Monday, March 21, 2011

A hand to hold (4) : ‘Aku hanya ingin makan bakso’

Cerita inipun masih erat kaitannya dengan kertas mimpi. Hampir disemua kelas yang aku masuki, aku selalu bercerita tentang kekuatan keyakinan, mimpi dan cita-cita, kemudian meminta semua murid dikelas tersebut untuk menuliskan cita-citanya pasca itu. Karena aku yakin siswa yang belajar dan bekerja dengan dorongan mimpi hasilnya pasti akan jauh lebih optimal daripada siswa pintar yang belajar hanya sekedar menekuni rutinitas harian..

Dari sekian banyak kertas mimpi yang ada, ada 1 kertas yang cukup membuatku terharu.. yang belakangan melalui tes tertulis yang sengaja ku buat, kuketahui kertas itu milik seorang murid laki-laki yang duduk dipojok kanan depan ( sebut saja namanya A), tepat di dekat meja guru. Diantara 4 mimpi yang ia tuliskan dikertas itu, salahsatunya berbunyi ‘jika semua mimpiku tidak terwujud, minimal Aku hanya ingin makan bakso bu’

Bagiku sebuah kebahagiaan tersendiri bagi seorang guru ketika ia mampu membantu mewujudkan mimpi dan cita-cita muridnya. Aku memang bukanlah seorang guru, tapi bukankah saat ini aku sedang belajar menjadi guru. Meskipun aku sangat tidak menyukai bakso (karena kandungannya yang tidak sehat), tapi kali ini tak apalah..Aku ingin membahagiakan A dan memenuhi salah satu mimpinya.

Menjelang pelajaranku berakhir, kuminta ia untuk menemuiku sepulang sekolah. Aku ingin mengajaknya ke suatu tempat hari itu dan memintanya untuk tidak langsung pulang.

Ketika bel terakhir berbunyi, benar saja, A menemuiku diperpustakaan sekolah. Menyambut kedatangannya aku tersenyum, ‘kau sudah siap?’ Kataku sambil bergegas mengemasi barang-barang yang aku bawa. Sekilas ku lihat A mengangguk, ‘Ada apa Gerang bu? kita mau kemana?’ ia nampak penasaran.

‘lihat saja nanti, pokoknya kau ikut saja dulu’ jawabku. Aku berharap ini menjadi kejutan buatnya.

Aku mengendarai motor dengan pelan tidak sampai 20 km/jam, menyeimbangkan kecepatannya agar A tidak terlalu kepayahan menggotak sepedanya. Karena A naik sepeda.

Sekitar 15 menit diperjalanan akhirnya aku dan A sampai juga, di sebuah rumah makan, istana bakso matadewa. Aku segera masuk, sementara A nampak bingung, ia terlihat takjub beberapa saat. Aku berbalik, sambil tersenyum ku panggil ia ‘ Hei A, kenapa diam aja..Ayo masuk, kamu mau berdiri diluar terus?’ kataku. Masih dalam ketakjuban yang sama A mengangguk kemudian melangkah masuk.

‘Kau mau pesan apa? Mau yang pentolnya besar?’ tanyaku, A nampak malu. ‘Ayolah pesan aja, katamu kau mau makan bakso kan? Mumpung nih kaka lagi gajian di kantor’ Aku terus berceloteh..Akhirnya ia memesan juga, kulihat matanya tiba-tiba berkaca-kaca..’Hei, kau anak laki-laki, pantang untuk menangis’ Aku berkata sambil tersenyum..’kalau kaka baru boleh menangis, karena kaka perempuan’ aku tergelak, menyaring alasanku yang sama sekali tidak rasional..A juga ikut tertawa, ia semakin geli ketika kerudung dan baju putih seragam PPL ku tak sengaja terkena saos, padahal aku sama sekali tidak berniat menuangnya karena selera baksoku tak seperti orang kebanyakan, tanpa saos dan kecap manis..

Siang itu, kami makan bakso bersama..kulihat A begitu lahap, ia sangat menikmati bakso pertamanya itu. Dari ceritanya akhirnya aku tau kalau A sudah punya impian makan bakso sejak lama, sejak 4 tahun lalu, waktu ia kelas 6 SD. Saat itu seorang temannya makan bakso bersama ibunya ketika pulang sekolah, A melihatnya. Ia berharap juga bisa makan bakso dengan ibunya, tapi itu tak akan pernah terjadi karena ibunya telah meninggal dunia disaat A duduk di kelas 2 SD. Ayahnya sendiri tinggal bersama seorang adik dan 3 orang kakaknya di daerah pinggir.

Saat ini A tinggal bersama tantenya sambil membantu sedikit pekerjaan rumah, Tantenya yang membiayai sekolah A. sebenarnya A sendiri telah berupaya beberapa kali menabung untuk membeli bakso, tapi niatnya itu selalu terhalang. Dari ceritanya, pernah suatu kali A merasa tabungannya sudah cukup bahkan lebih, ia ingin mengajak teman karibnya untuk membeli bakso bersama, A yang traktir. Tapi tanpa diduga uang buku yang harus ditebusnya hilang, dan akhirnya uang untuk beli bakso ia gantikan untuk membayar buku.. ’ulun takut dimarahi tante’ katanya.

Hari itu kulihat A sangat bahagia, begitu juga denganku. Aku memintanya pulang dengan membawa 2 porsi bakso lagi..’makasih banyak bu lah’ kata A sembari mengucap salam. ‘Ya hati2 ya’ jawabku. Begitu sepedanya hendak berjalan, Aku menahannya. ‘A tunggu sebentar’ ucapku mencoba menahan A. ia menoleh sambil menyetop jalan sepedanya ‘ kenapa bu?’ katanya..

Aku tersenyum..’Kau menulis 4 impian kan dikertas mimpimu..sekarang mimpimu makan bakso sudah terwujud, Kau harus wujudkan yang lainnya. Ingat Allah itu Maha baik, selalu memberi kita kejutan dengan cara yang tidak pernah kita duga. Kau harus semangat’ ucapku. A mengangguk ‘ InsyaAllah bu’ jawabnya. Hari itu entah kenapa tiba-tiba Aku merasa sungguh bahagia…

‘bantulah orang lain untuk mewujudkan mimpinya, maka Allah akan membantumu untuk mewujudkan mimpi-mimpimu’


-Memory ‘pojok’ sekolah-
Mengenang A, siswa laki2 kurus tinggi
Yang awalnya tak pernah terperhatikan olehku..

No comments: