Saturday, July 14, 2007

Cinta untuk KAMMI_4: Yang Muda & Bersemangat, Yang tua & Bijaksana

Pelan pintu No.18 diruang nuri RS. Sari Mulia itu terkuak setelah sekian detik salam kami terdengar. Dibaliknya menyembul seraut wajah milik lelaki bersahaja yang tak asing lagi bagi kami, dia tersenyum dan mempersilahkan kami masuk.

Anaknya masuk rumah sakit beberapa hari lalu, analisa dokter sikecil azis terserang penyakit muntahber. Ini jelas membuat bocah yang tadinya aktif menjadi lemas tak berdaya, karena cairan didalam tubuhnya terkuras. Kami berbincang sedikit, tidak begitu lama. Setelah adzan ashar berkumandang, kami pamit pulang. Masih dengan wajah bersahaja, beliau melepas kami pulang dan mengucapkan terimakasih karena telah menjenguk anaknya. Dia lah Pak Riyadi Ketua Dewan Perwakilan Wilayah sebuah partai diKalimantan selatan.

Setelahnya, kembali saya menarik gas kendaraan dan melarikannya ke kayu tangi ujung. Sebelumnya saya bersama seorang teman, yang tidak lain adalah retno mampir ke masjid kampus Unlam untuk menunaikan shalat ashar sambil nyari oleh-oleh.

Sore itu RS. Anshari saleh nampak legang. Walaupun belum begitu sore namun lagit begitu ramah menaungi dari terik matahari. Kembali kami menjelajahi rumah sakit dan berharap dengan cepat menemukan kamar kelas 1 no.A4. Sesampainya disebuah ruangan, dengan sambutan yang sama santunnya, wajah milik Bapak dari 6 orang anak inipun sangan bersahaja. Didalam kamar berukuran 3x3m itu seorang gadis kecil tergeletak dengan balutan perban dan infus dipergelangan tangannya. Beliau baru saja pulang dari jakarta, dan langsung mendapat kabar bahwasalah satu putrinya masuk rumah sakit, sehingga beliau belum sempat pulang kerumah. sekarang beliau sendirian menjaga anaknya, “giliran denggan umminya” katanya ramah menjelaskan.

Cukup lama juga kami berbincang, tentang segala hal. Perjuangan didewan dan lika-likunya (kebetulan ustadz yang satu ini adalah anggota fraksi sebuah partai diKalsel). Bagaikan buah simalakama katanya. Tak lama istri beliau datang, beliau habis mengantar anaknya yang juga habis dirawat dirumah sakit yang sama. Namun, subhanallah sambutannya juga begitu luar biasa, tulus. Seperti tak terjadi apa-apa, istri beliau masih bisa memberikan senyumnya yang ikhlas meskipun kedua anaknya masih dalam masa perawatan. Kedua suyuh dakwah ini benar-benar bijaksana dan saya belajar banyak dari keduanya. Dia adalah ust. Husaini dan istrinya.

Jujur saya jadi teringat kelakuan-kelakuan saya dan teman-teman yang terkadang memberi tuntutan yang berlebihan pada jama’ah terkait dakwah mahasiswa. Tanpa menyadari tantangan da’wah yang mereka hadapi jauh lebih kompleks dibandingkan dengan KAMMI dan kampus. Idealisme yang berlebihan, terkadang tak mengenal tempat. Mulai sekarang, saya bertekad untuk lebih banyak belajar, menyemai semangat dan idelisme dengan cara-cara yang bijaksana. Bukan malah menambah beban. Memang semangat anak-anak muda adakalanya harus diseimbangkan dengan kebijakan para orang tua, Agar da'wah ini menjadi lebih seirama perjalanannya.

Jazakallah khair kepada bapak yang menyadarkan saya buat silaturrahim..
Jazakallah khair juga kepada orang yang sudah merekomendasikan beberapa nama untuk disilaturrahimin..
Jazakallah khair untuk para ustadz atas segala tausiyahnya, saya janji bakal lebih sering silaturrahim..Moga anak-anaknya cepat sembuh, Amin..
Thank’s every for you, Allah...yang sudah mengizinkan saya silaturrahim dan memberi nikmat terindah hari ini..

“Semangat disepanjang perjalanan”

Sepulang dari silaturrahim atas nama KAMMI
In the room of jihad, 11 juli 2007, 19.00-19.43wita

Cinta untuk KAMMI_3: BelaJaR m3nc!nTai KAMM!

Short message yang mampir di inbox saya malam itu membuat Istirahat saya agak terganggu. Dan akibatnya saya baru berhasil memejamkan mata jam 4 subuh dini hari, setelah sebuah pesan singkat yang mengabarkan bahwa sekretariat KAMMI komisariat akan kosong satu bulan lagi dan tidak ada satupun kader KAMMI yang mau menempatinya. Sepanjang malam itu saya berfikir, apa yang menyebabkan semua ini terjadi? Apa yang hilang dari diri kader KAMMI kalsel hingga permasalahannya jadi setragis dan sepelik ini?

Cukup lama juga saya merenung, merangkai berbagai kejadian. Mulai dari program radio yang bermasalah, tidak terurusnya desa binaan, pengurus yang datang kepanti dengan ogah-ogahan, amal jama’i & ukhuwwah yang mulai pudar, kader yang ngedumel dengan sekian banyak alasan karna harus ikut MK2 dengan jarak tempuh 1 jam, atau fenomena bergugurannya kader KAMMI Kalsel dijalan da’wah. Akhirnya saya sampai pada satu konklusi integral, bahwa ada satu wabah penyakit yang hinggap dan menggerogoti tubuh KAMMI Kalsel.

---------------------------------------------------------------

KAMMI...Entah sudah berapa lama saya mencintainya, saya juga tidak menyadarinya. Semuanya mengalir begitu saja, tanpa terlalu banyak berkata-kata. Yang pasti skenario Allah memang tidak bisa tertukar. Sekitar dua setengah tahun silam saya bergabung diKAMMI, bisa jadi banyak senior KAMMI yang ‘geram’ dengan kelakuan saya, karena terlalu asshabiyyahnya saya waktu itu. saat itu saya sudah aktif dimushalla fakultas, FSI Ulul Albab namanya. Saya sangat mencintai peran saya sebagai ADK, sementara KAMMI hanya saya anggap sebagai amanah sampingan ketika saya lagi nggak ada kerjaan. Mungkin juga karena tuntutan yang disebabkan lost generasi diangkatan sebelumnya, sehingga peran saya dikampus terpaksa harus akselerasi. Waktu itu saya mendapat amanah dikaderisasi FSI difakultas saya. Karena saya sangat mencintai FSI, maka saya akan selalu meninggalkan acara diKAMMI ketika ia berbenturan dengan agenda FSI. Sekalipun acara diKAMMI itu sangat penting, sementara FSI hanya acara bersih-bersih mushalla saja misalnya. Hal ini juga nampak pada cita-cita saya terhadap FSI dan KAMMI. Pertama kali saya bergabung diFSI, jujur dibenak saya sudah tersusun program da’wah fakultas 5 tahun kedepan, bahkan saya sempat membuat grand design itu untuk MIPA mulai dari sarana perekrutan, pembinaan sampai pada da’wah siyasi kampusnya,tapi sayang cita2 itu saya simpan sendiri. Berbeda dengan diKAMMI, kasarnya boleh dibilang, saya cuma numpang nama distruktur kepengurusan KAMMI. Waktu itu amanah saya pun dikaderisasi, tapi saya tidak punya cita-cita apapun untuk KAMMI, seperti air mengalir. Kalau ada syuro ya saya datang syuro, kalau ada acara dan waktu itu saya kosong dari agenda FSI maka saya pun akan datang, namun hanya sebatas itu, tidak lebih. Saya menganggap semua ini wajar, karna saya memang tidak mencintai KAMMI dan merasa lebih dibutuhkan diFSI.

Tiga bulan menjabat sebagai kaderisasi komisariat, kepengurusan pun berganti. Dalam syuro yang cukup panas itu muncullah gagasan untuk membekukan biro humas komisariat, karena para akhwat senior komsat menganggap biro humas dari dahulu tidak mampu berkontribusi dan akan menyia-nyiakan potensi kader saja. Entah kekuatan apa yang menyebabkan saya sangat keukeh tidak menerima pendapat itu, karena waktu itu saya menganggap biro humas adalah salah satu senjata untuk menunjukkan eksistensi komisariat. Wajah komisariat KAMMI akan tercermin seperti apa yang digambarkan humasnya kepada publik dan itu bukan peran yang mudah. Hingga akhirnya humas komisariat tetap ada. Namun, konsep “siapa yang usul, maka dia yang nanggung” itu ternyata berlaku untuk diri saya. Semenjak itu saya mendapat amanah sebagai humas komisariat, meskipun sempat ada friksi dengan KAMMI Daerah masalah penempatan saya. Kebetulan saat itu saya sudah DM2 dan ada kabar akan diminta untuk menutupi kekosongan pengurus diKAMMI Daerah. Disinilah awal yang membuat saya banyak belajar. Karena kerja kaderisasi dan humas menurut saya sangat bertolak belakang, sementara saya adalah kader yang dibesarkan dikaderisasi dan menganggap bahwa kaderisasi adalah segala-galanya. Disatu sisi saya juga tidak begitu mengerti dengan kerja-kerja kehumasan. Bertolak dari dua latar belakang inilah kemudian saya menjadi orang yang cukup gigih dalam belajar, saya belajar dari siapa saja, walaupun hal ini pasti sangat berat. Pembelajaran ini berlanjut dikepengurusan KAMMI daerah. Disatu tahun sisa kepengurusan Akh Hendra saya menjadi penghuni baru distruktur KAMMI Daerah, sebagai kadept. Humas menggantikan ukhti Retno. Sementara beliau sendiri diberi amanah untuk mengayomi komisariat. Satu tahun, bukanlah waktu yang singkat untuk saya belajar dan dikejutkan dengan berbagai amanah besar seperti menjadi koordinator humas wilayah kalimantan. Tapi amanah-amanah itu menjadi ringan karena pada saat yang sama saya telah jatuh cinta pada KAMMI. Saya sangat enjoy menikmati pekerjaan saya, dihumas juga saya mulai punya cita-cita besar untuk KAMMI. Satu tahun sudah, kembali kepengurusan berganti dan saya diminta untuk mengayomi kaderisasi sekaligus membantu teman-teman diPeKom. Jujur, awalnya kebijakan ini terasa berat bagi saya. Lagi-lagi saya berfikir bahwa humas dan kaderisasi itu bagaikan kuadran yang pekerjaannya saling bertolak belakang bagaikan didalam ruang simetri. Saya sangat sedih, seperti anak kecil yang kehilangan mainan kesayangannya, begitulah yang saya rasakan ketika amanah saya tidak lagi dihumas. Namun, tentu saja saya tidak akan membiarkan diri saya dalam keadaan seperti ini terus menerus. Ya, saya harus berbuat! Tapi lihatlah kawan hasilnya, 3 bulan saya mondar-mandir dari satu komisariat ke komisariat lain tanpa sesuatu yang jelas. Saya kembali seperti semula, tanpa membawa apa-apa. Yang saya bawa berkeliling hanya silaturrahim untuk menuntaskan amanah, tidak lebih. Taukah engkau apa penyebabnya? Ya, karena saya tidak mencintai kaderisasi, karena hati saya & cita-cita saya sudah saya berikan dan terporsir untuk humas. Saya baru tersadar, ketika seorang Akh menelfon saya dan menanyakan apa yang saya ingin perbuat dikaderisasi untuk KAMMI kedepan. Jujur, saya gagap menjawabnya, karena memang dibenak saya tidak ada apa-apa. Tidak ada rencana, tidak ada cita-cita, yang saya tau saat itu hanyalah saya harus berbuat, tidak boleh diam, itu saja. Ditengah segala kekerdilan diri yang begitu naif, saya mencoba kembali berdiri dan melangkah. Sekuat tenaga, saya harus menemukan cinta dan memperjelas cita-cita untuk KAMMI melalui kaderisasi. Tak begitu lama, saya kembali mendapatkannya. Saya kembali jatuh cinta pada KAMMI dan tentu saja cinta saya yang kedua kali ini akan menguatkan kecintaan saya pada KAMMI pada saat pertama kali dulu. Sampai saat ini, saya senang menjalankan amanah diKAMMI, walaupun berat namun semuanya menjadi ringan. Karena saya melakukannya dengan hati yang lapang, dengan mencintai KAMMI dan da’wah saya.

Ketiadaan cinta terkadang bisa menjadi akar persoalan, karena ia adalah sumber bagi inspirasi dan kekuatan. Bahasan ini memang tak pernah basi, Karena tak ada satu perasaan pun yang mampu dengan utuh mendefinisikan cinta, karena cinta adalah kontemplasi rasa yang memang Allah ciptakan untuk menjadi sesuatu yang ajaib di alam jiwa. Karena cinta adalah pengorbanan, perhatian, ketulusan, kekuatan, kelembutan sekaligus ketegasan. Karena cinta bukanlah ashabiyyah melainkan proporsional dalam bersikap. Karena cinta adalah memberi, bukan meminta. Karena cinta tak hanya sekedar dikatakan, tapi harus dibuktikan. Karena adakalanya cinta tak butuh ungkapan verbal, Tapi hari ini saya ingin mengatakan dan membiarkan semua orang tau bahwa saya jatuh cinta pada KAMMI.

-------------------------------------------------------------

Cerita panjang ini khusus saya persembahkan untuk semua saudara saya di struktur kepengurusan KAMMI Kalimantan selatan. Karena saya sangat sadar bahwa cinta itu tak bisa dipaksakan, karena saya juga sadar kaderisasi tak bisa membuat grand design cinta agar kalian semua mampu tulus mencintai KAMMI. Karena cinta itu pekerjaan hati, bukan pekerjaan struktur. Karena amanah di KAMMI bukan sekedar kerja struktur tapi kerja menyemai idealisme, yang harus diejewantahkan dengan amal dan diikhlaskan oleh hati. Karena da’wah KAMMI ini juga butuh pengorbanan. Dan pengorbanan adalah ritual cinta, bukan keterpaksaan yang dibalut dengan perban amanah.

Ketika cinta itu ada, maka kita akan berjuang sekuat tenaga mengusahakan apapun yang seharusnya menjadi kewajiban kita diKAMMI. Ketika cinta itu ada, maka tak perlu terdengar kabar bahwa sekretariat KAMMI akan kosong karena akan ditinggal penghuninya dan tidak ada lagi kader yang mau menempatinya. Ketika cinta itu ada, maka saya yakin tidak akan terdengar lagi alasan tidak ikut MK 2 karena esok ada ujian, tidak ada SIM atau tidak punya kendaraan karena jarak tempuhnya hampir satu jam (bukankah masih ada angkot). Cintalah yang membuat kita mampu berkata “ya” dan menyingkirkan segudang alasan. Cinta itulah yang menjadikan upaya kita maksimal, tidak seadanya. Cinta itu jugalah yang membuat kita berfikir kreatif untuk mensiasati segala keaadaan. Cinta itu jugalah yang memberi kita kekuatan untuk berkorban melebihi apa yang kita punya. Cinta jugalah yang membuat lelah menjadi sesuatu yang indah dan menyenangkan. Cinta ini jugalah yang seringkali membuat hal2 yang tidak rasional dimata manusia lain, namun menjadi logis bagi kita. Semua hal2 ‘ajaib’ ini terjadi karena telah ada perasaan ‘ajaib’ yang juga telah kita miliki dan persembahkan untuk KAMMI.

Sekarang, marilah jujur bertanya pada hati!

Jika hari ini kau melihat KAMMI Kalsel tak mampu berkontribusi dalam perbaikan ummat, jika hari ini KAMMI menjadi organisasi biasa yang tak ada apa-apanya, atau jika hari ini nama KAMMI perlahan-lahan hilang dari peredaran. Maka tanyalah pada kader-kadernya sudahkah ia mencintai KAMMI? Maka kau akan tau dan mengerti jawabannya.

Sampai saat ini, Saya masih belajar untuk terus mencintai KAMMI, meskipun dengan sangat sederhana. Dan berharap semoga akan banyak pengurus lain yang berkata bahwa ia juga mencintai KAMMI dan ‘ingin terus hidup bersama cita KAMMI meskipun ia telah berada diluar sana’[]

Friday, July 13th 2007
In the room of jihad, 05.00-06.12wita

Tuesday, July 10, 2007

Cinta untuk KAMMI_2: Pada Mereka Ada Semangat

Sore itu, setelah adzan ashar berkumandang. Tiba-tiba Hp saya bergetar menerima panggilan dari seseorang. ‘Tekad’nya izzis berteriak berkali-kali, namun saya tak bisa mengangkatnya karena saya lagi shalat. Setelahnya, saya cek panggilan itu, tenyata dari pak Alkatiri seseorang yang saya kenal saat mencari donatur untuk KAMMI. Saya balik menghubungi beliau, kalau-kalau ada yang penting dan saya bisa membantunya. Ternyata saya malah mendapat undangan makan dan dipersilahkan mengajak teman. Akhirnya ber-3 kami meluncur menuju pondok makan sederhana mpek-mpek palembang di depan masjid Kanzul Khairat disekitar perumahan komet Banjarbaru.
Kami makan sambil bercerita, bapak yang satu ini memang sangat luar biasa. Beliau sangat welcome dengan para aktivis da’wah mahasiswa. Ya salah satu bentuknya dengan mengajak makan seperti ini, dan ini bukan sekali dua kali. Katanya beliau merasa ada sesuatu yang hilang kalau dalam seminggu tidak ada interaksi dengan aktivis da’wah. Ya, beliau bukan orang ’tarbiyah’, beliau hanya simpatisan. Tapi menurut saya, apa yang beliau berikan tak kalah dengan apa yang telah dilakukan oleh orang-orang tarbiyah. Beliau adalah orang yang penuh semangat dan berusaha menularkan aura semangatnya pada KAMMI. Beliau adalah enterprenuer yang ulung namun tidak ’pelit’ terhadap harta. Beliau adalah motivator sekaligus kontributor bagi KAMMI.
Pernah sekali waktu, saya datang kepada beliau dengan membawa proposal muktamar palembang, ternyata saat itu beliau lagi sakit. Jujur saya merasa sangat tidak enak hati, takut mengganggu aktivitas beliau (karena beliau adalah orang yang super sibuk, seringkali harus keluar daerah karena tuntutan pekerjaan). Namun ternyata prediksi saya terbalik, sambutan beliau sangat luar biasa. Bahkan beliau berterima kasih karena Allah memberi kesempatan kami berdialog segala hal tentang da’wah dan itu membuat bheliau merasa kondisinya seketika berubah menjadi lebih baik. Ya begitulah pak Alkatiri. Beliau adalah orang yang sangat simpati dengan KAMMI. Kemanapun beliau pergi, biasanya beliau akan meminta kontak anak-anak KAMMI yang ada di daerah itu. Pelan saya berdo’a semoga banyak pak Alkatiri lain diluar sana yang bisa saya jumpai nantinya.
Sepulang dari ajakan makan itu, saya kemudian jadi berfikir...sungguh saya telah melupakan sesuatu. Yah semenjak 3 bulan yang lalu saya tidak pernah lagi kontak dengan teman-teman yang saya kenal semenjak jadi humasnya KAMMI dikepengurusan yang lalu. Sepulang dari sana saya bertekad, akan mengalokasikan pulsa untuk sekedar menyapa kabar semuanya. Yah..saya rindu suasana dulu

The morning at tomorrow…July 5th 2007
Me : Ass..Pagi.. gmn kabarnya mas? Lama t/kontak, klo lg gad kerjaan moga bisa buat refresh, tapi klo lagi banyak kerjaan moga dimudahkan. Oke, met beraktifts..Hadapi hari ini dengan semangat! Ifah_KAMMI
(send to: Adi-metro, Amat-lativi, Anang-indosiar, Dani-BjbPost, Jaki-antv, uji-TPI, ugi-modus,mul-radar)

Me
: Ass..Pagi.. gmn kabarnya mbak? Lama t/kontak, klo lg gad kerjaan moga bisa buat refresh, tapi klo lagi banyak kerjaan moga dimudahkan. Oke, met beraktifts..Hadapi hari ini dengan semangat! Ifah_KAMMI
(send to:nani-transTV, rahma-lativi, emmy-gempar)

Me
: Ass..Pagi.. gmn kabarnya Pak? Lama t/kontak, klo lg gad kerjaan moga bisa buat refresh, tapi klo lagi banyak kerjaan moga dimudahkan. Oke, met beraktifts.salam buat keluarga pian. Hadapi hari ini dengan semangat! Ifah_KAMMI
(send to:p sapta-TV7,P sigi-B.Post,P budi.S-Dosen fisip Unlam, Pak setya budi-dosen unlam sekarang S-2 diMalaysia, P ogi-pejabat Pemko BJB, P Taufik arbain-Pengurus PAN, Pak ersis-penulis buku, p jamaluddin, p muslih-Dekan fisip Unlam,p Asa-seniman BJB)

Da...n simaklah percakapan selanjutnya..
Anang :Maaf ini ifah yang mana? Maaf aku ga begitu ingat
Me :Ya saya dulu humasnya KAMMI& sering kontak pian klo lagi pas ada acara, tapi sekarang ga dihumas lagi. Gapa2 wartwn kan banyak klienx, jadi wajar klo lp:) Ok,thanx..
Anang :Oh..ifah yang dibanjarbaru, yang sering kontak aku dulu ya.. wah ini lagi kejar berita. Biasa wartawan..moga kamu baik juga

Jaki :PAGI..juga iya udh lama t/kontak kamu juga. Gmn sehat? Kok jarang ngasih berita nih?
Me :Alhamdllh sehat, sekarang saya ga dihumas KAMMI lagi..sekarang humas namanya titin, yang nomernya pernah sy kasih dulu, 0852xxxxxxxx, ya lagi kangen aja kontakan sama teman2 yang dulu sering dikontak. Pian masih jadi wartawannya antv? Wah, makin sbk aja ya, kemarin saya sempat ngobrol sama pa sapta. Katanya teman2 rata2 pada sibuk ngejar berita. Oke sukses selalu&yang pasti ”semangat”

Ugi :Makasih mbak ifah, biasa lagi sibuk. Tapi kali ini sama cucian bukan berita he..he.. oya gmn kbrnya?
Me :Alhmd baik, oh lagi nyuci..yah ga masalah lah..cucian kan juga bagian yang menunjang kelangsungan hidup.. :) sukses selalu& yang pasti ”semangat”

Mul :Oh ya mksh, m’f saya rada lupa ifah yang mana y?
Me :saya dulu dihumas KAMMI, sering menghub pian klo lagi ada acara. Beberapa minggu lalu kita ketemu dipemko. Gapa2 wajar aja pian lupa, wartawankan emang banyak kliennya:) ok, sukses selalu
Mul :Oh ya ingat, wah sory..Hmm..kapan lagi ngirim tulisan nech? Kok sekarang jarang banget. Hehehe..makasih banget, mmg terkadang kita harus selalu mengingatkan..makasih
Me :Yah ntar lah mas, blm dapat inspirasi. Untuk sementara tulisan tidak layak publikasi.. doakan aja kedepan bisa lebih produktif.Yup sepakat manusia hidup emg harus saling mengingatkan & mbantu tentunya:)

P sapta :makash..sukses selalu. Maaf ya ifah bapak lagi sakit. Wassalam
Me :Oh..gitu ya pak, saya doakan semoga bapak cepat sembuh dan bisa beraktifitas kembali seperti biasa..Amiin

Mb rahma: Alhamdulillah sehat2 aj. Biasa ada liputan tapi gak ada demo nih. Klo ada kasih tau ya..oya, aq lg kebanjarbaru nih...
Me : Wah rame donk..mb ntar pas ngeliput diBJB n pas py banyak waktu luang bisa donk kita ketemu, biar bisa share. Tenang aja mb, klo ada aksi pasti dihubungin kok, ini nomor humasnya yang sekarang 0852xxxxxxxx atas nama titin. Makasih banyak ya mb..

Dani : maaf baru bls,alhmdllh baek2 aja, gmn nih kabarnya? KAMMI? Tulisannya gmn sekarang? Kok aku jarang baca yach? He..he..he..
Me :Lagi mogok inspirasi k, doakan aja kedepan bisa lebih produktif, lagian sekarang saya sudah ga dihumas KAMMI lagi, ni no mb titin 0852xxxxxxx, beliau humas KAMMI sekarang.Tapi insyaAllah masih semangat aja nulis..walaupun seadanya:)

P budi : Wss rifah, khabar baik. He he he trims semangat kamminya

P taufik :Trmkash ya doanya. Ini buat lap penelitiann kntrksi angket survey pemilu.. gmana skripsinya? Kamu moga sukses juga ya. Salam
Me : Alhamdllh sampai sekarang ga ada hambatan pak, Cuma data primer yang sy dpt ga sesuai dengan hitungan matematisnya. Wah, pas banget pak, ntar bisa aja kan nolongin data, klo ga dapet..
P Taufik:Ya nanti kalau ga repot calling aja.

Mb nani: Trimakasih...

Adi :Wa’alaikum salam. Alhamdulillah masih sht aja. Iya sekarang lagi banyak kegiatan makanya baru sekarang blznya, gmn kabarnya kamu? Kok jarang kontak? Kapan KAMMI aksi lagi? Salam ama teman2 ya. wassalam
Me :Alhamdulillh baik,nanti klo ada aksi kammi bakal dikabarin, tapi sepertinya untuk sementara waktu kita belum ada aksi, mohon do’a dan dukungannya aja..Untuk lebih jelasnya ini nomernya mb titin 0852xxxxxxxx, dia humasnya KAMMI sekarang. wass

Emmy Gempar: Ya, semoga semangat juang ini bisa lebih mengobarkan semangat juang kita u/ ttp berada digaris depan... Ayo teman2 KAMMI semangat!

Yah, sekali waktu saya rasa perlu untuk bersua dengan mereka. Ketika mumet dengan berbagai persoalan, maka lihatlah ’keluar’. Maka kita akan menemukan banyak hal yang membuat kita harus malu dan kembali bercermin! Pertanyaan2 sederhana itu bisa memberi hentakan sendiri diruang kesadaran saya, bahwa sekarang tingkat produktitas saya berkurang, dan itu memang sebuah kenyataan. Walaupun selama ini saya tak pernah mengira, hal sekecil ini ternyata bisa menjadi sorotan. Tentang KAMMI, betapa orang diluar sana ternyata sedang ’menunggu’ karya KAMMI (Narsis dikit boleh dong). Lalu apalagi yang harus kita tunggu. Terus bergerak tuntaskan perubahan!!!


