Monday, November 3, 2008

Ajari Saya Tentang Kesempurnaan Ikhlas..

Ikhlas!
akhir-akhir ini mungkin itulah kata yang perlu saya cari wujudnya. Banyak pemicu yang mungkin disebabkan oleh diri saya sendiri, sehingga sulit sekali untuk bisa ikhlas terhadap segala yang terjadi. Ditambah lagi kondisi fisik yang cukup terforsir dan minimnya interaksi dengan Al-qur'an hari-hari belakangan ini.
Saat ini seolah-olah semua kerja dibatasi oleh bom waktu, penuntasan semua kerja yang menjadi PR saya hari ini seolah harus berkejaran dengan waktu. tak jarang juga menuntut keadilan dari yang lain, sementara saya pun tak tau apakah saya juga sudah berbuat adil terhadap yang lain? sangat terasa pengambilan keputusan hari ini rata-rata bersifat emosional dan sama sekali tidak objektif, tapi saya tak mampu berbuat banyak bahkan untuk mengendalikan perasaan saya sendiri. dari dulu sampai saat ini saya masih beranggapan sama, bahwa setiap kader itu unik, masing-masing punya potensi, masing-masing punya keistimewaan untuk mengembangkan da'wah dimasing-masing ranahnya. Yang menjadi permasalahan adalah apakah itu benar2 terjadi? apakah da'wah itu senantiasa menjadi bingkai dalam setiap pilihan2 prestasi duniawi? wallahu'alam.
Kita memang tidak bisa membuat orang lain sama seperti kita. karena pada hakikatnya, semua orang itu berbeda. Tapi, apakah dalam prinsip dan aplikasi dasar juga harus berbeda? Apakah ketika aplikasi dalam mewujudkan kontribusi itu berbeda, maka yang lain tak akan mampu mengukurnya? hanya karena indikasi yang kita tetapkan berbeda. Lalu salahkah, jika saya meminta sedikit hak saya sebagai saudara atau sebagai seorang jundi? atau terlalu egoiskah jika saya hanya menjalankan apa yang menjadi kewajiban saya secara struktural dan berkata tidak untuk yang lain? walaupun lelah, jujur saya tak mampu melakukan itu. karena sesungguhnya tak ada batasan kerja jika kita mengaku bersaudara. meskipun saya tak tau apakah yang lain juga berfikir begitu.
Mungkin cara berkomunikasi yang salah atau justru ikatan hati yang terlalu lemah, sehingga tak ada yang menawarkan bantuan ketika kita butuh bantuan (meskipun berkali-kali kita telah mencoba mengatakannya). sehingga muncullah sebuah kebijakan: lebih baik mengerjakan sendiri apa yang bisa kita kerjakan, dari pada menghabiskan energi untuk terus menuntut tapi tak ada hasil, karena kita akan menjadi lelah dua kali (lelah secara fisik maupun hati). Dan semuanya menjadi berantakan ketika hantaman demi hantaman itu datang, dialog dengan diri sendiripun tak mampu banyak merubah rasa. Dominasi rasa bersalah membuat saya kurang bisa berfikir progresif untuk kemajuan organisasi. sebuah kekhawatiran yang menurut saya cukup beralasan. Maka izinkan saya meminta maaf untuk letupan-letupan emosi yang muncul tidak pada tempatnya, saya butuh waktu. untuk lebih ikhlas, karena semuanya bagi saya adalah proses. semoga kesadaran mampu menghasilkan sebuah gerak perbaikan,. kesadaran bahwa dengan seperti ini saya hanya akan membuang-buang waktu. Karena yang saya lakukan hanya terus berharap bahwa saudara-saudara saya akan mengerti, sementara sayapun tak berusaha merubah diri.
"Allah, tolong kembalikan ikhlas itu pada saya. Jangan biarkan dia terlalu lama berpisah dengan saya. Saya sangat yakin bahwa Engkau sangat tau apa yang saya butuhkan. Saya tidak minta agar engkau memberikan jalan yang mudah untuk menggapainya kembali, saya hanya minta agar Engkau terus memberi kekuatan untuk menempuh jalan sulit agar ikhlas itu kembali menjadi milik saya. Agar ikhlas itu benar-benar sempurna wujudnya, agar saya lebih mengerti bagaimana caranya bersaudara"

Banjarbaru, november 2008
Dengan penuh harap pertolongan Allah masih menjadi milik kita..

No comments: