Thursday, October 30, 2008

Benarkah Aku Cinta KAMMI??

Benarkah Aku cinta KAMMI?
Entahlah, terkadang jawabannya begitu sulit, atau mungkin lebih tepatnya hari ini aku meragukannya. Kalaupun itu memang terjadi, maka yang patut menjadi pertanyaan adalah cinta seperti apa yang telah aku berikan buat KAMMI? Cinta yang bertenaga sehingga membuat orang-orang yang ada didalamnya tak mengenal apa itu lelah atau justru cinta yang menjadikannya lemas kehilangan tenaga? Cinta yang menggerakkan sehingga membuat orang-orang didalamnya bangkit&berbuat atau cinta yang membuatnya nyaman terlelap? Cinta yang membuat semua organ tubuhnya berfungsi&saling merasa atau cinta yang justru mengunci mati seluruh potensinya?

Benarkah Aku cinta KAMMI?
Entahlah, terkadang jawabannya begitu sulit, atau mungkin lebih tepatnya hari ini aku yang tak mampu menjawabnya. Kalaupun itu memang terjadi, mengapa cinta itu justru menuntut, bukan melapangkan? mengapa justru cinta itu tidak memberikan kekuatan berkali-kali lipat untuk kembali bangkit dan berkorban? mengapa justru membuat perih? mengapa harus ada luka? Apakah ia masih perlu dipertanyakan karna porsinya terlalu kecil? atau justru sebaliknya, ia terlalu berlebihan sehingga menuntut agar aku ikhlas secara perlahan melepaskannya?
----
ketika kemarin mencoba mengevaluasi diri dan gerakan bersama teman2 akhwat, satu penyakit yang menjadi tema besar hari ini, bahwa proses kaderisasi tidak optimal. satu hal yang membuat aku merasa sangat bersalah&berdosa pada KAMMI. satu hal yang membuat aku harus melakukan refleksi hingga akhirnya ragu pada diri sendiri, 'Mungkin ia tidak menemukan orang yang tepat selama ini'. Namun tak ada pilihan lain, bagaimanapun semuanya harus Aku pertanggungjawabkan.

menyusuri pekat...301008
dengan terus berharap, cinta masih mampu menguatkannya...



Wednesday, October 29, 2008

Tentang Segelas Teh & Sepiring Kerupuk

Pagi itu hujan deras, sementara ada jadwal rapat Daurah yang harus dilakukan oleh komisariat pukul 7 pagi ini, dan mengharuskan saya hadir untuk membantu mengarahkan proporsi kerja SC. Bulan November ini memang bulan Daurah rekrutmen yang dilakukan KAMMI di kalimantan selatan, disamping tugas struktural yang memang membidangi kerja-kerja diranah kaderisasi, saya juga mempunyai obsesi pribadi melakukan pendampingan maksimal pada komisariat terutama dalam hal pengarsipan draf tekhnis dauroh dan menyiapkan sistem follow up yang matang. Tapi bukan ini yang ingin saya ceritakan. Saya hanya ingin bercerita tentang segelas teh dan sepiring kerupuk, sesuatu yang mungkin sangat sepele bagi beberapa orang (karna ketika saya bercerita dengan teman2 saya, sebagian dari mereka justru merasa lucu dan mentertawakannya)

Pagi itu saya cukup bingung bagaimana caranya mencapai tempat rapat, sementara hujan tak juga reda. Akhirnya saya putuskan untuk tetap berangkat dengan motor kesayangan saya, meskipun konsekuensinya saya akan basah kuyup. mungkin ini bisa dibilang sebuah langkah pragmatis, bahkan trerlalu kerkanak-kanakan hanya karena saya ingin mengatakan bahwa 'hujan tidak seharusnya menjadi alasan untuk menghambat agenda da'wah KAMMI'. Seperti apa yang saya prediksi semula, sesampainya disana sebagian besar pakaian saya basah, tapi tetap tidak mengganggu suasana rapat hari itu. Dan ditengah agenda rapat berlangsung saya merasa Allah memberi sebuah kejutan, para ikhwan (yang semuanya adalah adek tingkat, 4 tahun dibawah saya) menyuguhkan teh hangat dan sepiring kerupuk untuk kami, untuk sekedar menghangatkan badan karena kami kehujanan. terkesan agak canggung mereka menyuguhkannya, tapi saya justru sangat mengapresiasi itu. karena sekian lama saya bercerita tentang ukhuwwah dikomisariat, merekalah yang pertama kali memperlihatkan aplikasinya, dengan cara yang tidak pernah saya duga. Karena bahagianya saya saat itu, rasanya suguhan itu merupakan teh dan kerupuk terenak yang pernah saya rasakan:), merasa apresiasi saya tak cukup, saya pun mengirim sms berupa reward atas apa yang telah mereka lakukan untuk menghidupkan ukhuwwah antar ikhwah.
Sepulang dari rapat suasana hati saya berubah 180 derajat, dari badmood menjadi sangat bahagia. dengan antusias saya menceritakan kejadian itu kepada sahabat2 saya, tapi mereka justru merasa lucu dan mentertawakannya. Yah...saya mengerti, yang membedakan seni merasa itu adalah keadaan hati dan harapan-harapan kita. Walaupun apa yang mereka lakukan terkesan sepele, tapi harapan saya itu akan berdampak luar biasa bagi peningkatan kinerja komisariat. wallahu'alam.

Wednesday, October 22, 2008

Cinta Untuk Mereka


Sesungguhnya Engkau tahu/Bahwa hati ini tlah berpadu/Berhimpun dalam naungan cintaMU/Bertemu dalam ketaatan/Bersatu dalam perjuangan/Menegakkan syariat dalam kehidupan..
Kuatkanlah ikatannya/Kekalkanlah cintanya/Tunjukilah jalan-jalannya/Terangi dengan cahayaMU yang tiada pernah padam/Ya Robbi bimbinglah kami..
Lapangkanlah dada kami/Dengan karunia iman/Dan indahnya tawakal padaMU/Hidupkan dengan ma'rifatMU/Matikan dalam syahid di jalanMU/Engkaulah Pelindung dan Pembela..

Banjarbaru,2310'08
Mencoba mengumpulkan puing-puing terserak...


Motif Perjuangan

Beragam hal yang dapat melatari semangat seseorang berjuang, saya menyebutnya niat dan orientasi. Niat dan orientasi seseorang dalam perjuangan akan sangat menentukan seberapa panjang nafas & langkah yang mampu di tempuhnya dalam perjalanan da'wah ini. Niat dan orientasi ini jugalah yang mempunyai kekuatan besar membuat semangat seorang kader menjadi stabil & 'tahan banting' atau justru sebaliknya. Bagi seorang kader da'wah maka 'wajib' untuk senantiasa mengishlah niat & orientasi agar tetap pada koridor-koridor ilahiyah, niat dan orientasi yang seperti inilah yang menjadikan kader mampu berfikir dan bercita-cita jauh kedepan menembus ruang khayal manusia yang sebenarnya tak terbatas, mereka tak akan pernah kehabisan tenaga untuk da'wah, karena motifasi yang dibangun adalah motivasi abadi yang bersumber dari Yang Maha abadi.
Hari ini saya menemukan fenomena serupa, kesalahan orientasi&niat yang terjadi pada kader-kader KAMMI di salah satu komisariat KAMMI di Kalimantan Selatan. Beberapa gelintir kader yang masih peduli pada nasib komisariat mengadu pada saya bahwa terjadi gelaja 'futur berjama'ah' di tubuh komisariat tersebut. Hal ini diindikasikan oleh melemahnya komitmen & pengorbanan kader terhadap da'wah, termasuk juga dalam hal hilangnya semangat. Alasan mendasar yang terlontar dari para kader adalah karena 'menghilang'nya Sang ketua dari kancah da'wah KAMMI akhir-akhir ini.
Sangat disayangkan, saat ini mereka justru kehilangan hal yang paling mendasar dan krusial dalam da'wah ini, terjadi kesalahan niat dan orientasi, motif perjuangannya kurang tepat. Mendengar itu akhirnya Saya terdiam sejenak, berfikir bagaimana cara penyampaian yang paling tepat. Dan saya memilih cara yang paling 'save', yaitu bercerita tentang sejarah Rasulullah dan para sahabat. Tentang seorang panglima besar khalid bin walid yang tetap semangat berjuang meskipun tanpa alasan ia diminta khalifah turun menjadi seorang prajurit, Tapi dia telah berazzam Bahwa perjuangannya mutlak untuk Allah, bukan sekedar karena Umar. Atau tentang cerita wafatnya Rasulullah yang membuat sebagian kaum muslimin limbung karenanya, sampai akhirnya Abu Bakar berdiri dan meluruskan kembali orientasi mereka dengan mengatakan 'Jika kalian berjuang karena Muhammad, maka lihatlah sekarang Muhammad telah mati. Tapi jika kalian berjuang karena Allah, maka ingatlah Allah akan terus ada dan tak pernah mati'.

ditikungan perjuangan
Banjarbaru,2310'08

'Future Plann'

Sekitar Enam bulan yang lalu Aku pernah merasa sedemikian terombang-ambing, saat itu aku kehilangan cita-cita, masa depan tak mampu aku lihat dengan jelas, semuanya terasa kabur dan tak berpihak. Ya.. saat itu sekitar enam bulan yang lalu pasca keluar dari kampus Aku sempat berkeinginan meneruskan jenjang pendidikanku ke Strata-2 di Bandung. Memenuhi impian waktu kecil, aku ingin sekali tafakkur di kebun teh yang sangat terkenal di Bandung. Semua rencana ku susun hampir matang, lobi-lobi kebeberapa pihak yang berhak memutuskan pun hampir Ok, resiko kehidupan yang harus ‘ngirit’ saat kuliah di Bandung pun telah aku persiapkan, termasuk info letak kampus dan kos-kosan, termasuk juga mempersiapkan mental binaan yang akan aku tinggalkan. Bahkan orang tuaku yang tadinya berkeras tak setuju pun akhirnya luluh karna mereka tau anaknya ini juga cukup keras (walaupun aku tidak pernah berkata & bertindak keras dalam menyampaikan keinginanku)

Tapi ternyata Allah berkehendak lain, Aku menjadi bimbang hanya karena pertimbangan seorang ustad di wilayah yang sangat bijak ketika melihat kondisi KAMMI yang saat itu ‘Krisis Kepemimpinan’. Berbagai pertimbangan beliau berikan. Karena egoku yang sedemikian kuat terhadap apa yang sudah aku cita-citakan, ketika mendengar pertimbangan itu, Aku pun sempat membela diri bahwa permasalahan internal seperti itu akan senantiasa ada. Sampai akhirnya ustad tersebut berkata, ‘Lalu siapakah yang akan bertanggung jawab terhadap hal ini kalau bukan mereka yang tersisa? Siapakah yang harus menjadi penolong agama Allah itu?’ Saat itu airmataku keluar tanpa bisa aku tahan, Aku memilih.

Akan selalu ada resiko dalam setiap pilihan, sama halnya akan selalu ada hikmah dalam setiap apa yang kita korbankan. Selama berbulan-bulan Aku bersusah payah kembali mengatur ulang mimpiku. Kesibukan di KAMMI mampu menjadi obat mujarab yang menghibur. Hingga akhirnya Allah memberikan jawaban dan keajaiban2. Allah mengabulkan cita-citaku selama dikampus justru saat aku sudah keluar dari kampus, Allah berikan Aku kesempatan membersamai geliat semangat para anak muda itu, Allah berikan jawaban & memperterang jalan bagi setiap langkah apa yang menjadi peta hidupku hari ini. Yah..Aku menjadi sadar apa yang aku cita-citakan enam bulan lalu bukan merupakan jalan yang tepat untuk hidupku, karena keputusan itu aku ambil tergesa-gesa dan tidak objektif hanya karena Aku tidak ikhlas berpisah dengan bangunan bernama kampus. Tapi untunglah Allah berkenan memberi aku waktu untuk lebih banyak belajar, berfikir dan menyerap informasi untuk memutuskan masa depan, meskipun dengan cara yang sedikit ‘ekstrim’.

Saat ini, Allah telah memberi aku banyak nikmat.. Aku kembali menemukan diriku sejak beberapa bulan yang lalu. Tinggal tiga hal besar yang harus aku lakukan. Memperjelas dan menghidupkan terus visi dengan motivasi rabbani, menyabari misi dalam meniti setiap langkah langkah kecilnya, dan menjaga orientasi agar tetap bermuara pada keridhaan Allah semata. Do’akan, agar aku mampu mewujudkannya..


Banjarbaru, ………. 23.34-00.26wita

Masa depan adalah apa yang kita fikirkan, cita-citakan dan perbuat hari ini!

Pelangi Di Atas Barito

Sabtu kemarin Allah memberikan kami kesempatan untuk menjelajahi sebagian kecil dari dunianya, menjenguk desa kecil di pelosok Kalimantan Tengah sekaligus menghadiri undangan walimatul ursy seorang sahabat di kecamatan Tamban Baru, desa Handil Sekawan. Berdasarkan setting awal, mestinya perjalanan kami lakukan jam 07.00wita, tapi karna harus ‘berputar’ mencari ‘Kado Spesial’ & CD Nasyid pesanan pengantin yang bisa diputar di acara walimahnya, akhirnya perjalanan kami ngaret 1 jam dari kesepakatan awal.

Mengingat hari itu adalah hari sabtu yang biasanya full agenda, maka kami cukup memperhitungkan kemungkinan perjalanan itu. Berdasarkan prediksi kami akan tiba kembali di Banjarbaru maksimal pukul 14.00wita. Berhubung tak satupun dari kami bertiga yang pernah melakukan perjalanan kesana, maka Berbekal sebuah peta, perjalanan menuju tamban pun kami mulai. Mulai dari menyebrangi Sungai Barito (konon sungai terlebar di Kalimantan) dengan menggunakan ferry kayu kemudian menyusuri jalan-jalan setapak yang dikiri kanannya terdapat aliran sungai (sekecil parit dengan air berwarna coklat tua) dan beberapa petak areal persawahan. Dari karakter desanya aku tak bisa menangkap jelas mata pencaharian sebagian besar penduduk Tamban, mungkin berkebun dan menggarap sawah, karena dihalaman beberapa rumah penduduk yang aku lewati terlihat banyak padi yang dijemur. Dari hasil analisaku, sebagian besar penduduk tidak mempunyai tempat MCK khusus dirumah2, kerena fasilitas itu berjajar ditepian sungai kecil dipinggir ruas jalan. Walaupun agak aneh, tapi aku mencoba memaklumi bahwa memang seperti itulah kenyataannya. Perjalanan hari itu menyenangkan, suasana Tamban yang ‘ndeso’ membuat perjalanan itu jauh lebih indah dan menantang dari apa yang aku bayangkan. Permukaan jalan yang ‘bergelombang’ juga membuat perjalanan kami jadi lebih berseni, karena tak jarang permukaan jalan yang tidak rata itu membuat tubuh kami terpaksa ’terloncat’ di atas kendaraan

Peta yang kami bawa berakhir di KM.15, sementara tempat acara berada di KM.22, walhasil kami jadi sering singgah dan bertanya pada warga setempat. Di tikungan terakhir, tepatnya di KM.21 kami kembali singgah di depan rumah warga untuk memastikan arah perjalanan kami, hari itu panas matahari kian membakar karna waktu telah menunjukkan pukul 12.00wita, sementara kami tak jua kunjung sampai. Sementara disuatu tempat (yang kami tak tau letak persisnya dimana) sang pengantin sibuk menghubungi aku, lantaran khawatir kalau saja kami tersesat. Akhirnya berdasarkan petunjuk sang Bapak kamipun tsiqah & memutuskan menyusuri jalan kecil yang lurus dan lebih mirip dengan jalan tikus itu. Bisa dibilang jalan itu hancurnya bukan main! Ruas jalannya dipenuhi lobak sana-sini dari tanah liat kuning, beberapa kali kendaraan kami hampir jatuh terpeleset karena jalan itu terlalu licin, dan yang pasti tak diragukan lagi sendal, kaos kaki dan rok kami jadi tempat peristirahatan yang nyaman bagi para lumpur. Setelah menyusuri jalan tanah liat sekian puluh meter jauhnya, baru lah kami tau bahwa kami tersesat! Dan harus kembali memutar haluan dan tak ada pilihan lain kecuali kembali menyusuri jalan becek itu. Oh my God, rasanya tak sanggup! Jika bukan karena ukhuwwah pasti kami sudah kehabisan tenaga untuk kembali meneruskan perjalanan hari itu. Menyadari itu aku, kia dan retno jadi tertawa berbarengan, apalagi setelah memperhatikan wajah satu sama lain membuat kami semakin geli. Saat itu kami lebih tampak mau pergi ke sawah dari pada ke undangan walimah. Tapi bukan IM (intellegent Muslimah) namanya kalau tidak cuek aja..hehe

Pukul 12.45wita, pencarian kami berakhir. Dengan penampilan acak adut dan sisa2 tenaga aku mencoba setulus mungkin tersenyum kepada sahabatku yang lagi berbahagia itu. Setelah shalat dzuhur dan mengobrol banyak hal kami pun pamit pulang, ada agenda Halaqah salah seorang dari kami yang mesti di kejar jam 14.00wita hari itu.

Tapi ternyata perjalanan pulangpun tak kalah berseni, kami terpaksa harus rela basah kuyup karena hujan sangat deras. Yang artinya semakin kotorlah wajah dan pakaian kami L. Akhirnya disepanjang jalan kami harus bernostalgia dengan hujan, walaupun sudah memakai jaket, tetap aja dinginnya menusuk karena jaketnya juga basah :p tapi apapun yang terjadi kami tetap menikmatinya, ‘jarang-jarang kita bisa main hujan.he..’

Sesampainya di pelabuhan ferry, kami harus lama menunggu sampai akhirnya waktu ashar tiba (alhamdulillah shalat sudah di jamak qashar) dan ferry belum juga datang, sementara angin dipelabuhan bertiup sangat kencang, sangat dingin, ditambah lagi perut kami sudah sangat keroncongan. Akhirnya mie instan kering dan sejenisnya menjadi pilihan untuk mengganjal perut saat itu.

Dengan perjalanan yang sedemikian berliku dan permintaan maaf kepada murabbi karena perjalanan banyak menemui cobaan, akhirnya kami tiba kembali diBanjarbaru jam 18.10wita menuju satu tempat terdekat, Asramaku. semuanya terbantai malam itu. Tak ada yang mempunyai tenaga untuk pulang ke rumah masing-masing. Malam itu kami tidur dengan puas dan pulas :)


Pelajaran perjalanan yang bisa aku petik :

1. Berjalanlah! maka kamu akan banyak berfikir dan belajar

2. Allah banyak menitipkan hikmah&inspirasi pada semesta jika kita mau berfikir dan membuka hati untuk berbicara dengannya

3. Pencarian yang dilakukan dengan penuh cobaan dan rintangan akan jauh lebih mempunyai nilai hikmah & berkesan, dari pada pencarian yang ’biasa-biasa’ saja

4. ’Jangan berjalan terlalu lurus’ atau ’terlalu sering berbelok-belok’ nanti kamu justru akan tersesat! J

5. Jangan mudah menerima satu pendapat sebelum kita mempunyai pembandingnya, karena bisa terjadi banyak persepsi yang berbeda dalam menyampaikan ataupun menangkap pesan dari masing-masing orang

6. Teman2, ini hanya pendapatku sesuai dengan situasi dan kondisi perjalanan hari itu, belum tentu bisa berlaku general bagi semua keadaan :)


Banjarbaru, Sabtu-181008

Mengurai Hikmah Semesta...

Monday, October 20, 2008

Mereka Yang Terabaikan

Cerita 1 :

Hari itu pulsaku habis hanya dalam waktu tak sampai 2 hari. Tiba-tiba adek bungsuku yang sekarang duduk di kelas 3 Aliyah menelfon, bercerita banyak tentang perasaannya. Diakhir ceritanya dia bilang, ‘Ga nelpon mama kah?’ Aku jawab bahwa pulsaku habis dan ga cukup lagi buat nelfon. Ga disangka dia bilang ‘ Cepatnya juga habis, pasti nelponin orang terus ngurus organisasi, mama kangen tu nah nunggu-nunggu di telfon’ Hari itu Aku sedih dan tertohok!


Cerita 2 :

Pagi-pagi sekali aku sudah siap-siap, agenda pertama hari itu adalah ke Banjarmasin, merampungkan beberapa urusan. Melihat aku yang tergesa-gesa menyetrika baju dan lain sebagainya, salah satu adek baru di asrama bilang, ‘ k ifah sibukkah hari ini? Pasti pulangnya malam lagi.. Yah.. kada ditraktir makan siang dong …. (namanya)’ mendengar kalimat yang sebenarnya bercanda itu aku jadi banyak introspeksi, benar akhir-akhir ini aku sangat jarang bersama mereka. Aku lebih sering makan diluar atau justru lupa makan. Hhh…


Cerita 3 :

Akhir-akhir ini aku sibuk sekali, pasca pulkam banyak agenda yang harus dilaksanakan. Maklumlah karena saat libur kami vakum dari agenda kecuali berfikir. Pagi itu aku berangkat pagi sekali dari asrama, ada yang harus dikerjakan, tapi ternyata ada sesuatu yang terlupakan sehingga aku harus kembali lagi keasrama untuk mengambilnya. Saat itu adekku sedang berada dikamar salah seorang anak baru di asrama. Tanpa sengaja aku menangkap pembicaraan mereka, yah mungkin saat itu mereka tak mendengar aku masuk, ini cuplikan pembicaraannya:

Wiyah : k ifah sibuk, kemarin hari lahirku, aku belum dikasih kado

Temannya : iya ya, ka ifah sibuk banar, kita ditelantarkan

Wiyah : Hari ini katanya pulang sore, jadi di sms kita disuruh cari makan sendiri

Temannya : kasihannya kita di nomerduakan

Mendengar percakapan itu aku tertegun dan merasa bersalah, sedemikian perhatiannya mereka terhadap aku akhir-akhir ini. Hari itu aku berjanji bakal membuatkan sarapan untuk mereka esok pagi. Hiks...


Ini adalah konsekuensi sosial dari sebuah kehidupan, kita harus adil terhadap semua orang. Meskipun mereka mengerti & mencoba memahami perjuangan ini untuk dakwah, Aku juga harus mengerti terkadang ada waktu khusus yang harus dialokasikan untuk sekedar berbincang bersama mereka. Intinya, bagaimana konsekuensi ideologis sebuah perjuangan itu mampu berjalan beriringan tanpa ’mengganggu’ kehidupan sosial. Aku jadi teringat kata seorang teman. Dia bilang ’Yang enak itu, menyendiri seperti Rasulullah di gua Hira ukh, kita kada bakal pusing’. Tapi tentu saja ini statment subjektif dan merupakan pilihan yang kurang tepat!

Menjadi Purnama

Namanya Rini Fatmawati, SP, saya pertama kali mengenalnya melalui sebuah organisasi bernama KAMMI. Waktu masuk ke KAMMI kami senasib, sama2 titipan dari komsat Banjarbaru yang di ikutkan Daurah marhalah 1 (Acara yang merupakan gerbang masuk ke KAMMI) di Banjarmasin, tapi saat itu saya pulang duluan karena merasa tidak betah. Semenjak saat itu saya sering bertemu dengannya di acara kajian keislaman & politik maupun aksi KAMMI. Meskipun tak sering bersama (karena kami kuliah di Fakultas yang berbeda) bisa dibilang hubungan pertemanan kami sangat dekat. Karakter kami yang sama2 terbuka menjadikan saya akan mudah bercerita apa saja kepadanya dan dia pun begitu, hampir tidak ada yang kami tutupi. Tentang cita-cita, harapan, kekesalan, kekecewaan & segenap perasaan lainnya. Ketika saya merasa ‘tak sanggup’ memikirkan KAMMI, maka dialah yang dengan sabar & setia menunggu saya menangis hingga kemudian bercerita tentang apa yang saya rasakan. Kemudian dia akan selalu merasa bersalah dan berkata ‘afwan ya ti, selama ini ana kada optimal di KAMMI’. Terkadang kami bersatu dalam kebaikan tak jarang juga berpadu dalam membuat makar (kalau ide2 jahilnya lagi keluar :p)

Di masa akhir-akhir kuliah, kami pun seringkali menghabiskan waktu bersama. Saat itu dia banyak mengalami kesulitan dalam hal transportasi ketika harus konsultasi dengan dosen pembimbing atau perihal pengetikan skripsi yang harus mempergunakan tenaga ikhwan, sebagai saudara saya pun menawarkan bantuan untuk menjadi ‘ojek’nya.

Tiga hari menjelang perayaan wisuda kami menyepakati untuk menghabiskan sore bersama, kami keliling murjani sambil makan ice cream dilanjutkan dengan jagung bakar dipinggiran taman air mancur. Tema besar pembicaraan hari itu tentang cita-cita pasca kuliah.. Saya pun bercerita panjang lebar tentang rencana hidup saya setelah kuliah berakhir, mulai dari rencana karir, planning dakwah ketika kembali ke tanah kelahiran, tentang S2 ke Bandung yang urusannya sudah hampir setengah jalan, tentang cita-cita saya S3 keluar negri. Mendengar saya bercerita dengan sangat semangat dari A sampai Z, rini nyeletuk, ‘loh ti nikahnya kapan?’ menyadari itu kami tertawa bersamaan. Dan dia bilang kalau dia ingin menerapkan ilmu pertaniannya di kapuas dan menikah sebelum melanjutkan jenjang pendidikannya ke S2. Saat itu saya kaget, ‘Hah!..rini yang sangat polos sudah berfikir sampai kesana..Salut!’ Saat itupun kami kembali tertawa berbarengan, Lucunya :)

Hari ini Allah mewujudkan salah satu cita2nya, menikah sebelum S2. Begitu dapat SMS darinya perihal pernikahan itu, saya langsung menelfon dia, bertanya tentang prosesnya, dan Alhamdulillah prosesnya terjaga dan selamat. Sebagai temannya jelas saya merasa sangat bahagia dan bela-belain harus datang ke acara walimahannya kemarin..’ Rin sekarang anti seperti bulan sabit yang berubah menjadi purnama’. specially message for rini :

