Sunday, January 10, 2010

The Power Of Dream

Diusia yang ke 24 tahun hari ini, rasanya semakin banyak yang harus dicapai, baik dari rencana study, karir, dan perjalanan hidup. Bahkan saya pernah merasa sangat kewalahan ketika suatu kali mencoba mendeskripsikan mimpi dan cita-cita selama 10 tahun kedepan di whiteboard berukuran 2x1 meter beberapa waktu lalu. Bukan semata-mata karna bingung, tapi juga waktu yang terasa sangat singkat, sementara hingga hari ini alur cita-cita itu semakin tak jelas settingnya. Namun meski begitu, saya tetap harus mengapresiasi diri saya sendiri, karena setidaknya modal awal yang harus dimiliki seorang pemimpi sudah saya miliki : Berani bermimpi!
saya merenung, memikirkan diri sendiri dan juga sekeliling..ada fenomena destruktif yang akan menjatuhkan bangsa ini kelak ketika paradigma dasar ini belum berubah…dialah tentang penanaman cita-cita sejak dini dan doktrinasi kekuatan mimpi. Betapa banyak anak-anak yang besar tanpa mempunyai mimpi yang ditanamkan kedua orang tuanya. Sehingga bukan fenomena aneh kalau kita menjumpai setiap kali universitas mengeluarkan para sarjana, setiap kali itu pula, jumlah pengangguran akan meningkat berkali-kali lipat..kita akan menemui sejumlah sarjana yang linglung akan hidup mereka, semua ini terjadi karena mereka tidak punya mimpi..benak mereka hanya dipenuhi angan-angan belaka atau paling banter mereka punya mimpi tapi tak tau bagaimana cara merealisasikannya. sungguh malang!
Masih berkaitan dengan mimpi dan cita-cita, jujur saya sangat kagum pada kekuatan cita-cita kaum yahudi, yang hingga kini masih senantiasa mewarnai aktivitas mereka. Tidak hanya cita-cita 5 hingga 20 tahun..tapi orang yahudi punya cita-cita hingga 1000 tahun yang akan datang! Dalam benak seluruh orang yahudi, mereka menargetkan bangsa yahudi yang awalnya tidak diakui sebagai sebuah Negara itu, harus mampu menguasai 1/3 belahan dunia yang terbentang dari sungai tigris hingga laut merah, luasan ini sama jumlahnya dengan luasan wilayah kekuasaan islam ketika menjadi mercusuar peradaban berabad-abad lalu! Sehingga jangan heran ketika melihat kaum yahudi begitu gemar dan berambisi melakukan penjajahan dan penaklukan atas Negara-negara tak berdaya didunia, termasuk diantaranya Indonesia.
Hebatnya lagi, orang-orang yahudi begitu menyadari bahwa cita-cita luar biasa itu tak akan mampu dituntaskan oleh satu generasi saja, tapi menjadi PR bagi seluruh generasi bangsa Yahudi..untuk cita-cita yang begitu hebat diperlukan generasi yang juga hebat, dengan fisik kuat dan berkarakter serta otak yang cerdas dan brilian, kesadaran ini menjadi penyebab utama mengapa kaum yahudi sangat memperhatikan kualitas generasi mereka, dengan mendoktrin mimpi secara sistematis dan berkesinambungan..
Artikel Dr Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Artikel itu dituliskannya dari hasil pengamatan langsung. Setelah berada 3 tahun di Israel karena menjalani housemanship dibeberapa rumah sakit di sana. Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, “Mengapa Yahudi Pintar?”. Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke California, terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa Tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri?. Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk diketahui, tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan data-data setepat mungkin.
Dari hasil pengamatannya Stephen menyimpulkan, kepintaran orang yahudi merupakan hasil usaha dari kedua orangtua mereka ketika masih mengandung, Stephen menemukan pola hidup sehat yang tertanam di kultur bangsa yahudi, seperti mengkonsumsi buah sebelum makanan utama (kalau di Indonesia dibalik, buah disajikan sebagai hidangan penutup setelah makanan utama), tidak memakan ikan bersamaan dengan daging, serta sangat anti terhadap rokok, atau benda yang mengandung unsure nikotin. Factor inilah yang kemudian menjadikan anak-anak bangsa Yahudi mempunyai perawakan dan postur tubuh diatas rata-rata dibandingkan bangsa lainnya.
Selain pola makan, ibu-ibu kaum yahudi juga terbiasa mengasah ketajaman otak selama proses kehamilan, dari awal mengandung hingga menjelang melahirkan. Dalam artikelnya Stephen menjelaskan, selain suka mendengarkan alunan music klasik, selama menjalani masa kehamilan, para wanita yahudi tidak akan pernah lepas dari buku matematika, dari soal yang sederhana hingga yang mempunyai tingkat kesulitan kompleks. Mereka terbiasa mengerjakan soal-soal itu bersama suami mereka..dan ternyata, dari hasil penelitiannya Stephen menyimpulkan, semakin tinggi tingkat kesulitan soal matematika yang mampu di selesaikan, maka semakin cerdaslah intelegensi anak yang sedang berada dalam kandungan tersebut.. jadi sekali lagi jangan heran, kalau kecerdasan anak-anak yahudi kembali melebihi rata-rata.
Ketika melihat kenyataan ini apakah kita ummat islam harus berkecil hati? Jawabannya samasekali tidak! Karena apa yang menjadi kebiasaan orang yahudi (terutama pola hidup) beberapa diantaranya merupakan sunnah rasulullah yang mestinya dijunjung tinggi umat muslim. Selain itu, selama mengandung wanita yahudi tidak mampu memberikan asupan ruhani yang cukup kepada janin mereka (itulah mengapa tingkah orang yahudi terkadang lebih hina dari binatang), sementara kita orang islam mampu memenuhi asupan itu dengan senandung Al-qur’an ( kembali bangsa yahudi menyadari itu, itulah sebabnya mengapa bangfsa yahudi sangat benci dan ingin membumi hanguskan bangsa palestina, karena hingga hari ini hanya bangsa palestina yang mampu menandingi kehebatan bangsa yahudi). Sehingga bolehlah jika saya menyimpulkan, pada hakikatnya orang islam lebih berpeluang menciptakan generasi jauh lebih unggul dari kaum Yahudi..hanya saja, permasalahannya mungkin terletak pada keyakinan dan cita-cita umat islam, tidak sekuat keyakinan bangsa yahudi memenangkan agama mereka..padahal Allah telah menjaminnya!
Lalu, akankan kita kembali tidak peduli pada generasi? Pada pola hidup sehat yang menjadikan hidup kita lebih panjang dan bernilai? Dan yang terpenting, masihkah kita menyepelekan sesuatu yang bernama cita-cita, harapan dan impian? Padahal dengan mimpi dan cita2 itulah al fatih mendapatkan kekuatan menaklukkan Konstantinopel.. padahal impian dan cita2 jugalah yang menjadikan Rasulullah selalu penuh semangat dan harapan semasa hidupnya.. padahal dengan mimpi dan cita-cita jugalah seseorang akan mempunyai energy besar untuk memperoleh dan menanamkan sesuatu dalam dan untuk hidup mereka..wallahu’alam..


mencoba mengapresiasi hidup sendiri..
Banjarmasin, 3 januari 2010

No comments: