Monday, October 20, 2008

Mereka Yang Terabaikan

Cerita 1 :

Hari itu pulsaku habis hanya dalam waktu tak sampai 2 hari. Tiba-tiba adek bungsuku yang sekarang duduk di kelas 3 Aliyah menelfon, bercerita banyak tentang perasaannya. Diakhir ceritanya dia bilang, ‘Ga nelpon mama kah?’ Aku jawab bahwa pulsaku habis dan ga cukup lagi buat nelfon. Ga disangka dia bilang ‘ Cepatnya juga habis, pasti nelponin orang terus ngurus organisasi, mama kangen tu nah nunggu-nunggu di telfon’ Hari itu Aku sedih dan tertohok!


Cerita 2 :

Pagi-pagi sekali aku sudah siap-siap, agenda pertama hari itu adalah ke Banjarmasin, merampungkan beberapa urusan. Melihat aku yang tergesa-gesa menyetrika baju dan lain sebagainya, salah satu adek baru di asrama bilang, ‘ k ifah sibukkah hari ini? Pasti pulangnya malam lagi.. Yah.. kada ditraktir makan siang dong …. (namanya)’ mendengar kalimat yang sebenarnya bercanda itu aku jadi banyak introspeksi, benar akhir-akhir ini aku sangat jarang bersama mereka. Aku lebih sering makan diluar atau justru lupa makan. Hhh…


Cerita 3 :

Akhir-akhir ini aku sibuk sekali, pasca pulkam banyak agenda yang harus dilaksanakan. Maklumlah karena saat libur kami vakum dari agenda kecuali berfikir. Pagi itu aku berangkat pagi sekali dari asrama, ada yang harus dikerjakan, tapi ternyata ada sesuatu yang terlupakan sehingga aku harus kembali lagi keasrama untuk mengambilnya. Saat itu adekku sedang berada dikamar salah seorang anak baru di asrama. Tanpa sengaja aku menangkap pembicaraan mereka, yah mungkin saat itu mereka tak mendengar aku masuk, ini cuplikan pembicaraannya:

Wiyah : k ifah sibuk, kemarin hari lahirku, aku belum dikasih kado

Temannya : iya ya, ka ifah sibuk banar, kita ditelantarkan

Wiyah : Hari ini katanya pulang sore, jadi di sms kita disuruh cari makan sendiri

Temannya : kasihannya kita di nomerduakan

Mendengar percakapan itu aku tertegun dan merasa bersalah, sedemikian perhatiannya mereka terhadap aku akhir-akhir ini. Hari itu aku berjanji bakal membuatkan sarapan untuk mereka esok pagi. Hiks...


Ini adalah konsekuensi sosial dari sebuah kehidupan, kita harus adil terhadap semua orang. Meskipun mereka mengerti & mencoba memahami perjuangan ini untuk dakwah, Aku juga harus mengerti terkadang ada waktu khusus yang harus dialokasikan untuk sekedar berbincang bersama mereka. Intinya, bagaimana konsekuensi ideologis sebuah perjuangan itu mampu berjalan beriringan tanpa ’mengganggu’ kehidupan sosial. Aku jadi teringat kata seorang teman. Dia bilang ’Yang enak itu, menyendiri seperti Rasulullah di gua Hira ukh, kita kada bakal pusing’. Tapi tentu saja ini statment subjektif dan merupakan pilihan yang kurang tepat!

No comments: