Saturday, July 14, 2007

Cinta untuk KAMMI_4: Yang Muda & Bersemangat, Yang tua & Bijaksana

Pelan pintu No.18 diruang nuri RS. Sari Mulia itu terkuak setelah sekian detik salam kami terdengar. Dibaliknya menyembul seraut wajah milik lelaki bersahaja yang tak asing lagi bagi kami, dia tersenyum dan mempersilahkan kami masuk.

Anaknya masuk rumah sakit beberapa hari lalu, analisa dokter sikecil azis terserang penyakit muntahber. Ini jelas membuat bocah yang tadinya aktif menjadi lemas tak berdaya, karena cairan didalam tubuhnya terkuras. Kami berbincang sedikit, tidak begitu lama. Setelah adzan ashar berkumandang, kami pamit pulang. Masih dengan wajah bersahaja, beliau melepas kami pulang dan mengucapkan terimakasih karena telah menjenguk anaknya. Dia lah Pak Riyadi Ketua Dewan Perwakilan Wilayah sebuah partai diKalimantan selatan.

Setelahnya, kembali saya menarik gas kendaraan dan melarikannya ke kayu tangi ujung. Sebelumnya saya bersama seorang teman, yang tidak lain adalah retno mampir ke masjid kampus Unlam untuk menunaikan shalat ashar sambil nyari oleh-oleh.

Sore itu RS. Anshari saleh nampak legang. Walaupun belum begitu sore namun lagit begitu ramah menaungi dari terik matahari. Kembali kami menjelajahi rumah sakit dan berharap dengan cepat menemukan kamar kelas 1 no.A4. Sesampainya disebuah ruangan, dengan sambutan yang sama santunnya, wajah milik Bapak dari 6 orang anak inipun sangan bersahaja. Didalam kamar berukuran 3x3m itu seorang gadis kecil tergeletak dengan balutan perban dan infus dipergelangan tangannya. Beliau baru saja pulang dari jakarta, dan langsung mendapat kabar bahwasalah satu putrinya masuk rumah sakit, sehingga beliau belum sempat pulang kerumah. sekarang beliau sendirian menjaga anaknya, “giliran denggan umminya” katanya ramah menjelaskan.

Cukup lama juga kami berbincang, tentang segala hal. Perjuangan didewan dan lika-likunya (kebetulan ustadz yang satu ini adalah anggota fraksi sebuah partai diKalsel). Bagaikan buah simalakama katanya. Tak lama istri beliau datang, beliau habis mengantar anaknya yang juga habis dirawat dirumah sakit yang sama. Namun, subhanallah sambutannya juga begitu luar biasa, tulus. Seperti tak terjadi apa-apa, istri beliau masih bisa memberikan senyumnya yang ikhlas meskipun kedua anaknya masih dalam masa perawatan. Kedua suyuh dakwah ini benar-benar bijaksana dan saya belajar banyak dari keduanya. Dia adalah ust. Husaini dan istrinya.

Jujur saya jadi teringat kelakuan-kelakuan saya dan teman-teman yang terkadang memberi tuntutan yang berlebihan pada jama’ah terkait dakwah mahasiswa. Tanpa menyadari tantangan da’wah yang mereka hadapi jauh lebih kompleks dibandingkan dengan KAMMI dan kampus. Idealisme yang berlebihan, terkadang tak mengenal tempat. Mulai sekarang, saya bertekad untuk lebih banyak belajar, menyemai semangat dan idelisme dengan cara-cara yang bijaksana. Bukan malah menambah beban. Memang semangat anak-anak muda adakalanya harus diseimbangkan dengan kebijakan para orang tua, Agar da'wah ini menjadi lebih seirama perjalanannya.

Jazakallah khair kepada bapak yang menyadarkan saya buat silaturrahim..
Jazakallah khair juga kepada orang yang sudah merekomendasikan beberapa nama untuk disilaturrahimin..
Jazakallah khair untuk para ustadz atas segala tausiyahnya, saya janji bakal lebih sering silaturrahim..Moga anak-anaknya cepat sembuh, Amin..
Thank’s every for you, Allah...yang sudah mengizinkan saya silaturrahim dan memberi nikmat terindah hari ini..

“Semangat disepanjang perjalanan”

Sepulang dari silaturrahim atas nama KAMMI
In the room of jihad, 11 juli 2007, 19.00-19.43wita

1 comment:

Anonymous said...

Himmatussyabab... wa hikmatussyuyukh
dua hal ini memang harus beriringan dalam dakwah... :)
tetap semangat :)