Dear : Retno, ifah, kia
Hehe…akhirnya..:)
Barakallahukum ya
rin…
Moga rumah tangganya berkah & Allah kekalkan pertalian cintaNya hingga bermuara ke syurgaNya. Akur-akurlah, jangan rancak besarikan.
Cz besarikan tu hanya hak-hak wanita lajang jar, he100x :p
Bagun rumah tangga ideologis-strategis dengan visi yang jelas. Jangan lupa dengan cita-cita besarnya ya..’Menggarap sawah untuk Indonesia’ agar rakyat negri ini berkeadilan dan sejahtera, COBLOS NO.... (Dua2x SP sih, he1000x)
Oy, titip KAMMI juga, bawa jiwa dan hatinya kemanapun kalian pergi, cz mengutip kata2 pa amin sudarsono ’ Idealisme KAMMI itu sepanjang hayat’. Tema perjuangannya ’membangun peradaban dari pelosok Kapuas’, keren kan rin? Oy, Sorry sampai hari ini blm sempat kirim manhaj kaderisasi buat komsat Kapuas, yang sabar y..(anggap aja latihan supaya ga terlalu polos ;p) Ibarat bulan, sekarang anti sudah purnama (indah sih...tp tetap aja bulan sabit lebih berseni, hehehe...)
Love U

Thursday, October 16, 2008

Yang Luruh & Yang Meneguh

Tak ada satupun makhluk yang tau kemana kehidupan ini akan bergulir. dan juga apakah kita masih akan tetap ‘disini’& merasakan nikmat iman ini untuk beberapa waktu nanti, sama halnya dengan tidak adanya jaminan bahwa kita masih akan menikmati terbitnya matahari esok hari. Inilah sebabnya mengapa saya begitu mencintyai KAMMI, karena hari ini bagi saya KAMMI-lah tempat yang cocok untuk mengejewantahkan iman dan memperkuat simpul demi simpulnya agar tetap eksis ketika harus menghadapi dunia ‘nyata’. Karena KAMMI bagi saya adalah representasi kedalaman pengorbanan, bukan ashabiyyah.

Tak ada diantara kita yang tau seperti apakah rupa kita dihari esok, sama seperti halnya dulu kitapun tak menyangka bahwa kita akan menjadi seperti ini hari ini. Yang kita tau hanyalah bagaimana cara untuk meningkatkan kualitas diri dari hari ini atau minimal mempertahankan apa yang terbaik yang kita miliki. Perlahan merubah orientasi duniawi menjadi orientasi ukhrawi agar kemudian hidayah itu kekal dan abadi

Hari inipun rencana Allah itu berlaku, Dia mempertemukan saya dengan beberapa teman satu SMU. Allah berkehendak membuka pintu cahayanya hingga akhirnya mereka hijrah ketika memasuki gerbang Universitas, bahkan di antara mereka menjadi ‘orang penting’ dan penjaga gawang di dakwah tarbawi dan siyasi kampus. Dan alhamdulillah hidayah itu juga sampai hari ini masih saya miliki & jujur saya tidak rela jika harus kehilangannya. Walaupun sebelumnya pertemanan kami tidak begitu dekat, namun ketika bertemu kemarin semuanya terasa akrab dan hangat. Kami bahu membahu mensinergiskan cita-cita untuk memperbaiki kampung halaman. Begitulah ikatan iman, Saya samasekali tak meragukannya! Karena kita bisa mengenali bahwa seseorang itu adalah saudara kita sebelum kita pernah mengenal pun bertemu dengannya.

Namun sayang disaat yang sama Allah juga mempertemukan saya dengan sahabat karib saya yang aktif di ROHIS sekolah semasa SMU dulu. Kami mengenal da’wah ini berbarengan di kelas 1 SMU. Dan akhirnya Allah takdirkan kami berpindah di’kendaraan’ dakwah yang sama ketika kami kuliah. Dulu ia sempat begitu bersemangat mengabarkan pada saya bahwa ia telah bergabung dan berjuang bersama KAMMI, saat itu aku belum jadi anggota KAMMI. Tapi hari ini saya harus bersedih karenanya, saya sangat kehilangannya. karena kini ia justru memilih jalan berbelok setelah keluar dari pintu Universitas. Dan dengan lantang berterus terang pada saya bahwa dia sudah memilih jalannya, ia dekat dengan seorang laki-laki hanya karena tuntutan keluarga (Allah lindungi aku& berilah kekuatan padanya)


Teriring do’a ketika salam perpisahan itu terucap/ Ada harapan sesuci embun pagi dan begitu sederhana/ Sesederhana rasa ini dari kami yang tak pandai berkata-kata/ Pada sosok Mujahidah yang begitu KAMMI cintai dan banggakan/ Semoga Allah mengizinkan “ia” selalu ada dalam barisan ini..

