Ini adalah pertanyaan yang pernah dilontarkan seorang siswa sewaktu aku PPL II di salahsatu SMA PGRI di Banjarmasin beberapa waktu lalu..’untuk apa belajar matematika??’
Waktu itu guru pamong lagi ada rapat MGMP di sekolah lain dan memintaku menggantikannya mengajar tentang sudut trigonometri, tentang sin, cos, tan dan kroni2nya.. aku baru pertama kali masuk ke kelas ini, berdasarkan informasi teman, kelas yang akan aku masuki adalah kelas ‘angker’, anak-anaknya sulit diatur. Beberapa teman dikabarkan sempat dibuat kesal oleh beberapa kelakuan siswa di kelas itu, bukan karena mereka nakal, tapi karena mereka samasekali tidak punya niat untuk belajar dan memperhatikan guru, bahkan guru mereka sendiri.
Pertama kali melangkah ke kelas itu, gelagat itu sudah bisa aku rasakan, sangat nampak bahkan.. aku sadar betul murid macam apa yang aku hadapi hari ini..sebagian ada yang mengobrol dipojok kelas, ada yang tidur, ada yang mengeleng-gelengkan kepala dengan headset ditelinganya, ada yang bergendang memukul-mukul meja, ada yang makan dan beragam aktivitas kontraproduktif lainnya, bahkan aku rasa tak ada yang tau tentang kehadiranku di kelas itu (kalau tidak mau dibilang ‘mereka memang sengaja tak mau tau’), salamku pun tak digubris, saat itu hanya 2 murid dimeja depan, yang mungkin terlihat agak kasihan terhadapku..
Menyadari kondisi itu, aku memutuskan tidak akan mengajarkn apapun tentang trigonometri hari itu, percuma! Aku memilih berjalan berkeliling kelas, mencoba membaur dengan aktivitas siswa, sambil melakukan analisis sederhana tentang siapa sebenarnya ‘penguasa’ kelas itu, aku memerlukannya untuk membuat suasana kelas sedikit lebih tenang.. Sampai akhirnya aku menemukan kesimpulannya pada siswa perempuan bertubuh agak gempal dengan wajah sedikit cuek + sinis yang duduk di pojok kiri belakang. Aku mendekatinya, kulihat ia membuat sketsa kartun dibuku tulisnya, wajahnya merengut, Nampak sekali kalau dia lagi kurang mood dan tidak menyukai kehadiranku.. ‘sasuke??’ pertanyaan itu tiba-tiba ku lontarkan padanya..’wah hebat, kau punya bakat yang bagus, gambarmu keren, kaka punya teman yang begitu di kosan’ aku terus berbicara tanpa menunggu jawabannya. Ia tak bergeming, sambil berfikir dalam hati aku berkata ‘keras kepala! Sulit ditaklukkan’. Akhirnya aku coba cara lain untuk menarik perhatiannya, kuputuskan untuk menarik simpati teman sebangkunya terlebih dahulu, dan Alhamdulillah, kali ini berhasil.. Ia tertarik :D
Aku mengobrol panjang lebar bersama 2 orang anak itu, panjang lebar mulai dari naruto dan kepribadian ‘dingin’nya sasuke hingga sedikit tentang pekerjaanku, mereka terlihat antusias..kelas makin ribut. aku berfikir sudah saatnya aku menguji loyalitasnya terhadap ceritaku, perlahan ku pelankan nada suaraku hingga seolah hilang tertelan keributan kelas..mereka nampak bersusah payah mendengarkan. Aku semakin memelankan suaraku, aku katakan kepadanya kelas sangat ribut, ia terlihat tak sabar.. tiba-tiba ia berdiri, maju kedepan kelas dan berteriak keras ‘DIAAAM!..coba pang hormati guru dikelas’. Meskipun kaget, dalam hati aku tersenyum sambil berkata, ‘bagus, itu yang kaka harapkan :)’. Kelas tiba2 menjadi tenang, Aku maju mendekatinya, ‘de makasih ya, nanti istirahat ngobrolnya kita sambung’ kataku sambil tersenyum. Ia mengangguk dan kembali ke tempat duduknya, Aku manfaatkan momen itu sebaik mungkin.
‘adik-adik hari ini kita tidak akan belajar, untuk jam ini kita free’ ucapku sumringah..
‘Horee…’ anak-anak tak kalah riang, kondisi mereka jauh lebih mudah diatur. ‘Tapi sebelumnya kaka mau tanya’ Aku kembali meminta perhatian mereka.
