelahiran ibuku, wanita bersahaja yang membuat aku ada didunia ini. Yang dari lisannya aku banyak belajar & mengenal apa yang ada disekitarku. wanita yang keras kepalanya terwariskan kepadaku..
Hari itu, tepatnya tanggal 2 mei 2008, mamaku berkali-kali menelfonku...
Tapi aku tak mendengar, karena hari itu suara sangat riuh, aku sedang mengikuti barisan demonstrasi hari pendidikan di Banjarbaru. Sebenarnya aku sempat mengingat momen itu, tapi aku sengaja menunda mengucapkannya, karena berfikir ketika aksi bukan lah saat yang tepat. Sampai akhirnya tak sengaja aku melupakannya.

Mama, maaf...
Sampai hari ini aku masih belum juga bisa pulang, meskipun aku sangat rindu
Aku sangat mencintai mama karna Allah, tapi aku juga sangat mencintai perjuanganku disini,
Aku yakin mama bisa mengerti...


Thursday, May 15, 2008

" I'm falling in L0v3"

Aku jatuh cinta…
Pada angin yang menerbangkan daun-daun gugur
Pada aliran air yang tak berbatas
Pada dinding bisu tak bersuara
Pada tumpukan sampah & perumahan kumuh...

Aku jatuh cinta...
Pada teriknya matahari yang membakar
Pada suara-suara jalanan yang menggemparkan
Pada bisingnya deru mesin kendaraan

Pada debu&asap knalpot yang selalu menghiasi perjuangan

Aku jatuh cinta...
Pada rasa sakitnya jatuh dan terpuruk,

karna dengan jatuh aku akan mengerti betapa sulitnya harus bangkit
Pada rasa kecewa tak terbantahkan,
karena dengan begitu aku akan mengerti betapa menyenangkannya jika bisa memaafkan

Aku jatuh cinta...
Pada rasa terasing
Rasa dihindari, dijauhi bahkan ditakuti

karena dengan itu aku akan belajar menaklukkan segala misteri

Aku jatuh cinta...
Pada ketinggian langit dan yang menghiasinya
Pada kedalaman samudra dan yang membuatnya ada
Pada semesta dan se-isinya....

Dan... Aku jatuh cinta...
Pada rasa jatuh cinta itu sendiri

seperti inikah rasanya jatuh cinta?


Banjarbaru, 120508
'menyadari dunia ini begitu indah'

Monday, February 11, 2008

Antara ILmu & AmaL

Sudah bukan rahasia umum kalau satu dua tahun terakhir ini proses pengkaderan diakui berjalan amat lamban, contoh konkrit, ya didaerah saya. Kualitas dan kuantitas hasil rekrutmen menjadi PeEr yang seringkali membuat kepala pusing tak hanya 7 keliling. Bahkan lebih ruwet dari study analisis matematika! (mata kuliah yang paling tidak saya sukai :p)

Tapi walaupun begitu, justru masalah pengkaderan ini lah yang sering kali, memenuhi tema-tema diskusi kami. Masalah klasik yang udah basi, tapi tetap saja semangat untuk membahasnya. Dari A to Z-nya realitas pengkaderan, semuanya dikuliti. Saya juga bingung kenapa kami seringkali membahas hal-hal yang memusingkan. Mungkin bisa jadi, justru pekerjaan sulit itulah yang membuat kita tertantang. Atau hanya ingin sekedar berbagi meringankan beban.

Sebagian besar kita tentunya sepakat, fikrah dulu baru harakah. Ilmu dulu baru amal, faham dulu baru gerak. Sejauh ini pun saya masih mempunyai fikiran yang sama. Syeikh Hasan Albanna tentu tidak sembarangan menempatkan poin pertama hingga kesepuluh dalam rukun bai’atnya. Ada pertimbangan, disusun berdasarkan analisis yang matang. Meskipun semuanya saling terkait, poin yang satu akan menyempurnakan kesembilan poin yang lain.

Saya sepakat, karena memang setiap perbuatan itu akan lahir dari sebuah pemikiran, dari sebuah alasan kenapa hal itu harus dilakukan. Begitupun untuk merubah karakter/perbuatan seseorang. Yang pertama kali harus diubah adalah pemikirannya. Semakin berkualitas pemikirannya, maka akan semakin berkualitas juga perbuatannya.

Contoh simplenya ghazwul fikri, Sebuah produk brilian guna menghancurkan peradaban. Peleburan sekaligus Penghancuran pemikiran. Karena saat mindsetnya sesat, maka perbuatannya pun akan senada.

Lantas apa yang membuat pengkaderan saat ini ga berjalan sebagaimana seharusnya. Kalau dari hasil pengalaman, analisa dan diskusi yang konklusinya seringkali saya ciptakan sendiri, yang menyebabkan itu semua adalah karena kita terlalu menuntut amal dari seseorang, sementara kefahamannya terhadap amal itu sendiri ga ada. Dia ga faham. Dan ini diperparah dengan tuntutan kita untuk senantiasa tsiqah dan tha’at saja pada kita, pada jama’ah ini. Sementara pertanyaan ’kenapa’ dari mereka tidak kunjung kita berikan jawaban. Bahkan lebih sadisnya lagi, kita menuntut mereka untuk memahaminya sendiri, tanpa kita berikan sarana.

Tarbiyah Dzatiyah...!!
Padahal mungkin mereka punya keterbatasan untuk melakukan itu semua. Kita pun berkilah bahwa terlalu sibuk dengan amal ini dan itu (Ini introspeksi juga buat saya). Akhirnya mereka jumud, merasa ga mendapatkan apapun dari amal yang mereka kerjakan
. And than, wait and see, kita bisa lihat sendiri. Satu persatu gugur.

Lalu kita berusaha membenarkan fenomena ini sebagai sunnatullah dakwah, selalu ada yang terseleksi dari kafilah ini. Perihal sunnatullah da’wah saya sepakat, tapi yang terjadi seolah pembelaan diri. Yah..lagi-lagi kita sangat pandai merasionalisasi keadaan, mengkambinghitamkan sunnatullah. Padahal pada tataran aplikasinya, pengelolaan kader kitalah yang masih lemah.

Masalah tsiqah-tsiqahan ataupun thaat inipun saya fikir terjadi pada sebagian besar kader KAMMI, termasuk saya! Dulu saat baru gabung dengan harakah da’wah saya ga tau kenapa harus begini, kenapa harus begitu, kenapa harus aksi dan lain sebagainya. Dan saat itu, meskipun sering nanya tapi saya ga pernah puas dengan jawaban yang diberikan. Lha gimana bisa puas, kalau jawabannya ”lihat saja nanti, biar waktu yang menjawabnya” atau ”jalanin aja dulu, nanti juga bakal tau sendiri”. Gara-gara ini, sampai-sampai gank kami sempat dapat cap sebagai ’trouble maker’, padahal menurut saya inilah yang namanya kritis.

Awal mula nyemplung diKAMMI pun seolah ada keterpaksaan. Mbak yang ngajak saya sempat bilang, Ikutan aja dulu, DMnya KAMMI. Nanti kalau ditengah perjalanannya ada yang ga sreg, gapapa keluar.Lho??
Padahal, sepemahaman saya. Yang dikenalkan pertama kali, bukanlah harakah (pergerakan), bukan juga wajihah (organisasi) tapi keindahan islam. Komitmen terhadap islam yang pertama kali dibentuk, baru kemudian dijelaskan bahwa komitmen menegakkan islam itu tidak bisa diusung sendirian, butuh kebersamaan, kerjasama. Baru kemudian ke wasilah (sarana) untuk mencapai tujuan dari komitmen tersebut. Kalaupun harus langsung ke organisasi, aspek-aspek sebelumnya juga ga bisa ditinggalkan. Seperti itukan seharusnya?

Tapi kenyataannya, jauuh berbeda!
Dua tahun diKAMMI, fikrah keKAMMIan saya masih ga bagus-bagus (emang sekarang bagus :p) Ketika diturunkan sebuah kebijakan, yang tersampaikan hanya dalam tataran praktisnya. Sementara alasan kenapa kebijakan itu diambil bukan konsumsi publik KAMMI, seolah-olah hanya milik ’orang-orang yang berhak’ saja. Sampai akhirnya terjadi pembekuan daya nalar. yang senior ga berkembang, karna jarang dapat kritikan. Yang junior apalagi, karena ga ada suplemen pemahaman. Tidak ada budaya tanding pemikiran. Akhirnya sebagian besar kader tumbuh dengan pupuk tsiqah dan tha’at. Toh, sesama muslim tidak mungkin menjerumuskan. Dan sepertinya, tuntutannya memang seperti itu: Tsiqah, Tha’at dan Amal. Kalau mau faham, ya cari sendiri ilmunya!

Sekarang saya sadar, bahwa perubahan itu harus dimulai. Tak terbatas hanya pada dinding diskusi dan sekat tulisan. Sekarang saya juga malas untuk menuntut, Karena da’wah adalah Qudwah tak sekedar ajakan. Belakangan ini saya banyak berfikir bahwa jika kita pandai memeras amal, maka kita akan mendapat ilmu. Wallahu’alam


Teruntuk saudaraku distruktur kepengurusan KAMDA, Solidkan barisan.. sudah terlalu banyak waktu qt terbuang..
Teruntuk kader KAMMI dimanapun berada, Terus Bergerak, Tuntaskan Perubahan!
In the room of jihad, 22.15 – 22.51wita