Ada rindu yang begitu dalam ‘tuk mendengar kembali/ Lantang Takbir dan semangat yang begitu berkobar/ dulu…, ia miliki dan berikan pada KAMMI/ Dari jiwanya.., sepenuh hatinya.., sedalam pengorbanannya ..

Mungkin.. telah semua, “ia” beri tanpa sisa/ Mungkin.. tak pernah kami mengerti, asa di hatinya/ Hanya penat dan peluh tertinggal di raganya/ namun ku yakin “tidak” di jiwanya/ Walau kami tak pernah bertanya.., lelahkah antii??

Agar KAMMI sadar karena tak selalu di sampingnya/ Agar KAMMI sadar tak selalu membelanya/ Agar KAMMI sadar tak selalu dapat menjaganya/ hingga terikpun datang menghampiri/ Jangan tersungkur diterjang kerikil-kerikil ujian/ jika tersaruk kembalilah pada azzam/ Berteduhlah hanya dengan cinta-Nya yang tak berhujung

Bila saja do’a dan cinta kami bisa menghantarnya kembali/ Akan kami sambut ia dengan sepenuh jiwa/ Seperti jiwa-jiwa yang pernah ia gores dengan shaksiyah-Nya/ Seperti jiwa-jiwa yang dulu lemah dan telah ia “tegarkan...”/ Seperti KAMMI yang selalu merasa “begitu ia sayangi”/ Seperti itulah KAMMI tak rela kehilangannya/ “Ia” adalah saudara kami/ ia juga bunga da’wah KAMMI yang telah menebarkan wanginya kepada sesama../dan berharap ia hanya layu sebentar saja!


Satu hal yang hari ini masih saya yakini, bahwa Allah menciptakan teman, sahabat, keluarga dan semua yang ada disekitar kita, pada hakikatnya untuk mendidik diri kita, agar kita yang tadinya hanya berkualitas selevel lumpur pasir mampu menjadi intan!



Berau, 0810’08

Dipergeseran hari...

Semoga semua peristiwa mampu membuat keimanan kita sempurna

Allah kuatkanlah yang sedang teguh & kembalikan yang sedang luruh..



Monday, October 6, 2008

Belum Saatnya 'Berpaling'

Menjelang hari lebaran lazimnya orang ramai berkirim SMS untuk benar-benar mensucikan diri dengan cara meminta maaf sekaligus menyambung silaturrahim dengan sesama. Hal yang samapun saya lakukan di malam hari lebaran 1429 H ini. Karena jaringan yang padat dan ada beberapa nama yang hampir beberapa bulan tidak saya hubungi, akhirnya saya merasa perlu untuk memastikan apakah nomer tersebut masih aktif atau tidak, beberapa nomer saya miscall termasuk didalamnya nomer beberapa wartawan media cetak dan elektronik.

Khusus untuk para wartawan, sebenarnya saya ingin mengirimkan ucapan lebaran atas nama sebuah lembaga besar di Kalsel, hal ini linier dengan job saya sebagai bagian dari orang yang diperbantukan di tim media wilayah. Tapi ternyata saya kalah cepat, sebelum SMS saya kirim & tak berapa lama setelah saya miscall ada beberapa yang merespon balik dengan SMS & ada juga yang balik menghubungi saya ’mb ifah, knp td miscall? KAMMI handak aksi kah? Kpn? Issuenya apa? Rutenya?’ mendengar rentetan pertanyaan itu saya jadi geli, dan akhirnya saya menjelaskan bahwa saya cuma mau nanya kabar dan menyambung tali silaturrahim serta mohon maaf atas kesalahan selama berinteraksi dilapangan beberapa kali dg mereka. Mendengar penjelasan saya, gantian mereka yang tertawa, ’Oh iya lah esok mau lebaran, aku kira KAMMI mau aksi, kan biasanya kalau mb ngubungin pasti mau aksi’. Mendengar penjelasan itu gantian saya yang tercengang, segitunya! Hiks.. :(

Dengan mempertimbangkan apa yang baru saja terjadi, akhirnya sms lebaran yang baru saja mau saya kirim atas nama sebuah lembaga di Kalsel itu saya ubah atas nama KAMMI Daerah Kalsel, cz khawatir dampaknya kurang baik bagi KAMMI. Setelahnya saya jadi berfikir & berapologi, ini sebuah pertanda bahwa saya belum di izinkan untuk berpaling dari KAMMI, insyaAllah :)