Monday, May 9, 2011

Puzzle Perjuangan - Refleksi Hardiknas-

Hangat kau gandeng tangan kecilku

ketika langkahku terasa kaku memasuki bangunan asing itu

pancaran sinar matamu yang seolah berkata ‘masuklah..kau akan senang disini’

membuat aku merasa aman dan akan baik-baik saja


semakin hari kau makin bersahabat..

Aku merindukan setiap pagi dan seragam merah putihku

Menunggu bunyi lonceng sepedamu digerbang sekolah

Dan bersorak riang ketika kau datang dan melambaikan tanganmu dari kejauhan

hari ini Aku mengenangmu…mengenang segala ketulusanmu,

yang membuatku merasa tak pernah cukup hanya mengucapkan terimakasih padamu


hari ini Aku mengenangmu…dan berharap kau mau mendengar ceritaku

hari ini Aku juga melihat banyak langkah kecil menghantarkan nasibnya menuju bangunan asing,

sama sepertiku, dulu..

Berharap bertemu orang baik hati yang tulus berbagi sepertimu..

Tidak hanya tentang cerita zaman dahulu, tapi juga zaman ini dan nanti..

Zaman yang akan mereka lewati..


Ya, mereka berharap bertemu orang baik sepertimu..

Yang memberikan tangan dan dengan lembut berkata “BANGKITLAH’ ketika mereka jatuh

Yang dengan yakin berkata ‘MAJULAH’ ketika mereka diliputi keraguan, ingin mundur dan takut kalah

Yang berdiri di depan, dengan semangat berkata ‘COBALAH’ ketika mereka tak percaya diri

Yang mengajak memuji Allah disaat mereka menang dan berkata ‘BERSYUKURLAH’

Yang menepuk bahu dan berkata ‘SABARLAH’ karena ada saatnya kita kalah


hari ini Aku mengenangmu…dan berharap kau mau mendengar ceritaku

Aku ingin menjadi sepertimu, menjadi berarti disisa limit waktuku..

Ya, Aku ingin sepertimu, yang menyimpan semangat pahlawan didadamu

yang tak pernah berhenti berjuang apalagi kalah dan putus asa hanya karena egoisnya zaman

yang begitu bangga dengan semangat ki hajar dewantara dan sikap kritisnya

Yang begitu bangga dengan teriakan ‘Allahuakbar’ bung Tomo dan selalu menyimpan kobarnya


Aku ingin sepertimu…

Menghargai setiap anak manusia yang tidak hanya meminta tangannya untuk digandeng,

tapi juga nasibnya untuk diperbaiki..

Aku ingin sepertimu…

Yang menghargai setiap jerih payah para Ibu yang mengandung dan melahirkan,

serta tetes keringat setiap ayah yang bersusah payah membesarkan,

hingga saat ini ia datang menuju bangunan itu, menuju tempatmu ada dan mengajarkan ilmu

Aku ingin sepertimu…

Yang selalu menghargai Tuhan, tidak menganggap keberadaan mereka sia-sia dan menyusahkan


Saat ini, sepenuhnya aku sadar,

Memilih jalan itu sama artinya bersedia menopang amanah bumi dan langit sekaligus!

Tidak cukup hanya mencipta generasi yang mampu sempurnakan kemerdekaan negri,

Tapi lebih dari itu, Generasi yang merdeka bahkan dari dirinya sendiri…

yang memimpikan Syurga di setiap ujung aktivitasnya,

generasi yang tidak pernah melepaskan Tuhan sedetikpun dihatinya


Nanti…

Saat mereka datang dengan segala bentuk kreativitas nakalnya,

izinkan Aku agar bisa mengarahkannya, bukan malah menggerusnya…

Saat mereka datang dengan segala bentuk kebandelannya,

izinkan Aku agar bisa membimbingnya bukan justru menjerumuskannya

Saat mereka datang dengan segala ‘kekerdilan' dan kekacauannya

izinkan aku agar bisa membuatnya ‘besar’ bukan justru menyepelekannya

Saat mereka datang memberikan tangannya,

izinkan aku dapat menyambutnya dan mengantarnya hingga titik akhir

Meskipun saat itu, bahkan ceritakupun hanya tinggal sebuah titik kecil dilingkaran ruang semesta-Mu



Banjarmasin, 020511........Refleksi dunia pendidikan Indonesia

Mengenang seorang guru yang semangatnya selalu aku banggakan

bapak Muhammad Yamin, smg Allah merahmatimu...

Hormat dan takzim saya untuk para guru dimanapun Anda berada

terlebih Ibuku yang juga seorang guru dan lahir tepat hari ini.. happy birthday mom :)

Tuesday, April 19, 2011

...No Title...

Time is run...everythings has changed..
i wasn’t child now…but all memories about you have been kept elegantly in my memory…

I’m happy because you’re my mother..you’re simple, hard worker and wise too.. I feel..altough very bussy..you never don’t have anytime with us, your child..to tell a story.. about sun, moon, sky, tree, bird, and our God.. to singing, to playing, to learn many things, to walking around, to answer all humble question from me when I want to know about many things in my around and suround.. why are birds can fly? why human has no wings like a bird?.. or.. why is sun there's only in daytime? why stars are very much? and month only one?..or why I be blind to God? Where’s He?...

If we laughed, whole world laughed with us..If you’re here, then this place is always blessfull..We’re a part of your soul and everything about…You are close to my heart..Always and forever, As long as we are breathing in and out..As long as the stars twinkle in the night.. As long as it’s about you…Always and forever, you will stay in my heart…I could not give the love that rightfully deserved..The mistakes would not have happened…really sorry for passed time, if I don’t understand your felling, ur desire and all ur dreams about my future kindness..please forgive me, now..i’ll according to you..

My tears becomes yours..but now, you are sick, not feeling well…how can I was become your medicine..I will Keep you in my memories, no matter how far we are…You always stay close to me..I will change my way, when I face difficulties..Tell your eyes not to weep, let there be only happiness in them..

I need you, you are someone know my entire life.. every story, every happiness, every wound, every tears…you know my every secret.. You are my mother..even I can’t see you remember you’re always here, in my heart..

I know..sure you know that I hide something from you, because you are sick.. I fear it would be make worse your health..exactly I want to tell allthings to you, and hope you can protect me, make me strong...i’m scared, mother..but I can’t tell it to you.. but don’t worry..you must be sure, I'll be Ok.. because I always remember, what did you say..as long as, there’s Allah in our side, we may not fear.. all has been written down, right? :)

I’m sorry, made your sleep jumpy last night... though I don’t tell you, but ur feeling is very strong..
Today, I work it..please pray for me… mother, I love u

My Thanks

What do you feel when your dream comes true?.. of course you happy... me too

a few days ago, I got a gift from my housemate. She said it for my anniversary present at the beginning of last January. she keeps that present for three months already, just because she’s confuse how the best way to give it..

that such a simple present, only wrapped with old newspaper. although I can’t predicted the title, I’m sure that it was the book..because she really knows that I love to collect the book very much,all kind.. although I’m not a good reader..usually, i need big struggle and extra energy to finished one book. for that successfulness, I reward my self a present, such as ice cream, ice cream and ice cream...^^ that’s why I like to collect the book, because I could read it any time I want, either I really need it or I’m in good motivation…

You know what? my prediction is right, but, precisely two books in it.. They are ‘la tahzan for student and desau angin maastricht’ that I wait too long to have it. Thank’s God for the present..Zannen desu ne.. :)

Actually, I ever have one when I was being a student, “desau angin Maastricht”.. it was borrowed by my friend, and ‘still’ not returned… I thought, it was lose. the book tell about Indonesians student who studied in Neitherland. She involve into student’s perss community. She got many experiences such as report the social culture deeply, tulip festival, royal parade, and many more... just like my dreams…

not only two books, I found English letter too inside..might not fully right, there is any mistakes.. but I think that’s a big progress and I should reward her..that’s why I write this article in English..because we learn together.. ganbareba dekiru!

here is the letter:

***

Oneesan…I am sorry, very2 sorry n’ thanks so much… I can’t write any poet, I feel ashame to do that…wkwkwk… so, so I just wanna say, very sorry and thanks to every kindness that you give..

And sorry for my gift, couse it come too late… I know this gift is small enough to reach your big dream, just a simple as me..

I wish you’ll reach all your dream..

I believe it…

I trust it…

I hope this book—of course with another book you have—could help you to find ur way to japan and neitherland… Amiin…Ya Rabbal Alamiin….

And one ‘sorry’ again

Sorry, I don’t know that you ever have ‘desau angin maastricht’ before, but (sorry) I’m happy that this present could replace the one you lose, hehe… Ganbatte!

Again and again…I want to say sorry…my written English is not good, or maybe so bad…

***

And for ur every kindness, I say thank u very much.. Hontou ni arigatoo gozaimasu J

"Revise edition part one"

thanks to my sister kia Alfaruq

Thursday, March 24, 2011

Inspiring story (3) : The Heroes of Fukushima

VIVAnews - Pesan menyedihkan dikirimkan salah seorang pekerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi kepada keluarganya. Bunyinya: "Kami sedang melakukan misi bunuh diri. Kami menerima nasib ini seperti menerima vonis mati."

Sekitar 200 pekerja PLTN Fukushima yang sering disebut 'Fukushima Fifty' berupaya me-restart sistem pendingin reaktor. Membagi diri menjadi empatshift, mereka bekerja bergantian sembari mempertaruhkan nyawa mereka.

Mereka bekerja di level radiasi yang bisa membunuh dalam seketika, atau paling tidak menyebabkan penyakit mengerikan di tahun-tahun mendatang. Para ahli mengatakan, baju pelindung yang dipakai para pekerja hanya bisa mencegah sedikit kontaminasi.

Grup pekerja ini nekat tetap tinggal di dalam PLTN, meski 700 rekan mereka lari menyelamatkan diri saat level radiasi naik ke level yang sangat berbahaya. Identitas mereka tidak diungkap, namun para ahli menduga mereka adalah teknisi garis depan dan para pemadam kebakaran yang tahu persis kondisi PLTN.

Diduga kuat mereka para lelaki yang berusia lebih tua dan dengan sadar memilih jadi sukarelawan karena sudah memiliki anak. Pekerja yang lebih muda terancam mandul karena tingginya dosis radiasi.

Satu televisi nasional Jepang mewawancarai salah seorang kerabat pekerja Fukushima . "Saat ini ayahku masih bekerja di pembangkit. Ia mengatakan, menerima nasibnya, seperti menerima vonis mati," kata dia seperti dimuat Daily Mail, Jumat, 18 Maret 2011.

Yang lain mengatakan, ayahnya yang sudah berusia 59 tahun jadi sukarelawan dan memilih tetap tinggal di Fukushima . "Aku dengar dia merelakan diri meski 1,5 tahun lagi akan memasuki masa pensiun. Mendengar itu, aku menangis." Padahal, katanya lagi, "Di rumah, Ayah tidak seperti sosok lelaki yang bisa menangani pekerjaan besar dan penting. Tapi hari ini aku sangat-sangat bangga. Aku berdoa ia bisa kembali dengan selamat."

Salah satu gadis yang sedang berharap-harap cemas menanti kabar ayahnya di Fukushima menceritakan dia tak pernah melihat ibunya menangis sedemikian hebat. Dalam akun Twitter-nya, dia menulis: "Orang-orang di reaktor sedang berjuang mengorbankan hidup mereka untuk melindungi kita semua," kata dia. "Ayah, aku mohon, kembalilah dengan selamat."

Dari pekerja yang memilih tinggal, lima di antaranya dilaporkan meninggal dunia, dua hilang, dan 21 lainnya terluka.

Salah seorang pekerja perempuan, Michiko Otsuki, yang mengaku bertugas saat reaktor nomor dua Fukushima meledak, menceritakan pengalamannya di Internet. "Saat alarm tsunami berdering kami tak bisa melihat apa yang terjadi, kami terus bekerja, meski sangat menyadari bahwa itu bisa berarti mati."

Diceritakan dia, mesin pendingin reaktor yang berada di dekat laut hancur diterjang tsunami. Semua orang bekerja mati-matian untuk memperbaikinya. "Melawan rasa lelah dan perut kosong, kami memaksa diri untuk terus bekerja."

Di tengah ketidakpastian nasib keluarga paska tsunami, dia menambahkan, para pekerja reaktor nuklir harus mengenyampingkan perasaan pribadi mereka dan terus bekerja.

Dr. Michio Kaku, seorang ahli teori fisika mengatakan kepada jaringan televisi ABC bahwa situasi telah memburuk di hari-hari terakhir ini. "Kita bicara soal para pekerja yang masuk ke reaktor nuklir, mungkin seperti sedang menjalankan misi bunuh diri."

Michael Friedlander, yang telah bekerja di manajemen krisis reaktor nuklir serupa di Amerika Serikat menambahkan, selama bekerja, para pekerja itu boleh jadi hanya dibekali ransum gaya militer dan minum air dingin untuk bertahan hidup.

"Suasana pasti sangat dingin dan gelap. Anda juga harus memastikan tak akan mencemari diri sendiri saat makan," kata dia. "Saya memastikan 100 persen, mereka yang sekarang ada di Fukushima benar-benar berkomitmen untuk membuat reaktor ini jadi aman, sekalipun dengan risiko nyawa."

Harian The New York Times mengungkapkan para pekerja itu merupakan kelompok terakhir yang dipertahankan di PLTN Fukushima Daiichi, di Jepang bagian timur laut. Di tengah gelap, mereka hanya bermodal senter untuk bergerak. Mereka harus memantau perkembangan terkini, seperti ledakan hidrogen yang telah terjadi berkali-kali sambil mencari cara agar perangkat inti PLTN tidak ikut hancur. Sebab, jika itu terjadi, akibatnya fatal. Zat radioaktif bisa menyebar dalam skala besar.

Maka, dalam dua hari terakhir, mereka berjuang memompa ratusan galon air laut setiap menit ke dalam reaktor yang rusak untuk mencegah lumernya komponen reaktor. (kd)• VIVAnews

diambil dari http://danangap7.multiply.com

Monday, March 21, 2011

A hand to hold (4) : ‘Aku hanya ingin makan bakso’

Cerita inipun masih erat kaitannya dengan kertas mimpi. Hampir disemua kelas yang aku masuki, aku selalu bercerita tentang kekuatan keyakinan, mimpi dan cita-cita, kemudian meminta semua murid dikelas tersebut untuk menuliskan cita-citanya pasca itu. Karena aku yakin siswa yang belajar dan bekerja dengan dorongan mimpi hasilnya pasti akan jauh lebih optimal daripada siswa pintar yang belajar hanya sekedar menekuni rutinitas harian..

Dari sekian banyak kertas mimpi yang ada, ada 1 kertas yang cukup membuatku terharu.. yang belakangan melalui tes tertulis yang sengaja ku buat, kuketahui kertas itu milik seorang murid laki-laki yang duduk dipojok kanan depan ( sebut saja namanya A), tepat di dekat meja guru. Diantara 4 mimpi yang ia tuliskan dikertas itu, salahsatunya berbunyi ‘jika semua mimpiku tidak terwujud, minimal Aku hanya ingin makan bakso bu’

Bagiku sebuah kebahagiaan tersendiri bagi seorang guru ketika ia mampu membantu mewujudkan mimpi dan cita-cita muridnya. Aku memang bukanlah seorang guru, tapi bukankah saat ini aku sedang belajar menjadi guru. Meskipun aku sangat tidak menyukai bakso (karena kandungannya yang tidak sehat), tapi kali ini tak apalah..Aku ingin membahagiakan A dan memenuhi salah satu mimpinya.

Menjelang pelajaranku berakhir, kuminta ia untuk menemuiku sepulang sekolah. Aku ingin mengajaknya ke suatu tempat hari itu dan memintanya untuk tidak langsung pulang.

Ketika bel terakhir berbunyi, benar saja, A menemuiku diperpustakaan sekolah. Menyambut kedatangannya aku tersenyum, ‘kau sudah siap?’ Kataku sambil bergegas mengemasi barang-barang yang aku bawa. Sekilas ku lihat A mengangguk, ‘Ada apa Gerang bu? kita mau kemana?’ ia nampak penasaran.

‘lihat saja nanti, pokoknya kau ikut saja dulu’ jawabku. Aku berharap ini menjadi kejutan buatnya.

Aku mengendarai motor dengan pelan tidak sampai 20 km/jam, menyeimbangkan kecepatannya agar A tidak terlalu kepayahan menggotak sepedanya. Karena A naik sepeda.

Sekitar 15 menit diperjalanan akhirnya aku dan A sampai juga, di sebuah rumah makan, istana bakso matadewa. Aku segera masuk, sementara A nampak bingung, ia terlihat takjub beberapa saat. Aku berbalik, sambil tersenyum ku panggil ia ‘ Hei A, kenapa diam aja..Ayo masuk, kamu mau berdiri diluar terus?’ kataku. Masih dalam ketakjuban yang sama A mengangguk kemudian melangkah masuk.

‘Kau mau pesan apa? Mau yang pentolnya besar?’ tanyaku, A nampak malu. ‘Ayolah pesan aja, katamu kau mau makan bakso kan? Mumpung nih kaka lagi gajian di kantor’ Aku terus berceloteh..Akhirnya ia memesan juga, kulihat matanya tiba-tiba berkaca-kaca..’Hei, kau anak laki-laki, pantang untuk menangis’ Aku berkata sambil tersenyum..’kalau kaka baru boleh menangis, karena kaka perempuan’ aku tergelak, menyaring alasanku yang sama sekali tidak rasional..A juga ikut tertawa, ia semakin geli ketika kerudung dan baju putih seragam PPL ku tak sengaja terkena saos, padahal aku sama sekali tidak berniat menuangnya karena selera baksoku tak seperti orang kebanyakan, tanpa saos dan kecap manis..

Siang itu, kami makan bakso bersama..kulihat A begitu lahap, ia sangat menikmati bakso pertamanya itu. Dari ceritanya akhirnya aku tau kalau A sudah punya impian makan bakso sejak lama, sejak 4 tahun lalu, waktu ia kelas 6 SD. Saat itu seorang temannya makan bakso bersama ibunya ketika pulang sekolah, A melihatnya. Ia berharap juga bisa makan bakso dengan ibunya, tapi itu tak akan pernah terjadi karena ibunya telah meninggal dunia disaat A duduk di kelas 2 SD. Ayahnya sendiri tinggal bersama seorang adik dan 3 orang kakaknya di daerah pinggir.

Saat ini A tinggal bersama tantenya sambil membantu sedikit pekerjaan rumah, Tantenya yang membiayai sekolah A. sebenarnya A sendiri telah berupaya beberapa kali menabung untuk membeli bakso, tapi niatnya itu selalu terhalang. Dari ceritanya, pernah suatu kali A merasa tabungannya sudah cukup bahkan lebih, ia ingin mengajak teman karibnya untuk membeli bakso bersama, A yang traktir. Tapi tanpa diduga uang buku yang harus ditebusnya hilang, dan akhirnya uang untuk beli bakso ia gantikan untuk membayar buku.. ’ulun takut dimarahi tante’ katanya.

Hari itu kulihat A sangat bahagia, begitu juga denganku. Aku memintanya pulang dengan membawa 2 porsi bakso lagi..’makasih banyak bu lah’ kata A sembari mengucap salam. ‘Ya hati2 ya’ jawabku. Begitu sepedanya hendak berjalan, Aku menahannya. ‘A tunggu sebentar’ ucapku mencoba menahan A. ia menoleh sambil menyetop jalan sepedanya ‘ kenapa bu?’ katanya..

Aku tersenyum..’Kau menulis 4 impian kan dikertas mimpimu..sekarang mimpimu makan bakso sudah terwujud, Kau harus wujudkan yang lainnya. Ingat Allah itu Maha baik, selalu memberi kita kejutan dengan cara yang tidak pernah kita duga. Kau harus semangat’ ucapku. A mengangguk ‘ InsyaAllah bu’ jawabnya. Hari itu entah kenapa tiba-tiba Aku merasa sungguh bahagia…

‘bantulah orang lain untuk mewujudkan mimpinya, maka Allah akan membantumu untuk mewujudkan mimpi-mimpimu’


-Memory ‘pojok’ sekolah-
Mengenang A, siswa laki2 kurus tinggi
Yang awalnya tak pernah terperhatikan olehku..

Saturday, March 19, 2011

A hand to hold (3) : Elin Ingin Jadi Penulis

Elin, begitu ia dipanggil teman-temannya. Aku tidak ingat persis siapa nama panjangnya, yang pasti ia adalah pemimpin dari grup 5 cewek gaul dikelas itu. ada satu yang khas dari dirinya..caranya memakai kerudung. Entah apa sebabya, ia selalu mengangkat bagian belakang kerudungnya kearah depan, dan memperlihatkan rambut rebonding sepundaknya.

Selama 3 minggu aku akan rutin memasuki kelasnya, guru pengasuh mapel matematika akan melangsungkan walimatul ursy dan meminta mahasiswa PPL untuk menggantikannya selama itu, Aku sendiri kebagian kelas XI dan XII khusus jurusan IPA. Sebelum masuk ke kelas ‘Elin’ guru pamong telah mewanti-wantiku, agar aku bersikap cuek dan tidak menghiraukan apapun kelakuannya, mengingat 2 hari lalu ada mahasiswa bahasa yang sempat dibuat menangis karena ‘perang dingin’ dengan elin.

Pertemuan pertama dikelas itu, aku merasa kelas itu cukup istimewa untuk ukuran sekolah PGRI. Sebagian besar siswa cukup mudah diatur, meskipun penjelasan harus diulang beberapa kali. Terkecuali 5 orang, Elin dan ganknya. 3 orang temannya masih terlihat kurang nyaman, mereka mencatat seadanya. Berbeda dengan Elin, Ia dan satu lagi temannya keluar masuk tanpa izin denganku, bahkan pertanyaanku tak pernah ia jawab. Waktu itu rasanya, Aku sangat kesal.

Agar tidak boring, seperti biasanya ditengah pelajaran berlangsung aku menyelipkan beberapa cerita, pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain, tentunya yang ‘nyambung’ dengan karakteristik siswa dikelas itu. Hari itu kami berbincang tentang cita-cita dan pentingnya punya cita-cita. Setelah berbicang panjang lebar, aku meminta beberapa siswa untuk mengatakan cita-citanya pada teman sekelasnya.

Termasuk pada Elin…’Elin bagaimana denganmu, Apa cita-citamu?’ Ia mendongak, seolah tak mau tau tentang apa yang kami perbincangkan beberapa menit lalu dikelas. Aku mengulangi pertanyaanku. ‘Elin, kau punya cita-cita apa? Katakan dan bagilah pada teman sekelasmu’…’Mati bu’ jawab Elin singkat. Siswa yang lain menatapku lekat, seolah menahan rasa tak enak.

‘wah…itu cita-cita yang hebat dan unik’ kataku…’kaka saja tidak pernah berani bercita-cita untuk mati, karena kaka yakin orang mati tidak akan bisa melakukan apapun kecuali menunggu, apakah ia diberi kenikmatan dan dimasukkan ke syurga atau justru dapat siksaan, berbeda dengan orang hidup. Orang hidup bisa berbuat banyak, orang hidup bisa membahagiakan orang-orang yang ia sayangi, orang hidup bisa berupaya sekuat tenaga mewujudkan mimpinya ’ Aku menambahkan. Aku focus pada Elin, ia tak bergeming, seolah masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

“Kalau kaka cita-citanya selain jadi Guru, juga pengen jadi peneliti sekaligus penulis..karena kaka yakin kalau mati nanti penulis bisa meninggalkan banyak hal untuk orang-orang yang ia tinggalkan, minimal ide dan gagasan yang ia bangun lewat tulisannya. sama seperti manusia lainnya, seorang penulis suatu saat nanti pasti akan mati, tapi tidak dengan karya dan tulisannya” Aku tetap melanjutkan, berharap ia mendengar. Meskipun Elin tetap menunjukkan sikap acuh tak acuh.

Hari itu, Aku tutup pelajaran dan menjanjikan pertemuan selanjutnya kami tidak akan belajar matematika, tapi kami akan menonton video yang akan ku bawa di laboratorium IPA, disana ada screen yang cukup besar, meskipun ya tetap kalah kalau dibandingkan screen di bioskop.

***

Hari itu akhirnya datang juga, pertemuan kedua yang kujanjikan..Aku meminjam LCD dari luar, kami semua menuju lab IPA di dekat ruang guru..video pembuat jejak-nya danang A prabowo dan beberapa video motivasi lain Aku putarkan. Kembali kami bercerita kekuatan atau sugesti mimpi dan cita-cita. Menurutku ini adalah modal dasar, akan sangat sulit untuk maju dan berkembang jika persepsi dasar ini tidak diluruskan.

Setelah semua video selesai diputar, aku meminta tanggapan anak-anak termasuk Elin. Banyak tanggapan positif yang menurutku cukup memotivasi, tapi berbeda dengan jawaban Elin..’ Itu kan dia bu, dia ya dia, ulun ya ulun, kada bisa disamakan, mungkin dia dan pian bisa, tapi kami kada bisa. kaya ini pang kami bu’ ia menjawab dengan sikap cueknya dan apa adanya..Aku menarik nafas panjang..’Elin..Elin… kenapa sulit sekali bagimu untuk berubah’ uangkapku dalam hati. Aku teruskan meminta tanggapan siswa yang lain dan tetap mengapresiasi apapun jawaban mereka, termasuk jawaban Elin.

Kali ini aku meminta mereka untuk menuliskan mimpi mereka hingga 10 tahun yang akan datang, mereka ingin jadi apa dan mau hidup bagaimana, Apapun, sekecil atau sebesar apapun mimpi itu.

Karena agenda hari itu cukup padat, Aku tidak langsung membuka kertas mimpi mereka. Aku baru membukanya 3 hari kemudian, karena aku sempat lupa pada 2 hari sebelumnya. Betapa senangnya Aku melihat ada progress dan peningkatan kualitas berfikir yang cukup bagus dari cara mereka memandang mimpi dan hari depan, ini terlihat dari apa yang mereka tuliskan.

Dan aku lebih kaget ketiga membaca 1 kertas lagi, milik seseorang dengan identitas ‘ELIN’.. didalamnya hanya ada tulisan yang cukup singkat..’Elin ingin MATI, tapi sebelumnya elin pengen jadi penulis dulu’. Membacanya Aku merasa mataku berkaca-kaca.. ‘tidak masalah dik, ini saja sudah suatu peningkatan yang sangat baik’ ungkapku dalam hati.

Aku senang, bukan semata-mata karena Elin ingin juga jadi penulis seperti cita-citaku. tapi lebih kepada kesadarannya tentang essensi kebermanfaatan hidup yang sedang ia jalani dan bekalnya untuk ‘pulang’ seperti yang ia tuliskan didalam kertas mimpi kecil itu.


Memory ‘pojok’ kelas-Banjarmasin-

Ketika aku kembali menemukan kumpulan kertas mimpi itu, ditumpukan buku2ku

A hand to Hold (2) : Untuk Apa Belajar Matematika??

Ini adalah pertanyaan yang pernah dilontarkan seorang siswa sewaktu aku PPL II di salahsatu SMA PGRI di Banjarmasin beberapa waktu lalu..’untuk apa belajar matematika??’

Waktu itu guru pamong lagi ada rapat MGMP di sekolah lain dan memintaku menggantikannya mengajar tentang sudut trigonometri, tentang sin, cos, tan dan kroni2nya.. aku baru pertama kali masuk ke kelas ini, berdasarkan informasi teman, kelas yang akan aku masuki adalah kelas ‘angker’, anak-anaknya sulit diatur. Beberapa teman dikabarkan sempat dibuat kesal oleh beberapa kelakuan siswa di kelas itu, bukan karena mereka nakal, tapi karena mereka samasekali tidak punya niat untuk belajar dan memperhatikan guru, bahkan guru mereka sendiri.

Pertama kali melangkah ke kelas itu, gelagat itu sudah bisa aku rasakan, sangat nampak bahkan.. aku sadar betul murid macam apa yang aku hadapi hari ini..sebagian ada yang mengobrol dipojok kelas, ada yang tidur, ada yang mengeleng-gelengkan kepala dengan headset ditelinganya, ada yang bergendang memukul-mukul meja, ada yang makan dan beragam aktivitas kontraproduktif lainnya, bahkan aku rasa tak ada yang tau tentang kehadiranku di kelas itu (kalau tidak mau dibilang ‘mereka memang sengaja tak mau tau’), salamku pun tak digubris, saat itu hanya 2 murid dimeja depan, yang mungkin terlihat agak kasihan terhadapku..

Menyadari kondisi itu, aku memutuskan tidak akan mengajarkn apapun tentang trigonometri hari itu, percuma! Aku memilih berjalan berkeliling kelas, mencoba membaur dengan aktivitas siswa, sambil melakukan analisis sederhana tentang siapa sebenarnya ‘penguasa’ kelas itu, aku memerlukannya untuk membuat suasana kelas sedikit lebih tenang.. Sampai akhirnya aku menemukan kesimpulannya pada siswa perempuan bertubuh agak gempal dengan wajah sedikit cuek + sinis yang duduk di pojok kiri belakang. Aku mendekatinya, kulihat ia membuat sketsa kartun dibuku tulisnya, wajahnya merengut, Nampak sekali kalau dia lagi kurang mood dan tidak menyukai kehadiranku.. ‘sasuke??’ pertanyaan itu tiba-tiba ku lontarkan padanya..’wah hebat, kau punya bakat yang bagus, gambarmu keren, kaka punya teman yang begitu di kosan’ aku terus berbicara tanpa menunggu jawabannya. Ia tak bergeming, sambil berfikir dalam hati aku berkata ‘keras kepala! Sulit ditaklukkan’. Akhirnya aku coba cara lain untuk menarik perhatiannya, kuputuskan untuk menarik simpati teman sebangkunya terlebih dahulu, dan Alhamdulillah, kali ini berhasil.. Ia tertarik :D

Aku mengobrol panjang lebar bersama 2 orang anak itu, panjang lebar mulai dari naruto dan kepribadian ‘dingin’nya sasuke hingga sedikit tentang pekerjaanku, mereka terlihat antusias..kelas makin ribut. aku berfikir sudah saatnya aku menguji loyalitasnya terhadap ceritaku, perlahan ku pelankan nada suaraku hingga seolah hilang tertelan keributan kelas..mereka nampak bersusah payah mendengarkan. Aku semakin memelankan suaraku, aku katakan kepadanya kelas sangat ribut, ia terlihat tak sabar.. tiba-tiba ia berdiri, maju kedepan kelas dan berteriak keras ‘DIAAAM!..coba pang hormati guru dikelas’. Meskipun kaget, dalam hati aku tersenyum sambil berkata, ‘bagus, itu yang kaka harapkan :)’. Kelas tiba2 menjadi tenang, Aku maju mendekatinya, ‘de makasih ya, nanti istirahat ngobrolnya kita sambung’ kataku sambil tersenyum. Ia mengangguk dan kembali ke tempat duduknya, Aku manfaatkan momen itu sebaik mungkin.

‘adik-adik hari ini kita tidak akan belajar, untuk jam ini kita free’ ucapku sumringah..

‘Horee…’ anak-anak tak kalah riang, kondisi mereka jauh lebih mudah diatur. ‘Tapi sebelumnya kaka mau tanya’ Aku kembali meminta perhatian mereka.

‘kalian suka matematika?’ Aku bertanya lantang..mereka menjawab serempak ‘ kadaaaa..’, berbagai alasan terlontar, matematika sulit, gurunya galak, dan bla..bla..bla.. mereka kembali ribut, aku mencoba tetap sabar dan senyum, ‘ini memang sudah resiko guru matematika, mata pelajaran yang selalu punya label sulit’ aku berkata dalam hati.. sampai ada salah satu anak dibagian depan, yang angkat tangan, meminta perhatian dari teman sekelasnya..setelah agak tenang, seolah ingin memberiku ‘pelajaran’ dia berkata ’memang untuk apa belajar matematika bu?’..’wah, pertanyaan yang sangat bagus’ Aku mengapresiasi pertanyaan itu, meskipun disatu sisi, cukup sulit bagiku menjawabnya..Aku berfikir keras.

‘karena matematika dasar segala ilmu pengetahuan atau karena hidup kita selalu berhubungan erat dengan matematika, atau bla..bla..bla..bla…’ sekian banyak alternative jawaban mampir dikepalaku, tapi tak ada satupun rasanya yang bisa disetujui lisanku, terlalu formal dan sama sekali tidak menyentuh.. sampai akhirnya, ‘Ahaa.. ku temukan jawabannya…’

Ku ambil posisi tepat ditengah-tengah kelas dan meminta mereka mengeluarkan selembar kertas. Di kertas itu aku meminta mereka menulis semua problem/ persoalan hidup yang sedang mereka alami dalam waktu 10 menit, sebanyak-banyaknya! ada siswa yang terlihat malas adan ogah-ogahan, aku mendekatinya..memintanya memegang pulpen dan menyiapkan kertas diatas mejanya, ‘tuliskan’ perintahku tegas tetap sambil tersenyum, akhirnya semua siswa menulis, tanpa terkecuali..

Setelah semua siswa selesai menulis Aku berkata ‘terkadang kalau kita sedang ditimpa masalah, kita merasa seperti orang yang paling menderita sedunia, benar?..kalian ada yang merasa begitu?’ Aku bertanya sambil tersenyum lebar, sebagian murid saling tunjuk sambil tertawa mengejek..’dodi bu, merana diputusi pacar’ teriak anak laki2 dibagian belakang..disambut tawa teman2 sekelasnya.. melihat suasana yang kembali ricuh, aku memberi isyarat agar kelas kembali tenang ‘apa diantara kalian ada ga yang merasa masalahnya sangat berat dan tidak mungkin diselesaikan?’ tanyaku..beberapa siswa saling pandang dan senyum2..‘raise your hand, please..’ aku meminta mereka tunjuk tangan

‘baiklah, kalau begitu..’ aku menuju papan tulis..’2+2, berapa penyelesaiannya?’ tanyaku. anak-anak menjawab serempak ‘ empat…’

‘bagus, lanjutkan…bagaimana kalau ini, berapa penyelesaiannya?’ Aku kembali bertanya, kali ini dengan soal yang sedikit lebih sulit.. siswa masih kelihatan bisa menjawabnya dengan serempak. Begitu seterusnya, hingga 6 soal, yang tingkat kesulitannya semakin tinggi. sampai pada soal terakhir, soal yang ke enam.. semua siswa Nampak berfikir, meskipun ada beberapa diantaranya yang juga tidak begitu serius, atau mungkin agak bosan, karna di soal ketiga mereka sudah mulai ‘macet’, ga bisa jawab.

‘Ada yang berani maju mencobanya?’ Aku menantang mereka, mengumpaninya dengan hadiah…Aku yakin pasti diantara mereka ada yang bisa, ini di indikasikan karena pada soal kelima ada sekitar lebih dari 5 siswa yang mampu menjawab dengan benar. Hampir 5 menit, Aku terus memotivasi, tapi tetap tidak ada satupun siswa yang berani maju..

‘Kalian yakin soal ini punya penyelesaian? Punya jawaban?’ Aku bertanya lantang..mereka mengiyakan. ‘kalau kalian yakin, kenapa tidak mencobanya’ Aku menantang. Masih berharap ada seorang pemberani diantara mereka.. Sampai akhirnya salah seorang siswi perempuan mencoba maju kedepan, aku tersenyum lega..ia mengerjakan semampunya, tak jarang terlihat bingung, berulangkali ia menoleh kebelakang dan menghapus jawabannya karena tak yakin..Aku memberinya beberapa petunjuk, dan sedikit arahan ketika ia Nampak cukup kesulitan, hingga akhirnya ia berhasil. Aku meminta semua siswa memberikan Applause atas keberhasilan dan terlebih untuk keberaniannya.

Setelahnya aku memberikan beberapa soal yang sulit, tapi bukan untuk diselesaikan..melainkan hanya untuk diyakini bahwa soal tersebut punya penyelesaian. ‘kenapa kalian bisa yakin soal ini punya penyelesaian?’ tanyaku. Seorang siswa menjawab ‘karena soal matematika pasti bisa dijawab bu’..’Kenapa kamu bisa seyakin itu, kan kita belum mencobanya?’ aku bertanya lagi. ‘justru itu harus dicoba bu, baru tau jawabannya’ kata siswa yang lain. ‘hm..kalau begitu, Bagaimana caranya agar kita bisa menyelesaikan soal ini dengan benar?’ Aku terus bertanya. ‘harus tau jalannya bu, hafal rumusnya bu, belajar bu’ siswa menjawab dengan serabutan. ‘ya benar, harus punya ilmunya, harus hafal rumusnya dan bisa menjalankannya..ini semua tidak akan bisa dilakukan tanpa ada kemauan dari kita untuk terus belajar’

“adik-adik itulah kenapa kaka suka metematika dan merasa perlu belajar matematika, karna matematika punya filosofi yang sama dengan hidup, mencintai dan menyukai matematika akan membentuk jiwa kita untuk punya keyakinan dan harapan yang tinggi, membuat yakin bahwa segala persoalan sesulit apapun itu, pasti punya penyelesaian. Ketika kita dihadapkan pada banyak persoalan atau masalah, Kita hanya perlu berani, sabar dan terus belajar. Berani menyelesaikan dan sabar dalam menyelesaikan setiap persoalan, termasuk sabar dalam belajar. Orang yang kurang sabar, pengen semuanya mudah akan sulit berhasil, Karena tidak semua soal itu mudah diselesaikan, ada yang perlu waktu dan proses yang lama, serta cara berbelit belit..Allah akan memberi kita persoalan yang banyak dalam hidup, dari yang mudah hingga yang sulit.. tapi kita tidak boleh menyerah, kita harus berani mencoba, kita harus sabar dalam menyelesaikannya, dan disiplin menjalankan tiap tahap penyelesaian. ingat kuncinya, kita harus tetap yakin, selama soal itu tidak salah, maka setiap soal pasti punya penyelesaian!”..aku memberi jeda, “dan kalian harus yakin Allah tidak pernah salah dalam memberi kita persoalan dalam hidup, karena Dia sangat tau apa yang terbaik buat kita” ucapku Mantap.

‘sekarang pandangi kertas kalian, berjanjilah pada diri sendiri bahwa kalian akan mampu menyelesaikan segala persoalan yang kalian tulis dengan baik’.. Hari itu aku tutup pelajaran dengan penuh harapan mereka dapat belajar banyak hal, tidak sekedar belajar matematika..tapi lebih dari itu, kalian belajar tentang sesuatu yang paling subtansi dalam hidup ini, keyakinan..

***

Hari ini ketika keputusasaan melihat nasib bangsa ini secara diam2 ingin menjeratku, ketika kebijakan selalu kurasa timpang, lembaga rakyat kehilangan kredibilitas karena para penghuninya, lembaga penegak hukum justru menjadi lembaga yang paling pantas untuk diadili, ketika bergemul dengan dunia politik yang penuh dusta, seolah tak ada satu celahpun untuk menyelesaikan problem bangsa ini.. Aku seolah selalu diingatkan konsep keyakinan matematis yang dulu pernah aku ajarkan pada mereka.

“sekalipun, Matematika tidak pernah mengajarkanku menyerah, matematika selalu mengajarkanku yakin dan optimis, bahwa segala soal sesulit apapun itu, pasti punya penyelesaian, kecuali jika soal itu salah. Dan hingga saat ini Aku selalu yakin, Allah tidak pernah salah dalam membuat soal untuk kita, untuk semua ciptaanNya..indonesia pasti bisa bangkit dari keterpurukannya, kita hanya perlu berani berjuang, sabar dan terus belajar”

-Merindukan kalian, Memory ‘pojok’ sekolah..Banjarmasin-