”sedikit renungan untuk KAMMI-ku”
In the room of jihad, dipergeseran hari
July, 5th 2007... 23.52-01.45 wita

Tuesday, July 3, 2007

Cinta untuk KAMMI_1: Seharusnya kader KAMMI

Rasa sedih memenuhi relung kalbu saya kala menyaksikan kondisi KAMMI (Daerah Kalsel) saat ini. Bukan saja karena kekritisan kondisinya akan tetapi karena saya juga tidak mampu berbuat banyak untuk mengishlah (memperbaiki) keadaan seperti ini. Tadinya saya berpikir untuk terus saja bekerja tanpa menghiraukan segala keadaan yang ada dan berdoa semoga Allah segera memperbaiki dan mengembalikan pada kondisi yang lebih baik. Akan tetapi sampai juga saya pada satu tekad bahwa sekecil apapun yang bisa saya kontribusikan maka saya tidak boleh mengambil taraf pada keimanan yang paling rendah. Maka menarilah jemari saya diatas keyboard, menumpahkan segala rasa didepan kotak ajaib pentium 4 ini dan berharap semuanya akan kembali bahkan lebih baik lagi.

Sekedar ingin bernostalgia, mengambil ibroh dari generasi KAMMI dahulu. Betapa waktu itu kader KAMMI merasa sedemikian memiliki terhadap organisasi ini sehingga tak rela mereka jika sebentar saja cuek atau tak menghiraukan atas kondisi KAMMI. Tak rela hati kader saat itu ketika melihat satu demi satu kader yang lain undur diri dari barisan dakwah ini, tak ingin mereka berdiam diri kala menyaksikan barisan KAMMI kosong dari SDM yang mumpuni. Maka bersegeralah kader-kader itu ambil bagian, menyambut bendera kebesaran dan mengikatkan ikat kepala KAMMI untuk kemudian turun dalam tataran aksi dan aplikasi.

Teman, Waktu itu betapa saya bangga bisa lulus seleksi untuk ikut DM2, bukan untuk bangga-banggaan atau gengsi-gengsian belaka tapi karena saya menyadari bahwa banyak kontribusi yang bisa saya berikan pasca itu, banyak amanah yang tadinya tidak bisa saya emban lantas bisa saya terima setelah menjadi AB2. Saat itu saya mengikuti DM2 benar-benar sepenuh hati, sepenuh jiwa dan tidak ada terbersit sedikitpun untuk menganggapnya mainan belaka. Perlu kalian ketahui bahwa tes DM2 waktu itu bukanlah hal yang biasa, yang hanya diikuti segelintir orang (Atas dasar paksaan) tapi kami berlomba untuk bersegera mendaftar mengikuti tes seleksi yang diumumkan. Begitupun ketika pelaksanaan DM2, seluruh alam riuh rendah dengan teriakan Takbir kami karena jumlah yang banyak dan (tentu saja) semangat membara.

Tapi hari ini kenyataan berbicara lain, saya sedih karena sekarang hal itu tinggallah kenangan yang indah dan hanya bisa saya ingat melalui rekaman otak ini. Kondisi sekarang jauh berbeda, bahkan tes seleksi DM2 seolah menjadi satu momentum yang membuat kita harus merasa terpaksa mengikutinya, dengan berbagai alasan tentunya; belum pantas lah, belum hapal juz 30 lah, tidak mau di Kamda lah dan sederet alasan klasik lainnya. Astaghfirullahal adzim!!! Saya tidak terlalu mengerti, barangkali ini adalah buah (buruk) dari generasi kami juga, atau? Barangkali ada sebab lain yang notabene itu adalah dari diri kita? Bersegera saya mengajak kalian semua (wahai kader KAMMI) untuk kembali bangkit, menginternalisasi nilai-nilai keKAMMIan dan nilai dakwahnya ke dalam diri kita.

Saudaraku...kader KAMMI yang semestinya luar biasa

Secara pribadi saya ingin sampaikan bahwa jangan-jangan kita nanti akan menyesal karena tidak mengoptimalkan kesempatan yang Allah berikan ini untuk sebanyak-banyaknya berkontribusi dalam dakwah ini. Syukur-syukur bila ketidakoptimalan kita adalah karena banyaknya amanah lain yang juga kita emban, tapi betapa perihnya hati saya ketika mendapati bahwa kalian pun berleha-leha dan kosong dari agenda-agenda dakwah. Sesungguhnya KAMMI adalah milik kita, lantas jika bukan kita yang menghidupkannya dengan nilai-nilai dakwah lalu mau kita titipkan pada siapa?

Atau...

Barangkali kalian lebih ridho jika KAMMI terpaksa dibekukan atau bahkan diBUBARkan lantaran tak ada lagi kader-kadernya yang mau mengemban amanah di sana? Kalian rela, saudaraku? Bila memang demikian baiklah, mari kita berpangku tangan, berdiam diri dan cukup menjadikan diri-diri ini sebagai penonton saja. Enak bukan? Untuk kemudian kita lihat nanti surat yang menyatakan KAMMI di daerah kita dibekukan begitu saja. Yah, apa boleh buat? Untuk apa juga mempertahankannya jika hanya akan membuat (segelintir) saudara kita terdzolimi lantaran harus mengemban seluruh amanah (Kaderisasi, Kastrat, Humas, Pelmas, Danus, Sekretariat) sendirian. Karena kita tidak peduli...karena kita lebih senang menjadi penonton dan mencukupkan diri hanya sampai disini saja, kita tidak mau berfikir susah.

Betapa malang nasib KAMMIku...

Ya Allah, seandainya saya bisa maka ingin sekali saya kembali terjun ke jalanan menggemakan lantangnya suara KAMMI. karena ternyata kader KAMMI yang ada hanya bisa menjadi penonton atas runtuhnya keGAGAHan KAMMI. Bila saja Engkau memberiku sedikit peluang maka ingin aku membisikkan ke telinga saudara-saudaraku (kader KAMMI) “Lebih baik sekalian saja kalian membunuhnya (KAMMI) daripada mendiamkannya dalam kondisi stroke, lumpuh dan akhirnya koma berkepanjangan”. Tentu saja ungkapan itu terloncat dari lisanku secara tertatih seiring deraian air mata atas ketidakmampuan saya berbuat banyak untuk KAMMI.

Astaghfirullahal’adzim, Saya kembali tersadar. tidak semua kader-kader KAMMI sejelek itu, masih ada diantara mereka yang komitmen dalam perjuangan ini. Kepada mereka saya ingin berbisik penuh semangat “Akhi...ukhti...KAMMI ini milik kita, dulu dirintis dengan tidak sedikit mengorbankan hal-hal besar demi terwujudnya KAMMI yang kuat seperti yang kita cita-citakan. Maka relakah kalian melihatnya begitu saja menjadi berpenyakit dan tidak mampu untuk menopang diri sendiri lagi? Tentu saja kalian tidak rela bukan? Kalian tidak ridho kan bila pelan-pelan KAMMI (Qta) koma dan lantas mati? Bila benar begitu, kuncinya ada pada kita semua. Marilah menyingkirkan sedikit ego kita untuk diisi kepedulian terhadap kelangsungannya. Bila kalian semua tak ada yang mau mengemban amanah ini lantas kepada siapa lagi KAMMI berharap?”

Dan saya sangat yakin kalian adalah kader-kader yang mengerti dengan apa yang saya sampaikan. Sangat tidak mungkin cita-cita besar ini hanya dikerjakan oleh segelintir orang. Bukankah karna itu lantas kita berjama’ah? Sekian lama saya mencoba maklum atas apa yang menimpa KAMMI? doktrin terhadap diri sendiri juga seringkali dilakukan untuk bisa berprasangka baik memaklumi kesibukan saudaranya. Tapi jika alasan yang sama terus saya terima ketika saya miris bercerita tentang nasib KAMMI? Salahkah jika saya sedikit menuntut? Karena kondisi ini sudah terlalu lama, dan hanya sedikit yang sadar bahwa KAMMI kita dalam kondisi ‘sekarat’.

Semua ini adalah buah cinta saya yang mungkin sangat sederhana kepada KAMMI. Tak jarang saya merasa iri, karena kita belum bisa berbuat apa-apa sementara kader KAMMI diluar sana sudah sedemikian hebatnya. Tak jarang juga saya sangat merindukan aksi kita sangat heroik dengan massa yang banyak dan tuntutannya diperhitungkan. Tapi sejauh ini, semuanya hanya bisa saya saksikan di CD dan berkhayal seandainya saya ada didalam kerumunan massanya, bermimpi betapa bersemangatnya jika harus menghindar dari pentungan polisi ataupun semprotan gas airmata. Tapi, saya terdiam, karena begitu terbangun saya justru menemukan ‘kader KAMMI Kalsel tak lebih hanya seperti orang biasa yang bermimpi jadi pahlawan disiang bolong’.

Saudaraku, sungguh saya tak ingin hanya bermimpi. Saya juga tak ingin mendengar orang lain mencibir KAMMI hanya karena kebodohan dan kelalaian kita yang tak sanggup ‘menghidupi’ KAMMI. Saya ingin agar KAMMI kita punya eksistensi karena kuatnya ‘daya hidup’ dari para kadernya. Bagaimana caranya? Saya yakin kalian semua tau, bila toh kalian tidak mengerti juga, kepada kalian yang mencintai KAMMI, mari kita duduk bersama untuk mempedulikannya dan membahas bagaimana semestinya. Semoga hal kecil ini mampu membawakan air kehidupan untuk KAMMI (dakwah) kita.


Dikesendirian penuh harap
Banjarbaru, 24 Juni 2007