Unlam belajar bercita-cita...
Sudah hampir 6 bulan aku meninggalkan 'area putih' ini. aku baru bisa merasakan betapa sulitnya melangkahkan kaki dikampus ketika status kemahasiswaan tak lagi disandang. sama sulitnya ketika harus menjawab pertanyaan teman2 kedokteran perihal status akademik sewaktu audiensi. aku teringat ketika awal menginjakkan kaki di Universitas Lambung mangkurat yang pertama kali aku cari adalah masjid kampus dan sekretariat kemahasiswaan. Lazimnya sebuah kampus, aku pun berharap unlam memenuhi kriteria itu. berharap kampusku adalah kampus yang dinamis, sarat akan nilai-nilai idealisme mahasiswa & keberanian, kampus yang didalamnya mahasiswa saling berlomba mengasah sensitifitas sosial, yang berani berkata 'lawan' ketika pihak 'tak berhati nurani lancang mengotori kebanggaan subtansif almamater. tapi ternyata Unlam dalam penilaianku tak lolos verifikasi. Maka sejak hari itu saya pun bercita-cita, berharap mampu mengajari unlam untuk juga bercita-cita, menggandeng tangannya, mengajarinya berjalan kemudian berlari bersama, agar tak hanya menjadi bagunan besar yang tanpa nilai
Cita-cita hampir terwujud, Unlam berpesta..
Akhir Juli-Awal agustus 2008, 5 berkas pasangan calon pemimpin Unlam lolos dari proses verifikasi KPU.. di bulan agustus ini baliho, pamflet, banner, spanduk beberapa pasang calon turut berlomba meramaikan unlam yang biasanya 'sepi'.. Unlam mulai berwacana, mulai dari excellent campus, nasionalisasi aset2 unlam, konsolidasi internal, membangun bargaining Unlam ditataran ekstern. beberapa gerakan menggeliat, mungkin berusaha memanfaat momentum atau sekedar ikut-ikutan. beberapa diantaranya berkompetisi, namun tak sedikit juga yang saling bahu membahu. Kini Unlam mulai ramai, paling tidak disana bertambah banyak mahasiswa yang benar2 layak menyandang predikat istimewa itu
Invasi Gerakan...
Detik-detik terakhir menjelang berakhirnya waktu kampanye terbuka, tiap pasang calon banyak mengalokasikan waktunya untuk melakukan audiensi keberbagai lembaga tingkat universitas maupun fakultas, sebagai tim sukses salahsatu pasang calon untuk teritori banjarbaru hal yang sama pun kami lakukan. menjadi sarana mediasi kebeberapa fakultas sehingga calon dan pembesar2 fakultas dapat berdialog
Dalam beberapa kali audiensi, jujur saja terkadang saya merasa agak greget dengan calon yang kami usung, karena calon yang kami usung ini begitu 'baik hati & legowo' (begitu saya menyebutnya). bagaimana tidak, karena mereka akan selalu mengedepankan proses pembelajaran dari pada sekedar meningkatkan proses perolehan suara. sebenarnya tidak ada yang salah, hal itu justru sangat diperlukan untuk mendidik mahasiswa unlam mjd lebih cerdas secara gerakan. Hanya saja terkadang mereka melupakan instrumen yang paling penting untuk meraih kemenangan dalam sistem demokrasi, perolehan suara.
Invasi Pemikiran..
Kurang dari jam 07.00 pg kami para tim sukses wanita sudah bertebaran dibeberapa fakultas sesuai dengan hasil rapat yang telah kami tentukan. Butuh pengorbanan tentunya karena malamnya harus bergadang membuat seribu bunga kertas untuk dibagikan ke mahasiswa sebelum ritual keliling kampus diadakan sambil menunggu dialog terbuka ke-5 pasang calon dimulai.
Aku hampir kecewa, beberapa hal terjadi diluar prediksi, keliling kampus terancam gagal karna kekurangan massa. jika usaha telah mencapai titik klimaks, maka saatnya kembali kepada yang Maha berkehendak, mencari tempat bersandar, aku shalat dhuha dan mentausiyahi diri dengan ayat-ayatNya.. Tak berapa lama, teman2 datang. keliling kampus jadi dilaksanakan, walaupun agak berbeda dari bayanganku awal. kami menyeru mahasiswa untuk lebih cerdas & berpartisipasi menentukan pemimpin yang tepat bagi unlam. aku bahagia.
Detik-detik menegangkan & menentukan..
17 september 2008, dari pagi hingga sore aku cancel semua agenda pribadi & mengalokasikan waktu sepenuhnya untuk kampus. karena aku berfikir bisa jadi ini adalah kesempatan terakhir untuk ikut menorehkan sejarah dikampus. Salah satu cita-citaku saat masih dikampus, 'menggiring pemilu Unlam'. Hari itu proses pemilihan berjalan lancar meskipun tetap ada lika-likunya. Perasaan juga mengharu biru terkadang tegang karena ada sedikit masalah, terkadang haru karena melihat para penerus perjuangan itu begitu bersemangat, tak jarang ada juga perasaan marah karena ada beberapa pasangan yang tidak fair atau sedikit kecewa karena TPS dibeberapa fakultas sangat sepi. Tepat pukul 15.00wita beberapa TPS melakukan perhitungan suara.. terkadang kami ketar-ketir juga karena perolehan suara minim, tapi tak dibeberapa waktu kami menjadi sangat percaya diri karena dibeberapa TPS calon kami meraih dukungan terbesar. Habis magrib berdasarkan hasil quick count oleh tim pemenangan pemilu kampus pasangan yang kami usung menang dinyatakan menang. dari seluruh pemilih kami mendapatkan persentase dukungan 54,52% jauh melampaui calon pasangan lain. kami bersyukur sekaligus beristighfar, karena bisa jadi Allah sedang menguji..namun disatu sisi kami masih dihadapkan pada PR besar mencerdaskan mahasiswa Unlam, karena dari sekitar 13.000 mahasiswa Unlam yang berkontribusi di pemilihan kurang dari 4000 mahasiswa, ini artinya legitimasi kepemimpinan hanya berkisar 27%-30%.
payah memang!
Kini Unlam mulai berani belajar berjalan, terseok-seok ditengah segala keterbatasan. kaki dan tangannya masih terlalu lemah untuk menopang. Tapi aku masih sangat optimis dimulai dari 1-2 langkah kecil ini, suatu saat ia akan mampu berlari, mensejajari langkah-langkah panjang teman2nya dibelahan bumi yang lain...
Friday, September 19, 2008
Merentas jalan Panjang Menuju demokrasi Unlam
Diposting oleh Ma'rifah di 5:38 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment