Tuesday, December 9, 2008

Antara Idealisme & Profesionalisme

Ketika berbicara antara idealisme dan profesionalisme maka sesungguhnya pada saat itu tak jarang kita ditempatkan dalam ruang keputusan yang cukup sulit. Ketika berbicara masalah idealisme maka fokusnya akan menyerang pada pilihan, pengangan dan prinsip hidup. Sementara prinsip hidup akan sangat bergantung pada bagaimana persepsi seseorang menilai hidup dan menempatkan dirinya dalam kehidupan itu sendiri. Idealisme akan sangat berkaitan dengan apa yang kita yakini, tolak ukurnya adalah apa yang ada dalam diri kita.
Sementara itu ketika kita berbicara profesionalime maka kita akan berbicara tentang ruang-ruang yang sangat relatif dan multitafsir, sangat tergantung pada sistem dan tatanan nilai yang berlaku dalam sekelompok orang dimana kita berada dan beraktifitas dimana sistem itu diciptakan oleh persepsi dominan yang diamini dalam lingkup masyarakat tersebut.
Yang menjadi problem adalah ketika kedua hal ini ditabrakkan dalam suatu nilai yang tidak seirama. Di satu sisi ada tuntutan jiwa untuk memperjuangkan apa yang menjadi prinsip hidup, namun disisi lain ada tuntutan untuk menghormati nilai-nilai 'sakral' di masyarakat.
-------
Beberapa hari lalu saya mengalaminya,
waktu itu adalah jadwal tes interview menjadi reporter pada sebuah media audio diwilayah saya. Asal engkau tau kawan, ini adalah lamaran kerja yang pertama kali aku ajukan. Dari dulu saya memang sangat tertarik dengan dunia media, karena saya menyadari betapa media sangat berperan besar dalam hal pembentukan paradigma berfikir dan penggerusan moral yang terjadi dimasyarakat kita hari ini. media adalah alat pendidikan yang punya pengaruh signifikan. Namun saya juga menyadari betapa besar tantangan yang harus dihadapi di ranah ini ketika kita membenturkannya dengan idealisme, wilayah ini kurang aman bagi seorang perempuan. tapi kita harus tetap melangkah&mengambil peran sekecil apapun itu!
Dalam perjalanan dari banjarbaru menuju banjarmasin sejenak saya dihinggapi keraguan, akan sebuah idealisme dan profesionalitas ketika dibenturkan pada adab interview. prinsip yang selama ini saya pegang kurang cocok dengan apa yang menjadi kebiasaan masyarakat hari ini. ada keraguan kalau saja prinsip ini justru menjadi penghambat bagi kelulusan. untuk mencari jawaban dan menenangkan fikiran, aku berhenti disebuah masjid besar di Kalsel. duduk, berfikir, merenung&menetapkan pilihan. Walhasil beberapa menit saya disana, saya temukan jawabannya yaitu tetap berdiri tegak di atas prinsip! intanshurullaha yanshurkum wa yustabbit aqdamakum...InsyaAllah Allah akan menolong & memberi yang terbaik sesuai dengan penilaianNya. Yang terpenting adalah bagaimana kita berusaha optimal, jikapun hasilnya belum sesuai maka bisa jadi menurut Allah saya 'belum siap' untuk mampu bertahan di ranah itu. bukankah itu bentuk kasih sayangNya?
Saat itu saya sangat yakin, itulah pilihan hidup yang harus saya perjuangkan. ia adalah izzah (kemulyaan) yang tidak boleh tergadai, karena apa yang saya lakukan pada hakikatnya merupakan penghormatan terhadap diri saya sendiri dan orang lain. Jika di titik awal saja saya sudah kalah, bagaimana nanti saat menghadapi realitas yang jauh lebih 'ganas' daripada sekedar berdialektika ini dan itu saat tes.
Mohon do'a ya...
masih ada 2x tes lagi hingga akhir desember :)

No comments: