Friday, August 22, 2008

Mozaik Juang

Wahai Allah, tolong bukalah hijabMu
Aku ingin bertanya…
Alunan da’wah ini telah larut disetiap partikel darahku,
Helaannya pun selalu meliuk bersama tarikan nafasku,
Lalu apa yang harus kulakukan,
ketika suara itu lancang menawarkan agar aku berpisah dengannya?
Mungkinkah darah dipisahkan dari jantungnya?
Mungkinkah nafas dipisahkan dari paru-parunya?
Bukankah itu berarti kematian?

Wahai Allah, tolong bukalah hijabMu,
Aku ingin bercerita....
Kalimat-kalimat itu telah menjadi tali rantai
Kuatnya mengikat seluruh sendi tulang,
Lihatlah, Aku tak bergerak!
Kepercayaan itu telah menjadi peluru luruh dari senapan
Kecepatannya merobek kulit,
Lihatlah, Aku terkapar!
Semangat itu kini telah berubah menjadi mata pedang
Siap mengayun, menebas, menggores,
Lihatlah, Aku berdarah-darah!
Wahai Allah, kini Aku hampir kalah...

Wahai Allah, tolong bukalah hijabMu,
Aku ingin bicara...
Karena diam adalah penjara
Biarkan mereka datang dengan seribu kata dan prasangka
Biarkan semua darah menjadi pembasuh nista
Simpan semua lelah dan airmata untuk syurga

Wahai Allah, tolong bukalah hijabMu,
Aku ingin meminta...
Berilah Aku tenaga, bukankah Engkau pemiliknya?
Berilah Aku kekuatan, bukankah Engkau segala sumbernya?
Berilah Aku kesejukan, Bukankah Engkau Telaganya?
Berilah Aku kasih sayang, Bukankah itu sejatinya Engkau?
Agar Aku bisa bersamaMu selamanya.

Banjarbaru,190808
Cahaya luruh