Tuesday, July 3, 2007

Cinta untuk KAMMI_1: Seharusnya kader KAMMI

Rasa sedih memenuhi relung kalbu saya kala menyaksikan kondisi KAMMI (Daerah Kalsel) saat ini. Bukan saja karena kekritisan kondisinya akan tetapi karena saya juga tidak mampu berbuat banyak untuk mengishlah (memperbaiki) keadaan seperti ini. Tadinya saya berpikir untuk terus saja bekerja tanpa menghiraukan segala keadaan yang ada dan berdoa semoga Allah segera memperbaiki dan mengembalikan pada kondisi yang lebih baik. Akan tetapi sampai juga saya pada satu tekad bahwa sekecil apapun yang bisa saya kontribusikan maka saya tidak boleh mengambil taraf pada keimanan yang paling rendah. Maka menarilah jemari saya diatas keyboard, menumpahkan segala rasa didepan kotak ajaib pentium 4 ini dan berharap semuanya akan kembali bahkan lebih baik lagi.

Sekedar ingin bernostalgia, mengambil ibroh dari generasi KAMMI dahulu. Betapa waktu itu kader KAMMI merasa sedemikian memiliki terhadap organisasi ini sehingga tak rela mereka jika sebentar saja cuek atau tak menghiraukan atas kondisi KAMMI. Tak rela hati kader saat itu ketika melihat satu demi satu kader yang lain undur diri dari barisan dakwah ini, tak ingin mereka berdiam diri kala menyaksikan barisan KAMMI kosong dari SDM yang mumpuni. Maka bersegeralah kader-kader itu ambil bagian, menyambut bendera kebesaran dan mengikatkan ikat kepala KAMMI untuk kemudian turun dalam tataran aksi dan aplikasi.

Teman, Waktu itu betapa saya bangga bisa lulus seleksi untuk ikut DM2, bukan untuk bangga-banggaan atau gengsi-gengsian belaka tapi karena saya menyadari bahwa banyak kontribusi yang bisa saya berikan pasca itu, banyak amanah yang tadinya tidak bisa saya emban lantas bisa saya terima setelah menjadi AB2. Saat itu saya mengikuti DM2 benar-benar sepenuh hati, sepenuh jiwa dan tidak ada terbersit sedikitpun untuk menganggapnya mainan belaka. Perlu kalian ketahui bahwa tes DM2 waktu itu bukanlah hal yang biasa, yang hanya diikuti segelintir orang (Atas dasar paksaan) tapi kami berlomba untuk bersegera mendaftar mengikuti tes seleksi yang diumumkan. Begitupun ketika pelaksanaan DM2, seluruh alam riuh rendah dengan teriakan Takbir kami karena jumlah yang banyak dan (tentu saja) semangat membara.

Tapi hari ini kenyataan berbicara lain, saya sedih karena sekarang hal itu tinggallah kenangan yang indah dan hanya bisa saya ingat melalui rekaman otak ini. Kondisi sekarang jauh berbeda, bahkan tes seleksi DM2 seolah menjadi satu momentum yang membuat kita harus merasa terpaksa mengikutinya, dengan berbagai alasan tentunya; belum pantas lah, belum hapal juz 30 lah, tidak mau di Kamda lah dan sederet alasan klasik lainnya. Astaghfirullahal adzim!!! Saya tidak terlalu mengerti, barangkali ini adalah buah (buruk) dari generasi kami juga, atau? Barangkali ada sebab lain yang notabene itu adalah dari diri kita? Bersegera saya mengajak kalian semua (wahai kader KAMMI) untuk kembali bangkit, menginternalisasi nilai-nilai keKAMMIan dan nilai dakwahnya ke dalam diri kita.

Saudaraku...kader KAMMI yang semestinya luar biasa

Secara pribadi saya ingin sampaikan bahwa jangan-jangan kita nanti akan menyesal karena tidak mengoptimalkan kesempatan yang Allah berikan ini untuk sebanyak-banyaknya berkontribusi dalam dakwah ini. Syukur-syukur bila ketidakoptimalan kita adalah karena banyaknya amanah lain yang juga kita emban, tapi betapa perihnya hati saya ketika mendapati bahwa kalian pun berleha-leha dan kosong dari agenda-agenda dakwah. Sesungguhnya KAMMI adalah milik kita, lantas jika bukan kita yang menghidupkannya dengan nilai-nilai dakwah lalu mau kita titipkan pada siapa?

Atau...

Barangkali kalian lebih ridho jika KAMMI terpaksa dibekukan atau bahkan diBUBARkan lantaran tak ada lagi kader-kadernya yang mau mengemban amanah di sana? Kalian rela, saudaraku? Bila memang demikian baiklah, mari kita berpangku tangan, berdiam diri dan cukup menjadikan diri-diri ini sebagai penonton saja. Enak bukan? Untuk kemudian kita lihat nanti surat yang menyatakan KAMMI di daerah kita dibekukan begitu saja. Yah, apa boleh buat? Untuk apa juga mempertahankannya jika hanya akan membuat (segelintir) saudara kita terdzolimi lantaran harus mengemban seluruh amanah (Kaderisasi, Kastrat, Humas, Pelmas, Danus, Sekretariat) sendirian. Karena kita tidak peduli...karena kita lebih senang menjadi penonton dan mencukupkan diri hanya sampai disini saja, kita tidak mau berfikir susah.

Betapa malang nasib KAMMIku...

Ya Allah, seandainya saya bisa maka ingin sekali saya kembali terjun ke jalanan menggemakan lantangnya suara KAMMI. karena ternyata kader KAMMI yang ada hanya bisa menjadi penonton atas runtuhnya keGAGAHan KAMMI. Bila saja Engkau memberiku sedikit peluang maka ingin aku membisikkan ke telinga saudara-saudaraku (kader KAMMI) “Lebih baik sekalian saja kalian membunuhnya (KAMMI) daripada mendiamkannya dalam kondisi stroke, lumpuh dan akhirnya koma berkepanjangan”. Tentu saja ungkapan itu terloncat dari lisanku secara tertatih seiring deraian air mata atas ketidakmampuan saya berbuat banyak untuk KAMMI.

Astaghfirullahal’adzim, Saya kembali tersadar. tidak semua kader-kader KAMMI sejelek itu, masih ada diantara mereka yang komitmen dalam perjuangan ini. Kepada mereka saya ingin berbisik penuh semangat “Akhi...ukhti...KAMMI ini milik kita, dulu dirintis dengan tidak sedikit mengorbankan hal-hal besar demi terwujudnya KAMMI yang kuat seperti yang kita cita-citakan. Maka relakah kalian melihatnya begitu saja menjadi berpenyakit dan tidak mampu untuk menopang diri sendiri lagi? Tentu saja kalian tidak rela bukan? Kalian tidak ridho kan bila pelan-pelan KAMMI (Qta) koma dan lantas mati? Bila benar begitu, kuncinya ada pada kita semua. Marilah menyingkirkan sedikit ego kita untuk diisi kepedulian terhadap kelangsungannya. Bila kalian semua tak ada yang mau mengemban amanah ini lantas kepada siapa lagi KAMMI berharap?”

Dan saya sangat yakin kalian adalah kader-kader yang mengerti dengan apa yang saya sampaikan. Sangat tidak mungkin cita-cita besar ini hanya dikerjakan oleh segelintir orang. Bukankah karna itu lantas kita berjama’ah? Sekian lama saya mencoba maklum atas apa yang menimpa KAMMI? doktrin terhadap diri sendiri juga seringkali dilakukan untuk bisa berprasangka baik memaklumi kesibukan saudaranya. Tapi jika alasan yang sama terus saya terima ketika saya miris bercerita tentang nasib KAMMI? Salahkah jika saya sedikit menuntut? Karena kondisi ini sudah terlalu lama, dan hanya sedikit yang sadar bahwa KAMMI kita dalam kondisi ‘sekarat’.

Semua ini adalah buah cinta saya yang mungkin sangat sederhana kepada KAMMI. Tak jarang saya merasa iri, karena kita belum bisa berbuat apa-apa sementara kader KAMMI diluar sana sudah sedemikian hebatnya. Tak jarang juga saya sangat merindukan aksi kita sangat heroik dengan massa yang banyak dan tuntutannya diperhitungkan. Tapi sejauh ini, semuanya hanya bisa saya saksikan di CD dan berkhayal seandainya saya ada didalam kerumunan massanya, bermimpi betapa bersemangatnya jika harus menghindar dari pentungan polisi ataupun semprotan gas airmata. Tapi, saya terdiam, karena begitu terbangun saya justru menemukan ‘kader KAMMI Kalsel tak lebih hanya seperti orang biasa yang bermimpi jadi pahlawan disiang bolong’.

Saudaraku, sungguh saya tak ingin hanya bermimpi. Saya juga tak ingin mendengar orang lain mencibir KAMMI hanya karena kebodohan dan kelalaian kita yang tak sanggup ‘menghidupi’ KAMMI. Saya ingin agar KAMMI kita punya eksistensi karena kuatnya ‘daya hidup’ dari para kadernya. Bagaimana caranya? Saya yakin kalian semua tau, bila toh kalian tidak mengerti juga, kepada kalian yang mencintai KAMMI, mari kita duduk bersama untuk mempedulikannya dan membahas bagaimana semestinya. Semoga hal kecil ini mampu membawakan air kehidupan untuk KAMMI (dakwah) kita.


Dikesendirian penuh harap
Banjarbaru, 24 Juni 2007

2 comments:

Anonymous said...

assalamu'alaikum wr.wb
neh naziah ka!langsung aja ya!kayaknya apa yang k2 pikirkan memang terjadi sekarang ini. tapi ina tsiqah bahwa KAMMI akan bngkit lagi khususnya KAMMI BJM (karena ina di dalamnya) akan merintis jalan itu kembali. kayaknya tidak salah klo kita bermimpi bahwa harapan itu masih ada!terus berusaha, berjuang dengan keyakinan bahwa Allah akan selalu bersama kita! Allahu Akbar

Anonymous said...

assalam...mungkin tidak hanya anti yg kecewa dg keadaan Kader2 KAMMI saat ini ka.. tpi ana bingung hars melakukan perbaikan dr mana. ya..ana akan melakukan semua dr diri ana sendiri... kecwa dg mrk yg mermhkan dakwah...kecwa dg mrk yg mengkhianati KAMMI. ana bgitu mencintai KAMMI dan dakwah ini, meskpun mrk pergi ana kan mncoba untk ttp tegar di jlan ini bersama KAMMI.ALLAH GHOYATUNA. UHIBBUKIFILLAH ,....