‘kalian suka matematika?’ Aku bertanya lantang..mereka menjawab serempak ‘ kadaaaa..’, berbagai alasan terlontar, matematika sulit, gurunya galak, dan bla..bla..bla.. mereka kembali ribut, aku mencoba tetap sabar dan senyum, ‘ini memang sudah resiko guru matematika, mata pelajaran yang selalu punya label sulit’ aku berkata dalam hati.. sampai ada salah satu anak dibagian depan, yang angkat tangan, meminta perhatian dari teman sekelasnya..setelah agak tenang, seolah ingin memberiku ‘pelajaran’ dia berkata ’memang untuk apa belajar matematika bu?’..’wah, pertanyaan yang sangat bagus’ Aku mengapresiasi pertanyaan itu, meskipun disatu sisi, cukup sulit bagiku menjawabnya..Aku berfikir keras.
‘karena matematika dasar segala ilmu pengetahuan atau karena hidup kita selalu berhubungan erat dengan matematika, atau bla..bla..bla..bla…’ sekian banyak alternative jawaban mampir dikepalaku, tapi tak ada satupun rasanya yang bisa disetujui lisanku, terlalu formal dan sama sekali tidak menyentuh.. sampai akhirnya, ‘Ahaa.. ku temukan jawabannya…’
Ku ambil posisi tepat ditengah-tengah kelas dan meminta mereka mengeluarkan selembar kertas. Di kertas itu aku meminta mereka menulis semua problem/ persoalan hidup yang sedang mereka alami dalam waktu 10 menit, sebanyak-banyaknya! ada siswa yang terlihat malas adan ogah-ogahan, aku mendekatinya..memintanya memegang pulpen dan menyiapkan kertas diatas mejanya, ‘tuliskan’ perintahku tegas tetap sambil tersenyum, akhirnya semua siswa menulis, tanpa terkecuali..
Setelah semua siswa selesai menulis Aku berkata ‘terkadang kalau kita sedang ditimpa masalah, kita merasa seperti orang yang paling menderita sedunia, benar?..kalian ada yang merasa begitu?’ Aku bertanya sambil tersenyum lebar, sebagian murid saling tunjuk sambil tertawa mengejek..’dodi bu, merana diputusi pacar’ teriak anak laki2 dibagian belakang..disambut tawa teman2 sekelasnya.. melihat suasana yang kembali ricuh, aku memberi isyarat agar kelas kembali tenang ‘apa diantara kalian ada ga yang merasa masalahnya sangat berat dan tidak mungkin diselesaikan?’ tanyaku..beberapa siswa saling pandang dan senyum2..‘raise your hand, please..’ aku meminta mereka tunjuk tangan
‘baiklah, kalau begitu..’ aku menuju papan tulis..’2+2, berapa penyelesaiannya?’ tanyaku. anak-anak menjawab serempak ‘ empat…’
‘bagus, lanjutkan…bagaimana kalau ini, berapa penyelesaiannya?’ Aku kembali bertanya, kali ini dengan soal yang sedikit lebih sulit.. siswa masih kelihatan bisa menjawabnya dengan serempak. Begitu seterusnya, hingga 6 soal, yang tingkat kesulitannya semakin tinggi. sampai pada soal terakhir, soal yang ke enam.. semua siswa Nampak berfikir, meskipun ada beberapa diantaranya yang juga tidak begitu serius, atau mungkin agak bosan, karna di soal ketiga mereka sudah mulai ‘macet’, ga bisa jawab.
‘Ada yang berani maju mencobanya?’ Aku menantang mereka, mengumpaninya dengan hadiah…Aku yakin pasti diantara mereka ada yang bisa, ini di indikasikan karena pada soal kelima ada sekitar lebih dari 5 siswa yang mampu menjawab dengan benar. Hampir 5 menit, Aku terus memotivasi, tapi tetap tidak ada satupun siswa yang berani maju..
‘Kalian yakin soal ini punya penyelesaian? Punya jawaban?’ Aku bertanya lantang..mereka mengiyakan. ‘kalau kalian yakin, kenapa tidak mencobanya’ Aku menantang. Masih berharap ada seorang pemberani diantara mereka.. Sampai akhirnya salah seorang siswi perempuan mencoba maju kedepan, aku tersenyum lega..ia mengerjakan semampunya, tak jarang terlihat bingung, berulangkali ia menoleh kebelakang dan menghapus jawabannya karena tak yakin..Aku memberinya beberapa petunjuk, dan sedikit arahan ketika ia Nampak cukup kesulitan, hingga akhirnya ia berhasil. Aku meminta semua siswa memberikan Applause atas keberhasilan dan terlebih untuk keberaniannya.
Setelahnya aku memberikan beberapa soal yang sulit, tapi bukan untuk diselesaikan..melainkan hanya untuk diyakini bahwa soal tersebut punya penyelesaian. ‘kenapa kalian bisa yakin soal ini punya penyelesaian?’ tanyaku. Seorang siswa menjawab ‘karena soal matematika pasti bisa dijawab bu’..’Kenapa kamu bisa seyakin itu, kan kita belum mencobanya?’ aku bertanya lagi. ‘justru itu harus dicoba bu, baru tau jawabannya’ kata siswa yang lain. ‘hm..kalau begitu, Bagaimana caranya agar kita bisa menyelesaikan soal ini dengan benar?’ Aku terus bertanya. ‘harus tau jalannya bu, hafal rumusnya bu, belajar bu’ siswa menjawab dengan serabutan. ‘ya benar, harus punya ilmunya, harus hafal rumusnya dan bisa menjalankannya..ini semua tidak akan bisa dilakukan tanpa ada kemauan dari kita untuk terus belajar’
“adik-adik itulah kenapa kaka suka metematika dan merasa perlu belajar matematika, karna matematika punya filosofi yang sama dengan hidup, mencintai dan menyukai matematika akan membentuk jiwa kita untuk punya keyakinan dan harapan yang tinggi, membuat yakin bahwa segala persoalan sesulit apapun itu, pasti punya penyelesaian. Ketika kita dihadapkan pada banyak persoalan atau masalah, Kita hanya perlu berani, sabar dan terus belajar. Berani menyelesaikan dan sabar dalam menyelesaikan setiap persoalan, termasuk sabar dalam belajar. Orang yang kurang sabar, pengen semuanya mudah akan sulit berhasil, Karena tidak semua soal itu mudah diselesaikan, ada yang perlu waktu dan proses yang lama, serta cara berbelit belit..Allah akan memberi kita persoalan yang banyak dalam hidup, dari yang mudah hingga yang sulit.. tapi kita tidak boleh menyerah, kita harus berani mencoba, kita harus sabar dalam menyelesaikannya, dan disiplin menjalankan tiap tahap penyelesaian. ingat kuncinya, kita harus tetap yakin, selama soal itu tidak salah, maka setiap soal pasti punya penyelesaian!”..aku memberi jeda, “dan kalian harus yakin Allah tidak pernah salah dalam memberi kita persoalan dalam hidup, karena Dia sangat tau apa yang terbaik buat kita” ucapku Mantap.
‘sekarang pandangi kertas kalian, berjanjilah pada diri sendiri bahwa kalian akan mampu menyelesaikan segala persoalan yang kalian tulis dengan baik’.. Hari itu aku tutup pelajaran dengan penuh harapan mereka dapat belajar banyak hal, tidak sekedar belajar matematika..tapi lebih dari itu, kalian belajar tentang sesuatu yang paling subtansi dalam hidup ini, keyakinan..
***
Hari ini ketika keputusasaan melihat nasib bangsa ini secara diam2 ingin menjeratku, ketika kebijakan selalu kurasa timpang, lembaga rakyat kehilangan kredibilitas karena para penghuninya, lembaga penegak hukum justru menjadi lembaga yang paling pantas untuk diadili, ketika bergemul dengan dunia politik yang penuh dusta, seolah tak ada satu celahpun untuk menyelesaikan problem bangsa ini.. Aku seolah selalu diingatkan konsep keyakinan matematis yang dulu pernah aku ajarkan pada mereka.
“sekalipun, Matematika tidak pernah mengajarkanku menyerah, matematika selalu mengajarkanku yakin dan optimis, bahwa segala soal sesulit apapun itu, pasti punya penyelesaian, kecuali jika soal itu salah. Dan hingga saat ini Aku selalu yakin, Allah tidak pernah salah dalam membuat soal untuk kita, untuk semua ciptaanNya..indonesia pasti bisa bangkit dari keterpurukannya, kita hanya perlu berani berjuang, sabar dan terus belajar”
-Merindukan kalian, Memory ‘pojok’ sekolah..Banjarmasin-