Monday, May 28, 2007

CEREMONY YANG KEHILANGAN ARTI

12 rabiul awal, sebenarnya adalah momentum yang cukup sakral bagi masyarakat muslim. Dimana ditanggal tersebut tercatat beberapa agenda pemenangan al haq diatas al bathil. Mulai dari dihancurkannya pasukan bergajah yang dipimpin Abrahah hingga momen kelahiran Muhammad sebagai insan pilihan yang membawa risalah kebenaran.

Sepuluh hari terakhir, tepatnya tanggal 31 maret yang lalu umat muslim sibuk memperingati momentum kelahiran Rasulullah. Maraknya acara ini tidak hanya tercermin dielemen masyarakat saja, tapi seluruh elemen turut memperingatinya, dikantor-kantor dinas, di kampus, bahkan disekolahpun demikian. Apalagi dengan corak dan budaya masyarakat Kalimantan selatan yang konon sangat agamis. Bahkan yang saya ketahui ada suatu kota di Hulu sungai tengah, yang begitu repot dengan adanya momentum maulid ini, perayaan ini berlangsung sekitar satu bulan lamanya, “hari raya sabulanan” begitu mereka menyebutnya. Saya tak ingin berpanjang lebar memperdebatkan ini, namun ada suatu pertanyaan besar yang bermain-main dibenak saya ketika menyaksikan fenomena masyarakat tersebut. Pertanyaan besar tersebut adalah, apakah nilai-nilai subtansif dari maulid rasul sudah teresapi dengan baik? Apakah adanya ceremony millad Rasul ini cukup berarti??

Iseng saya melakukan inspeksi mendadak terhadap beberapa adik tingkat panitia pelaksana millad Rasul dikampus saya. Namun cukup kaget rasanya ketika yang ditanya nampak bingung harus menjawab apa. Akhirnya, keluarlah jawaban sederhana dari lisannya, “Ini kan proker BEM ka, harus dilaksanakan. Lagian lumayan program pertambahan gizi gratis”. Entah bercanda atau tidak, yang pasti mendengar jawaban itu gantian saya yang tercengang. MasyaAllah…separah inikah?

Mungkin tidak jauh berbeda kalau yang menjadi objek inspeksinya adalah masyarakat. Karena rata-rata tradisi ini sudah sangat membudaya diKalimantan Selatan. Bukan tidak mungkin banyak warga yang melakukan hal ini karena tradisi dari kultur masyarakat Banjar, sehingga ada rasa tidak enak dihati kalau tidak memperingati. Mungkin fenomena inilah yang menjadi ketakutan besar Rasulullah hingga membuat tubuhnya terguncang membayangkan nasib umatnya kelak, fenomena dimana umat kehilangan makna-makna subtansif dari apa yang ia saksikan, apa yang ia dengar bahkan apa yang ia lakukan.

Ceremony yang kehilangan arti, wajar jika saya berpendapat seperti ini demi melihat fenomena yang mekar ditengah umat hari ini. Betapa kaum kuffar bertepuk tangan dengan keras karena telah berhasil meniupkan angin ghazwul fikri ditubuh umat. Ya, kita hari ini lebih terbuai pada cover dan lupa pada isi. Kelahiran rasul yang semestinya dimaknai secara mendalam hilang begitu saja. Ya..itulah kenyataannya, sebagian umat muslim hari ini tinggal covernya saja. Kebanyakan kita lupa dengan keteladanan Rasulullah, kepada pelajaran hidup yang telah beliau torehkan didalam sirah perjuangan, tentang bagaimana beliau memaknai hidup dan kehidupan. Inilah hal termahal yang secara sadar telah terlupakan..

Dan.. menjadi tugas kita, untuk mengembalikan semuanya! Dan mengajak umat untuk berfikir lebih subtansif...

In the room of jihad

Banjarbaru,10 april’07…..16.03 wita-….

No comments: