Refleksi...
'Benarkah Tanglong sebagai budaya spiritual masyarakat yang berlu dijaga?'
Malam ke-21 ramadhan diKalsel, Jalan utama Banjarbaru padat, warga banyak berhamburan keluar untuk menonton Tanglong - Budaya Kalsel menyambut hari ke-21 Ramadhan-. seperti apa yang dikatakan John naisbitt dalam buku Megatrends bahwa zaman akan bergerak menggiring manusia menuju pusaran spiritualitas, Tp saya yakin bukan ini indikasinya, atau justru 'spiritualitas simbol' seperti ini kah yang dimaksud? Entahlah..sejauh ini analisis saya masih blm matang, referensi terbatas..
Mengamati fenomena di malam perayaan tanglong, Saya menjadi miris melihat pemandangan yang ada. Muda-mudi bergentayangan disepanjang ruas jalan dengan pakaian yang kurang pantas (dlm kacamata saya), belum lagi berjuta-juta uang yang dibakar malam itu dalam bentuk mercon dan kembang api..Benar2 pemborosan. tak hanya sampai disitu, tanglong mempunyai efek negatif yang berkelanjutan, yang pasti keesokan harinya udara jadi kotor&sampah bertebaran menghiasi ruas jalan. saya jadi banyak berfikir, fenomena ini sangat kontroversi dengan karakter masyarakat kalsel yang terkenal agamis. walaupun subtansinya adalah syiar islam, tp sambutan sebagian besar masyarakat justru berbeda dr subtansi awal. jika realitanya seperti ini masihkah perlu budaya Tanglong dilestarikan? pantaskah acara yang sedemikian banyak menimbulkan mudharat justru dikatakan sebagai simbol spiritualitas? Entahlah..saya masih berusaha mencari sejarahnya
Sunday, September 21, 2008
Simbol Spiritualitas atau Spiritualitas Simbol?
Diposting oleh Ma'rifah di 10:58 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 comments:
budaya, 'urf, westernisasi dan teman2 sejawatnya. Itulah. Mereka ingin memisahkan islam dengan aspek kehidupan , dengan memasukkan gaya2 seperti anti tulis. Atau menggabungkannya, sehingga yang asli akan mengabur dan yang baru akan menguat, bahkan bertambah kokoh.
Mungkin ini, salah satu keberhasilan dari mereka. Dan kita, apakah harus diam??
Kota Agamis. Mungkin itu hanyalah simbol belaka. saya teringat, sekitar tahun 1929 dan mungkin sampai sekarang, Islam hanyalah dikenal sepandang layang saja (KTP), banyak ajaran-ajaran asing masuk untuk membaur yang nota benenya, bertujuan untuk memisahkan islam dari seluruh aspek kehidupan. Padahal islam adalah universal dan agama rahmatan lil'alamin.
Begitulah... menjalani hidup dengan penuh persimbolan, bukan dari ajaran
ika
Post a Comment